Badminton masih Bertaji

pbsiIndonesia masih cukup bisa mempertahankan gengsi dengan meraih podium tertinggi pada ajang All England 2014. Kejuaraan badminton paling bergengsi ini memberi dua medali emas sekaligus, keduanya pada nomor ganda (putra dan campuran). Tetapi RRC memang masih merajai badminton even ini dengan menempatkan perwakilan di seluruh nomor pada babak final, kecuali pada ganda putra.
Istimewanya, untuk nomor ganda campuran (Tontowi Ahmad / Liliyana Natsir) merupakan gelar ketiga berturut dalam ajang yang sama. Yakni tahun 2012, 2013, dan tahun ini. Walau sudah menang dua kali pada even Badminton Championship Super Series Premiere, ganda campuran Indonesia bukanlah unggulan pertama. Yang ditempatkan pada posisi teratas adalah pasangan China Zhang Nan / Zhao Yunlei.
Pertandingan berlangsung di National Indoor Arena Birmingham, Minggu (9 Maret malam Waktu Indonesia Barat), dalam kurun waktu 42 menit. Ternyata, pertandingan itu benar-benar “milik” Tontowi / Liliyana. Berlangsung dalam dua set langsung, seolah-olah tiada beban bagi ganda campuran Indonesia. Menang mudah, walau sebenarnya musuh sangat berat, peraih medali emas Olympiade. Ini kekalahan kedua ganda campuran China itu pada ajang yang sama.
Konon kata orang, ajang All England, bukan sekedar pertarungan teknik dan stamina. Melainkan lebih pada pengalaman. Sang juara di berbagai nomor, rata-rata telah tampil sebanyak enam kali. Sudah hafal benar dengan arah angin, maupun pencahayaan lampu, serta udara dingin. Tentang minimnya pengalaman, itu dibuktikan oleh Tang Yuanting pemain Ganda Putri China. Gadis kelahiran 2 Agustus 1994 ini dikalahkan seniornya (dalam tiga set), pasangan Wang Xiaoli / Yu Yang.
Yu Yang sudah lima kali menjadi “ratu” di National Indoor Arena Birmingham. Dua diantaranya diraih Yu Yang berturut (2009, 2010 dan 2011) dengan pasangan yang berbeda. Termasuk untuk pertama kalinya pada nomor ganda campuran (tahun 2009) dengan He Hanbin. Tetapi diyakini (dan hangat diperbincangkan), kelak peran Yu Yang akan digantikan Tang Yuanting.
Pemain itulah (Tang Yuanting) yang mesti diwaspadai pebulutangkis Indonesia pada masa 5 tahun mendatang. Pada nomor putra, juara All England, juga hanya itu-itu saja. Tunggal putra, selalu pada Lee Chong Wei (Malaysia) atau Lindan (China). Lee Chong Wei Meraih Gelar Juara Tunggal Putra All England Premier Super Series tahun 2014. Ini untuk ketiga kalinya, sebelumnya ia meraih juara pada tahun 2010 dan 2011.
Maka kisah hattrick, bagai menjadi ke-selalu-an di ajang All England. Begitu pula yang dicatat pasangan ganda campuran Indonesia. Hattrcik itu, Tontowi / Liliyana menyamai rekor yang diukir legendaris Korea, Park Joo-bong / Chung Myung-hee. Sebelumnya, rekor pada nomor ini didominasi pasangan Eropa ( Inggris dan Denmark) lebih dari dua dekade.
Tetapi pada saat lesunya prestasi bulutangkis nasional, mencetak hattrick sungguh bagai berkah. Namun sayangnya, Indonesia hanya bergantung pada pasangan ganda campuran dan ganda putra yang itu-itu saja. Dua gelar juara pada nomor yang sama oleh orang yang sama, terjadi pada kejuaraan dunia bulutangkis di stadion Tian-He Indoor Gymnasium, Guangzhou. Itu bagai kado ulangtahun hari Kemerdekaan ke-68.
Tetapi terdapat permasalahan dibalik prestasi itu, yakni, sebenarnya Indonesia perlu segera “menyegarkan” pemain melalui regenerasi. Dus pemain muda harus diperbanyak mengikuti single even internasional. Urgensinya regenerasi ditunjukkan oleh jebloknya pemain-pemain senior pada ajang kejuaraan dunia di Guangzhou itu. PBSI mengirim 28 atlet pebulutangkis, termasuk nama-nama gaek. Semestinya mereka sudah harus “gantung raket.”
Perlu regenerasi pemain pada jajaran pelatnas, putra maupun putri. Juga perlu pembatasan waktu, seberapa lama seorang atlet bisa bergabung dalam pelatnas.
———   000   ———

Rate this article!
Badminton masih Bertaji,5 / 5 ( 1votes )
Tags: