Bahas Seputar MEA 2015, Siapkan Buku Lanjutan tentang Reformasi Birokrasi

Pakde Karwo didampingi Bude Karwo memberikan tandatangan pada buku 'Pintu Gerbang MEA 2015 Harus Dibuka' yang diluncurkan di Hotel Mercure Surabaya, Sabtu (14/3).

Pakde Karwo didampingi Bude Karwo memberikan tandatangan pada buku ‘Pintu Gerbang MEA 2015 Harus Dibuka’ yang diluncurkan di Hotel Mercure Surabaya, Sabtu (14/3).

Kota Surabaya, Bhirawa
Yang kita hadapi ini adalah permasalahan dan tantangan. Tapi justru lewat permasalahan dan tantangan itulah peluangnya. Jika ingin mendapat peluang ya di permasalahan dan tantangan. Kita telah sepakat untuk mengambil permasalahan dan tantangan itu. Mari kita bergandengan, mari kita ambil peluang saat orang lain takut,”
Mendengar pernyataan tegas dan lugas tersebut, tamu undangan yang mayoritas dari kalangan wartawan langsung memberikan aplaus meriah menyiratkan adanya ketakjuban dari kalimat tersebut. Pernyataan penutup tersebut keluar dari mulut Gubernur Jatim Dr H Soekarwo, saat meluncurkan buku karangannya berjudul ‘Pintu Gerbang MEA 2015 Harus Dibuka’ di Hotel Mercure Surabaya, Sabtu (14/3).
Buku setebal 567 halaman tersebut berisi gagasan menarik dalam memberikan spirit pada masyarakat Jatim, guna menyongsong diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang dimulai akhir 2015 nanti.  Tujuannya agar masyarakat Jatim siap dan terus survive menghadapi pasar bebas.
“Saya harus memberikan motivasi sekaligus memfasilitasi dengan memompa spirit warga bahwa MEA bukan untuk dihindari, melainkan dihadapi dengan langkah-langkah dan upaya yang tertata agar kita terus survive. Bahkan menjadi regional champion di masa mendatang,” katanya.
Selain puluhan wartawan, peluncuran juga dihadiri istri Pakde Karwo, Dra Hj Nina Soekarwo bersama puterinya Kartika Ayu Prawitasari. Lalu tampak pula pakar sosiologi Prof Hotman Siahaan serta Pakar Hubungan Internasional Prof Basis dari Unair, Sekdaprov Jatim Dr H Akhmad Sukardi, Asisten IV Sekdaprov Jatim Drs H Sukardo MSi dan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jatim Dr H RB Fattah Jasin MS.
Pakde Karwo mengatakan, buku itu merupakan agregat kepemimpinannya dalam beragam ruang pandang. Pembuatannya juga melibatkan akademisi, profesional, budayawan-sastrawan dan aktivis dari berbagai wilayah di Indonesia. Di antaranya, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof Muhammad Nuh PhD, Prof Djoko Mursinto, Prof Mas’ud Said, KH D Zawawi Imron dan lain-lain.
“Gagasan akademik dan pemikiran kreatif solutif dihimpun baik dengan menggunakan konsep scientific mind  agar bisa digunakan bagi siapa saja yang peduli dengan kemajuan dan kejayaan Bangsa Indonesia,” ujarnya.
Dengan diluncurkannya buku yang diterbitkan Prenadamedia Group, Jakarta dan cetakan pertama Februari 2015 ini, Pakde Karwo berharap Jatim dapat memainkan peran sebagai pintu gerbang MEA, untuk masuk dalam ruang jauh yang lebih lagi dalam percaturan global. Selain itu terbitnya buku itu juga merupakan penanda yang menjadi semangat waga Jatim untuk menghadapi Pasar Bebas ASEAN 2015 yang kompetitif.
“Setelah buku ini, sekitar Juni nanti juga akan ada buku lanjutan yang membahas seputar reformasi birokrasi. Buku ini lama saya garap karena keterbatasan waktu. Butuh waktu hampir tiga tahun untuk menyelesaikan buku-buku yang saya buat,” ungkapnya.
Dalam uraiannya, Ketua DPD Partai Demokrat Jatim ini mengatakan, Provinsi Jatim siap menjadi superkoridor MEA 2015, baik melalui penerapan Teknologi Informasi (TI) maupun regulasi barrier non tarrif.  “Kemampuan untuk menjadi superkoridor ini terus kami asah, hal itu bisa dilihat dari perkembangan ekonomi Jatim yang mampu tumbuh 5,01 persen lebih cepat dari pertumbuhan ekonomi nasional 4,55 persen,” katanya.
Menurut dia, MEA membuka koridor baru yang harus dipetik manfaatnya oleh Jatim sesuai dengan visi Pemprov Jatim 2014-2019. Karenanya, tuntutan untuk menjadi superkoridor adalah tuntutan globalisasi. Selain menjadi basis perdagangan, industri, investasi, dan tenaga kerja ahli, Jatim juga harus membangun regulasi yang bisa memihak pada pelayanan publik
Dijelaskan Pakde Karwo upaya-upaya yang dibuat dalam kesiapan menghadapi MEA 2015 di antaranya dengan membangun SMK Mini, membuat 9 kantor perwakilan dagang antar pulau. “Memperkuat basis ekonomo di dalam negeri adalah bentuk nasionalisme baru di era perdagangan bebas seperti saat ini,” tegasnya.
Di sisi lain, untuk optimalisasi kinerja urusan Perdagangan, Pariwisata, dan Investasi (PPI) ke luar negeri, Jatim membentuk etalase PPI berserta senior advisor-nya di negara Jepang, Swis, China, Korea Selatan dan Belgia.
Upaya lainnya yakni Jatim juga akan segera membangun sistem single window untuk mempermudah sistem kontrol. Sistem itu nantinya bukan saja mengintegrasikan antar pelabuhan, tetapi untuk semua kontrol barang keluar masuk ke Jatim. “Sistem ini nantinya juga merupakan salah satu bentuk kebijakan untuk membatasi banyaknya barang yang masuk ke Jatim, sekaligus melindungi konsumen lokal,” terang Pakde Karwo.
Mengenai penguasaan bahasa, ia menuturkan, ada beberapa sekolah di bawah kendali pemerintah, yang diberikan subsidi untuk kegiatan kursus bahasa asing. Saat ini pemprov juga telah menerbitkan surat edaran  untuk penguasaan bahasa Arab dan Tiongkok. “Semua generasi muda di Jatim utamanya harus mampu menguasai Bahasa Inggris,” tegasnya. [iib]

Tags: