Bagikan Sembako, PGRI Bantu Warga Terdampak Physical Distancing

PGRI bagikan beras kepada tukang becak di Probolinggo. [wiwit agus pribadi]

Probolinggo, Bhirawa
Tak ingin sedih dan pilu terus dirasakan warga terdampak virus corona, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Kuripan, KPRI (Koperasi Pegawai Republik Indonesia) Kopi Semi, Kabupaten Probolinggo dan The Raid Community, turun gunung. Mereka membagi-bagikan ratusan bungkus beras siap tanak, ke warga terdampak Social Distancing, Selasa (31/3) pagi.
Pembagian dimulai dari jalan Mastrip, selatan Kantor Kecamatan Kedopok, Kota Probolinggo dan berakhir (finish) di Sukapura, Kabupaten Probolinggo. Sugianto, koordinator kegiatan mengatakan, yang dilakukan itu merupakan salah satu bentuk kepedulian tiga organisasi yang diikutinya. Yakni, KPRI Kopi Semi dan PGRI Kecamatan Kuripan, Kabupaten Probolinggo serta The Raid Community (TRC), terhadap warga terdampak virus corona (Social Distancing).
Sasaran kegiatan kemarin adalah sopir angkutan kota, Ojek pangkalan dan Gojol (Gojek Online), Tukang becak, pedagang keliling, dan terutama mereka yang berjualan di sekolah. Di saat pemberlakuan tinggal di rumah (Social Distancing), penghasilan mereka menurun, bahkan ada yang nol penghasilan lantaran tidak berjualan.
Kondisi tersebut diketahui langsung dari yang bersangkutan, juga informasi di media yang diikuti. Mereka rata-rata mengeluh soal pendapatan menurun karena sepi pembeli. Khususnya, pedagang yang mangkal di sekolah.
“Mereka tidak berjualan karena sekolah diliburkan. Profesi lain juga berkurang pendapatannya, karena warga banyak yang enggan keluar rumah,” jelasnya.
Berangkat dari keluhan itulah, ketiga lembaga tersebut menyatukan persepsi hingga terkumpul dana. Dan uang hasil iuran anggota itu diwujudkan beras lima kiloan hampir 400-san bungkus. Beras siap tanak tersebut diberikan atau dibagikan kepada pedagang yang merasakan betul dampak dari wabah virus Covid 19 tersebut.
Sistem pembagiannya tidak menggunakan cara umum, tetapi memakai cara tak lazim. Petugas penyalur beras berkeliling di jalan raya membagikan beras ke warga yang berprofesi sebagai pedagang keliling, sopir angkot, ojek dan gojek dan tukang becak.
“Kalau ketemu mereka di jalan, kami hentikan dan kami beri beras. Satu orang satu bungkus,” katanya.
Pihaknya tidak mendata penerima bantuan sebelumnya dan mengumpulkan penerima bantuan di satu tempat. Karena mengumpulkan orang di satu tempat tidak dianjurkan oleh pemerintah, khawatir salah satu dari mereka mengidap virus corona, sehingga menular ke yang lain.
“Sistem pembagian seperti ini, menghindari bertambahnya jumlah penderita. Setelah menerima beras, warga langsung pulang,” tandasnya.
Sugiyanto berharap, bisa membantu warga terdampak covid 19 secara berkala dan tidak hanya satu kali saja, tetapi berlangsung terus menerus. Mengingat, masih banyak warga yang butuh uluran tangan. Beras sebanyak 400 bungkus yang dibagikan, hanya menyentuh sebagian kecil masyarakat. “Mari bersama-sama membantu mereka yang kesulitan,” tuturnya.
Irwan, pengemudi angkot mengaku, sejak pemberlakuan diam di rumah pendapatan menurun drastis di atas 50 persen. Membawa pulang uang Rp 10 sampai Rp25 ribu. “Sepi banget. Uang segitu enggak cukup untuk membeli kebutuhan. Beras ini cukup membantu kami,” katanya.
Hal senada diungkap Abdurrahman dan Pipit Ida Muspita yang berjualan es degan dan gado-gado di Jalan Mastrip barat GOR Mastrip. Keduanya mengaku omzet penjualannya menurun hingga lebih dari 50 persen.
“Ya, sepi. Pembelinya sepi dan penghasilan kami juga turun. Biasanya kotor dapat Rp 100 sampai 200 ribu. Sekarang dapat Rp 50 ribu saja sudah ngoyo,” tambahnya. [wap]

Tags: