Baca Mantra Oishiku Naru Agar Makanan Nikmat

peserta festival bunkasai membuka Café ala Jepang. [adit hananata utama/bhirawa]

peserta festival bunkasai membuka Café ala Jepang. [adit hananata utama/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa
Di Indonesia, orang biasa berdoa sebelum menyantap makanan. Tapi di Jepang, ada budaya khusus sebelum masyarakat di sana makan. Mereka membaca mantra yang isinya persis seperti permohonan doa.
Konsep membaca mantra sebelum doa itu sempat menjadi salah satu pengisi acara Festival Bunkasai di Universitas 17 Agustus (Untag) Surabaya. Dengan mendirikan Café ala jepang. Mereka yang melayani pengunjung juga berdandan ala Jepang. Ini pemandangan yang tidak biasa di Surabaya.
Setiap menyajikan makanan, pelanggan dibacakan mantra berbunyi ‘oishiku nasu’. Devintau yang datang dari Imoutou Maid Cafe Surabaya mengaku, mantra itu berarti doa makanan yang disantap dapat terasa nikmat. Agar mantra itu berfungsi maksimal, Devinta mengatakan, pengunjung juga harus mengikutinya lengkap dengan gerakan-gerakan yang dilakukan pelayan. “Setiap pengunjung harus mengikuti mantra yang diucapkan dan mengikuti gerakannya,” ujar gadis ramah ini di sela acara Bunkasai Untag Surabaya, Minggu (26/4).
Festival bunkasai dengan tema summer time, hikari no paradise tersebut merupakan sebuah wadah untuk mengenalkan lebih dekat budaya Jepang kepada masyarakat Surabaya. Wakil Rektor I Untag Surabaya Dr Andik Matulessy menuturkan, melalui kegiatan ini diharapkan masyarakat khususnya generasi muda dapat mengenal lebih dekat budaya Jepang.
“Kegiatan ini rutin diselenggarakan oleh mahasiswa Jurusan Sastra Jepang agar generasi dapat melihat lebih dekat, berkreasi, dan belajar tentang budaya Jepang,” tutur dia.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Konsul Muda Bidang Pendidikan dan Budaya Konjen Jepang Morohira Kaori. Perempuan yang fasih berbahasa Indonesia ini menuturkan, kegiatan semacam ini dapat mempererat hubungan antara Indonesia dan Jepang. “Mahasiswa dan pelajar Surabaya banyak yang belajar budaya Jepang. Ini cara untuk membuat Indonesia dan Jepang semakin erat,” tutur Kaori.
Tidak hanya menghadirkan café ala Jepang. Dalam festival Bunkasai kali ini, sejumlah kegiatan khas Jepang ikut memeriahkan kampus yang terletak di Jalan Nginden Semolo itu. Diantaranya ialah, lomba shoudou, cerdas cermat, kiki kaki tori, rodoku, olimpiade bahasa jepang, fotografi, cosplay, desain karakter manga, karaoke, serta dance cover.
“Ini tidak hanya untuk senang-senang, tapi juga belajar sekaligus meneladani nilai dalam budaya Jepang. Kami juga menampilkan tari remo sebagai simbol bahwa budaya kita mampu bersaing dengan budaya luar,” pungkas Ketua Panitia Festival Bunkasai Untag Mohamad Riduan. [tam]

Tags: