Azka Subhan: Inflasi di Wilker BI Malang Sangat Terkendali

Azka Subhan Aminurridho

Kota Malang, Bhirawa
Berbagai trobosan yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan (KPw) Malang, berhasil mengendalikan inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Kepala KPw BI Malang, Azka Subhan Aminurridho, disela-sela temu responden di Hotel Haris Rabu 7/8 kemarin, mengutarakan soal inflasi di wilayah kerja BI Malang sangat terkendali.
Bahkan menurut dia, untuk bulan Juli 2019 masih sekitar 2,00 persen, Begitu juga, lanjut Azka, yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi. Dia menyatakan, jika pertumbuhan ekonomi di Jawa sekitar 5,05 persen.
Ia sangat bersyukur, untuk wilayah kerja BI Malang, masih di atas itu sedikit. Tapi pihkanya harus terus bekerja keras agar lebih baik lagi, meski diakui Azka cukup berat. “Tetap kita harus bekerja keras,” paparnya.
Alasannya, kata dia, kondisi eksternal belum kondusif. Dia sebut seperti perang dagang antara AS dengan China. Sedangkan kondisi internal menurutnya, juga butuh pemulihan pasca Pilpres beberapa bulan lalu. “Untungnya, konsumsi masih lumayan. Sehingga, di wilayah kerja BI Malang relatif cukup bagus dibandingkan Jatim dan Indonesia pada umumnya,”tukasnya.
Karena itu, pihaknya mengajak, kepada seluruh komponen masyarakat untuk tidak menyerah. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mengundang motivator hebat Hendry Satriago CEO GE Indoneaia untuk memberikan inspirasi dan pencerahan. “Sebab beliau itu tahu benar apa yang harus dilakukan dalam nenghadapi perekonomian yang terkadang tak menentu,” katanya.
Tips bagaimana membangun usaha dan bisnis, diberikan kepada para responden BI tersebut. Menurut Hendry yang juga alumni Monash University USA ini, dalam membangun bisnis di era saat ini harus tentukan tujuan dan impian yang ingin dicapai.
Setelah itu, bangun resiliensi atau daya tahan. “Dan perhatikan kebutuhan pelanggan (customer need) serta produk delivery. Bikin keterikatan customer (engagement),” jelas dia.
Di samping itu, terang peraih doktor di UI ini, bangun daya saing yang kuat. Itu mengingat, daya saing Indonesia ada di peringkat 36. Daya saing itu kata dia berhubungan dengan tingkat kemakmuran. Sedangkan kemakmuran itu diukur dengan pendapatan perkapita.
Ia mencontohkan, Thailand, Singapura di atas Indonesia, Apalagi Swiss sudah jauh berada diatas Indeonesia. Untuk itu, dia mengingatkan agar produk yang dijual memiliki nilai tambah (value added). “Kalau kita hanya ekspor komoditas terus ya tidak akan naik kelas. Karena tidak ada nilai tambahnya,” jelas dia.
“Disamping itu harus confidence, percaya diri untuk selalu belajar. Jadi harus yakin, senang terus dan cari teman yang baik. Kalu semua itu dilakukan maka usaha dan bisnis akan sukses,” pungkasnya.
CEO General Electric (GE) Indonesia, DR Handry Satriago. Perusahaan asing berdarah Indonesia itu didatangkan dalam acara Temu Responden BI Malang hadir dalam acara tersebut seluruh stakeholder BI Malang. Di antaranya 250 perusahaan berskala besar, menengah dan kecil yang ada di wilayah kerja BI Malang.
Selain itu, kolega survei BI Malang. Misalnya, surveyor untuk kegiatan dunia usaha (SKDU), survei konsumen (SK), survei penjualan eceran (SPE). Lalu, surveyor untuk pemantau harga (SPH), survei pusat informasi harga pangan strategis (PIHPS), dan laison perusahaan serta para pedagang. [mut]

Tags: