Ayo Jangan Golput di Pilpres 2014

gumoyo mumpuni ningsihOleh :
Gumoyo Mumpuni Ningsih
Pengajar Fakultas Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang

Penghujung perhelatan akbar pesta demokrasi pemilu Pilpres negeri ini tinggal hitungan hari. Even lima tahunan ini, akan menentukan presiden dan wakil presiden, yang memegang tampuk pemerintahan negara ini lima tahun ke depan. Momen pemilu sering kali mendapat tanggapan yang variatif. Sebagian masyarakat menyikapi hadirnya pemilu dengan penuh semangat. Namun ada juga yang menyikapinya dengan perasaan gundah, bahkan ada yang cenderung acuh tak acuh.
Masyarakat yang penuh semangat, melihat pemilu ini sebagai salah satu wadah untuk memperbaiki negara ke depan. Mereka melihat, dengan memilih presiden dan wakil presiden yang baik akan memberikan perbaikan tata kelola negara ini ke depan. Bagi mereka, pemilu merupakan ajang yang tepat untuk menunjukkan eksistensi suara rakyat.
Bagi masyarakat yang gundah, mereka melihat pemilu tak ubahnya sebuah pesta, yang benar-benar pesta. Kelompok ini, adanya pemilu, tidak memberi pengaruh yang signifikan untuk perbaikan negara ini ke depan. Sementara bagi masyarakat yang acuh atak acuh, atau apatis. Hampir sama dengan kelompok kedua, kelompok ini melihat pemilu hanya sebuah rutinitas, tidak memberi manfaat untuk perbaikan ke depan. Nah, menghadapi pemilu yang tinggal hitugan hari ini, kita perlu waspada dengan sikap-sikap yang bisa menciderai niatan baik pemilu. Sikap-sikap itu seperti golput dan praktek politik uang.
Secara kuantitatif maupun kualitatif memang persoalan pemilu yang terjadi tidak terlalu signifikan mengingat kompleksitas pemilu Indonesia sebagai negara ketiga terbesar di dunia yang menyelenggarakan pemilu demokratis dengan jumlah pemilih yang mencapai 185 juta pemilih, serta ribuan tempat pemungutan suara. Namun, hal tersebut tetap perlu direspon guna perbaikan dalam penyelenggaraan pilpres agar semakin berkualitas dan dapat menjadi ajang bagi rakyat untuk mengartikulasikan pilihan politiknya memilih kader terbaik bangsa untuk duduk sebagai Presiden dan Wakil Presiden periode 2014-2019.

Golput Ancaman Demokrasi

Bagi mereka yang mendukung golput seringkali berdalih bahwa golput merupakan hak politik yang dijamin oleh konstitusi. Bahkan, golput dianggap sebagai bentuk koreksi terhadap sistem politik. Argumentasi semacam itu tentu bisa diperdebatkan baik secara politik maupun yuridis. Secara politis, golput merupakan sikap pasif tidak menggunakan kesempatan untuk memberikan suara dalam pemilu. Sikap ini dengan demikian menghilangkan kesempatannya sebagai warga negara untuk membuat penilaian kritis dalam keputusan politik untuk menentukan orang-orang yang dianggap cakap dan layak menduduki kekuasaan.
Sikap golput sama saja dengan memberi legitimasi dan cek kosong pada mereka yang akan berkuasa. Karena itu, dilihat dalam konteks azas manfaat maka golput sama sekali tidak memberikan manfaat bagi perbaikan dan kepentingan bangsa. Golput justru akan memberi kesempatan pada para politisi yang tidak cakap lolos dari hukuman rakyat karena mereka yang golput tidak memanfaatkan kesempatan untuk memberi dukungan pada orang-orang yang cakap menduduki kursi kekuasaan.
Golput juga dapat dimaknai sebagai pengabaian kewajiban konstitusional warga negara untuk berperan aktif dalam upaya-upaya pembangunan politik negara. Suara setiap warga negara yang diwujudkan dalam tindakan memilih para wakil rakyat, maupun kepala pemerintahan, terutama capres dan cawapres dalam Pilpres 9 Juli 2014 besok ini merupakan sarana bagi warga negara untuk turut serta membangun bangsanya.
Hanya mereka yang menggunakan hak pilihnya yang memiliki kedaulatan politik untuk menilai, memutuskan sekaligus menghukum mereka yang dianggap memenuhi kehendak rakyat ataupun mereka yang sebaliknya tidak sesuai dengan kehendak rakyat. Mereka yang dinilai oleh rakyat tepat sesuai dengan aspirasinya maka akan mendapat mandat berupa dukungan suara guna mengantarkannya pada kursi kekuasaan dan menjalankan aspirasi masyarakatnya. Suara rakyat dalam pilpres karena itu menjadi penting karena tidak hanya sekedar memberi legitimasi kekuasaan semata, tetapi juga menunjukan bahwa rakyat betul-betul telah melaksanakan wujud kedaulatan politiknya secara sadar dan membuat penilaian secara kritis terhadap para capres/cawapres yang akan berkompetisi dalam Pilpres.
Keikutsertaan dalam Pilpres melalui tindakan memilih dengan demikian juga mengkonfirmasi bahwa proses demokrasi telah berjalan dengan baik. Sebagaimana Robert Dahl (On Democracy, 1998) jelaskan bahwa salah satu aspek penting dalam demokrasi adalah partisipasi warga negara dalam pemilu. Karena itu, tindakan golput merupakan ancaman mendasar dari demokrasi itu sendiri dan tindakan yang tidak bertanggungjawab sebagai warga negara yang baik. Jadilah warga negara yang baik yang tahu bagaimana berperan, tidak hanya menjadi komentator saja.

Partisipasi Kritis

Kualitas Pilpres tentu akan dipengaruhi oleh berbagai hal. Selain persoalan menekan angka golput. Profesionalitas penyelenggara pemilu sehingga persoalan logistik pilpres, ketepatan tahapan pilpres, netralitas penyelenggara menjadi penting adanya.
Partisipasi kritis lain yang tak kalah krusial adalah peranan partai-partai politik pengusung pasangan capres dan cawapres untuk memanfaatkan momentum pilpres tidak hanya sebagai ajang mencari legitimasi kekuasaan, tetapi juga menjadi momentum pendidikan politik bagi rakyat.
Karena itu, dalam menyongsong Pilpres ini maka saatnya bagi masyarakat untuk turut serta mengawasi, menilai dan membuat kriteria-kriteria bagi keputusan politik yang akan segera diambil 9 Juli 2014 mendatang. Partisipasi masyarakat dengan mengawasi proses penyelenggaraan Pilpres diharapkan dapat meningkatkan kualitas penyelenggaraan Pilpres serta menghasilkan postur pemerintahan di bawah pasangan presiden dan wakil presiden terpilih yang dapat menjalankan amanat rakyat menuju perbaikan dan kemajuan bangsanya. Siapa pun yang menjadi presiden dan wakil presiden, tentu orang itulah yang terbaik, karena mereka adalah pilihan rakyat.

—————- *** —————-

Rate this article!
Tags: