Bakorwil V, IGTKI, GOPTKI dan PKK Awali Gernas Baku Usia Dini

Kepala Bakorwil V Jember R. Tjahjo Widodo saat membuka rakor pelaksanaan Gerakan Nasional Membaca Buku (Gernas Baku) 2019 yang diselenggarakan oleh Bakorwil V Jember, IGTKI, GOPTKI dan Tim PKK se Wilker Bakorwil V Jember, Sabtu (15/6/2019)

Jember, Bhirawa
Indonesia menuduki posisi ke 6O dunia negara yang masyarakatnya memiliki minat baca rendah. Posisi ini, dibawah negara Thailand yang menduduki posisi 58. Bakorwil V Jember bersama IGTKI, GOPTKI, TP PKK dan Dinas Perpustan dan Arsip Daerah menjawab persolan ini dengan Gerakan Nasional Membaca Buku ( Gernas Baku) 2019 Wilayah Kerja Bakorwil V Jember, Sabtu (15/6/2019).
Ketua Ikatan Guru Taman Kanan-Kanak Indonesia (IGTKI)Jember Muhriyadi mengatakan, Gernas Baku ini merupakan program dari pemerintah, yang akan segera di implementasikan ke Kabupaten/Kota se wikayah Bakorwil V Jember. ” Akhir-akhir ini, secara nasional minat membaca untuk anak-anak itu sangat minim sekali, bahkan kecenderungan semakin tahun semakin menurun.Apalagi dengan adanya teknologi yang semakin berkembang, sehingga anak lebih banyak membaca gadgetnya bukan membaca ilmu pengetahuan, tapi banyak bermain game-game (permainan) yang kurang bermakna dalam kehidupan sehari-harinya,” ujar Muhriyadi sekaligus Ketua penyelenggara kegiatan.
Oleh karena itu kata Muhriyadi, Gernas Baku ini juga sebagai langkah mendekatkan lagi jati diri bangsa kepada anak secara dini melalui dongeng atau cerita menjelang tidur dengan gerakan membaca buku.” Buku saat ini bukan menjadi suatu kebutuhan bila dibandingkan dengan pulsa. Kedepan diharapkan bisa berubah buku itu menjadi sebuah kebutuhan bagi orang tua untuk anak anaknya. Karena ilmu pengetahuan itu banyak di buku kita banyak membaca itu harapannya,” tandasnya.
Sekolah sendiri menurut Muhriyadi, sudah melakukan kegiatan yang nantinya bisa dimanfaatkan oleh anak didik, seperti membuat buku tapi kurang mendapatkan fasilitas. Dengan menggandeng TP PKK dan yayasan sekolah, diharapkan buku yang dibuat oleh para guru, bisa dimanfaatkan dan disebarluaskan untuk kebutuhan anak.
“Sehingga apa yang sudah dibuat oleh guru-guru tidak mubadzir.
Begitu pula dengan orang rua, diharapkan pintar membuat buku cerita dan juga pintar bercerita. Sehingga orang tua akan semakin punya peran untuk pendidikan anaknya,” katanya pula.
Dengan adanya rakor ini, diharapkan bisa membangun sinergitas antara PKK dan GOPTKI, IGTKI dan orang tua dapat bergerak bersama-sama untuk menumbuhkan minat baca kepada anak usia dini.” Paling tidak kedepan menjadi sebuah kebiasaan orang tua dirumah untuk selalu membacakan buku pada anak. Tersedia buku bacaan dirumah meskipun hanya 5 sampai 10 judul buku,” harap Muhriyadi kemarin.
Sementara, Kepala Bakorwil V Jember R. Tjahjo Widodo dalam arahannya mengatakan sesuai dengan harapan Gubernur, Gernas Baku menjadi program prioritasnya, termasuk kualitas lembaganya. Sehingga anak mulai belajar mengenal sekokah atau bermain sambil menerima pelajaran ini betul-betul dipersiapkan.
“Dengan materi penguatan jati diri bangsa dan sejarah serta budaya yang kuat kita tanamkan kepada anak sejak dini, akan tercipta generasi muda yang kualitas. Kita dorong para guru dan organisasinya termasuk PKK, untuk lebih serius dalam menyiapkan anak menjadi generasi yang kuat dan mampu menghadapi globalisasi,” harap Tjahjo singkat.
Hadir dalam rakor tersebut Kepala Dinas Kesehatan Pemprov Jatim yang diwakili oleh Kabid Kemas drg. Vitria Dewi. Dalam paparannya, Vitria sangat mendukung upaya Bakorwil V untuk mensikrunkan ketiga organisasi tersebut (IGTKI, GOPTKI dan PKK) bersama dengan Dinas Kesehatan dan Dinas Perpustakaan. Karena penanaman karakter anak harus ditanamkan sedini mungkin terhadap mereka. ” Tentunya dengan cara yang tidak membebani anak,” ujar Vitria mengawali pembicaraan.
Dalam paparanya Vitria menyampaikan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Menurutnya, PHBS ini anak tumbuh sehat dan cerdas.Asupan gizi yang baik akan akan menjadikan anak yang sehat dan cerdasdan menghindari stunting. Karena penyebab stunting karena kurangnya pengetahuan kebersihan dan gizi. Termasuk kurangnya asupan ASI. Ini bisa dicegah dengan ASI dan MPASI, kebutuhan air bersih, pemahaman kebutuhan gizi bagi ibu hamil.” Utamanya memantau pertumbuhan bayi secara rutin di posyandu. Karena usia 0 – 6 tahun masa pertumbuhan otak si anak” jelasnya.
Jika program PHBS ini diterapkan secara maksimal, dampak jangka panjang bagi pertumbuhan anak akan berpengaruh terhadap IQ, EQ dan SQ. ” Dengan penerapan program PHBS terhadap anak secara dini, diharapkan kelak akan menjadi agent ot change ,” pungkasnya. Hadir dalam acara itu, Intan Noviana Direkrut BMTM Cantre dari Yogyakarta. Pemilik metode belajar membaca tanpa mengeja ini memaparkan metode pembenahan belajar membaca untuk anak usia dini.(efi)

Tags: