Bakorpakem Kabupaten Probolinggo Bongkar Nisan Raksasa

Ekskavator milik Pemkab bongkar nisan raksasa.(

Kab.Probolinggo, Bhirawa
Makam raksasa yang dibangun dengan dana Rp. 150 juta milik Bintaos, warga Desa Ganting Wetan, Kecamatan Maron, Kabupaten Probolinggo, yang viral media sosial dan menghebohkan dunia maya akhirnya dirobohkan oleh Badan Koordinasi Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat (Bakorpakem). Tak ada perlawanan dari pemilik batu nisan yang dianggap syirik oleh MUI tersebut.
Ketua Bakorpakem Kabupaten Probolinggo, Nadda Lubis, bersama sejumlah tokoh agama memimpin langsung proses pembongkaran makam raksasa tersebut. Pembongkaran dengan ekskavator milik pemkab setempat ini diawali dengan pembacaan basmalah dan takbir. Kemudian dilanjutkan dengan pemukulan palu secara simbolis oleh Ketua Bakorpakem, Ketua MUI KH Cholili Munir, dan sejumlah ulama, serta Kapolsek Maron AKP Sugeng Supriyantoro.
“Ya dia telah menyalahi syariat agama, sehingga kita melakukan pembongkaran, Bintaos sudah menyadari itu, dan sudah memberikan izin membongkar, supaya kita juga tidak menjadi syirik,” hal ini diungkapkan Nadda Lubis Jum’at 27/7.
Sebuah alat berat dikerahkan untuk merobohkan bangunan setinggi 15 meter itu. Nisan yang pertama kali dibongkar adalah bagian selatan. Setelah itu nisan yang di sisi utara juga dirobohkan. Proses ini berlangsung tidak lama, hanya sekitar 30 menit saja dengan oenjagaan ketat dari petugas kepolisian..
Bintaos, selaku pemilik bangunan mengaku rela dan ikhlas. Ia juga mengaku menghormati kesepakatan yang sudah diteken beberapa waktu lalu. Lebih baik nisan raksasa itu dibongkar, daripada timbul keresahan di masyarakat.
“Sebagian pihak menganggap ini haram, makanya demi menjaga keamanan, ya saya robohkan. Yang penting aman dan damai. Tidak ada agenda-agenda kerusuhan, saya sukarela. Kalau ada pihak-pihak yang mengatakan ini musyrik, silakan. Tapi bagi saya ini karya seni. Karena saya cinta seni dan Probolinggo harus aman,” ungkapnya.
Nisan berukuran tinggi sekitar 15 meter dan lebar 5 meter, yang berdiri tegak di lahan persawahan seluas 1 hektar sebenarnya untuk saya sendiri bukan untuk prang lain, tapai jika orang sudah mengatakan sirik itu yang tidak habis piker bagi saya.
Buktinya, sebagian masyarakat menyayangkan aksi pembongkaran tersebut, keberadaan nisan raksasa itu bisa jadi tempat hiburan murah meriah bagi warga. “Ya sayang mas dibongkar, padahal kan bentuknya unik, dan nggak ada di tempat lainnya. Apalagi buat background foto-foto selfie, lucu jadinya,” ungkapnya, menirukan warga yang simpati pada saya.
Sayang memang, apa lagi untuk membangun Ia tak ingin nisan raksasa yang dianggapnya sebagai karya seni itu menjadi polemik di tengah masyarakat, tandasnya.
Sempat terkendala dana, pembongkaran akhirnya diserahkan kepada Dinas Pekerjaan Umum (PU) dan Dinas Lingkungan Hidup (LH), tambah Nadda Lubis.(Wap)

Tags: