Bakorpakem Kabupaten Probolinggo Soroti Batu Nisan Raksasa

Patung raksasa dewi Sri di Gading Maron yang sudah dibongkar pemiliknya.

Kabupaten Probolinggo, Bhirawa
Nur Slamet alias Bintaos, warga Desa Ganting Wetan, Kecamatan Maron, Kabupaten Probolinggo kembali bikin heboh. Usai 2013 tahun lalu patung raksasanya Srikandi menuai polemik, sehingga harus dibongkarnya sendiri, kali ini batu nisan raksasanya yang tengah disorot Bakorpakem (Badan Koodinasi Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat).
Batu nisan raksasa itu menjadi perhatian Bakorpakem Kabupaten Probolinggo. Sehingga, bakorpakem mengadakan rapat koordinasi membahas batu nisa raksasa itu. Rencananya, pekan depan Bakorpakem akan mengundang Bintaos untuk meminta klarifikasi. Hal ini diungkapkan Sekretaris Umum MUI Kabupaten Probolinggo K.H. Syihabuddin Shihab, Jum’at 6/7.
Kiai Shihab mengatakan, sejauh ini belum ada laporan langsung dari masyarakat terkait bangunan batu nisan berukuran besar itu. Namun, tokoh masyarakat sempat menyampaikan pada MUI untuk ditindaklanjuti. Itu untuk mengantisipasi adanya batu nisan raksasa itu meresahkan masyarakat, Bakorpakem merespons dengan menggelar rakor.
“Kami tanggal 12 Juli besok masih akan mengundang Bintaos untuk diminta klarifikasi. Untuk memastikan alasan batu nisan ukuran besar itu dibangun dan tujuannya apa? Karena, dikhawatirkan membuat masyarakat resah,” ujarnya.
Tak hanya kali ini Bintaos membuat bangunan yang mengundang perhatian. Pada 2013 lalu, dia membuat patung raksasa yang disebutnya sebagai patung Srikandi. Lokasinya sama, di Desa Ganting Wetan, Kecamatan Maron. Namun, akhirnya patung setinggi 12 meter itu dirobohkannya sendiri setelah mengundang perhatian banyak pihak, katanya.
Lebih lanjut dikatakannya, patung raksasa dengan jenis Srikandi yang berlokasi di desa Ganting wetan Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo, yang sempat menjadi isu dan perbincangan ang heboh khususnya untuk masyarakat dan MUI serta Pemkab Probolinggo, semua harus berakhir sampai di sini, pasalnya, patung tersebut 22/5 2013, oleh pemiliknya yakni Nur Slamet 37 atau kiyai Bintaos, sebutan masyarakat setempat seperti itu, sudah rela merobohkan patung itu, tanpa ada paksaan dari siapapun.
Patung yang bernama Srikandi dengan tinggi 12 meter itu tidak gampang untuk dirobohkan karna jenisnya raksasa. Untuk pembongkaran itu butuh banyak tenaga, sehingga butuh bantuan dari beberapa warga setempat,yang menggunakan alat biasa yang di ikat dengan tambang untuk merobohkan patung itu, karna mengingat proses pembongkaran itu butuh waktu yang cukup lama,sehingga masyarakat banyak yang berdatangan menyaksikannya.
Saat pembongkaran di mulai bintaos mengawasi jalannya prosesi tersebut, dari Nur slamet atau Bintaos memasang spanduk yang terbuka lebar, dengan bertuliskan, Selamat Jalan Patung Srikandi dibongkar oleh kiyai bintaos, bukan karna MUI , NU atau pemkab Probolinggo.
Hal itu adalah kemauannya dia sendiri, meskipun menghabiskan biaya yang cukup banyak yaitu sebesar enam puluh juta rupiah. Aktivitas pembongkaran tersebut sangat memikat perhatian masyarakat setempat,karna yang biasanya setiap harinya di datangi pengumjung, sudah tidak ada lagi.
Secara terpisah Nur Slamet atau bintaos, ditanya mengenai patung raksasanya yang menjadi polemic 5 tahu lalu itu mengatakan sebetulnya saya tidak mau membongkar sendiri, meskipun dari dulu ada permintaan untuk membonkar patung ini dari tangan saya sendiri, semua itu saya hiraukan, karna itu tidak mungkin, sebab patung ini adalah karya saya dan bagi saya adalah seni.
Berhubung saat itu adalah permintaan dari embah saya untuk segera di bongkar, ya,, saya menuruti permintaan dari embah saya itu, karna di samping itu sawah yang di tempati patung itu adalah pemberiannya. Saya adalah pecinta seni, akan tetapi di sisi lain saya juga menyayangi embah saya, jadi apapun yang terjadi terpaksa saya lakukan permintaanya, “tambahnya mengingat. (Wap)

Tags: