Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya Lepas Lima Produk Eksport

Kepala Balai Besar Karantina Pertanian Pusat, Ali Jamil, menggunting pita untaian bungan pelepasan lima produk komoditi yang akan dieksport. [ alikus/bhirawa]

Sidoarjo, Bhirawa
Sebanyak lima produk eksport dari Provinsi Jawa Timur, dilepas oleh Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya, Selasa (16/7) kemarin, di Kantor Balai Besar Karantina Surabaya Jl Juanda Sidoarjo, dalam rangkaian kegiatan memperingati penutupan Bulan Bhakti Karantina Pertanian ke 142 tahun 2019.
Pelepasan eksport ke sejumlah negara itu, dilakukan oleh Kepala Balai Besar Karantina Pertanian Pusat, Ir Ali Jamil, dengan pengguntingan pita untaian bunga.
Didampingi Kepala Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya, M. Musafak Fauzi, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jatim, Hadi Sulistyo, perwakilan OPD terkait di Pemprov Jatim, perwakilan dari Bea Cukai Juanda, perwakilan dari Imigrasi Surabaya, perwakilan dari kepelabuhanan Tanjung Perak, perwakilan dari perusahaan dan undangan dari para eksportir.
Data dari pihak Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya, lima produk yang diekspor tersebut diantaranya bakso dari PT Patria Jasa Nusantara ke Hongkong, kopi proses dari PT Santos Abadi ke Arab Saudi, porang chips dari CV Jiali ke China, ketela frozen dari PT Hartindo ke Inggris dan minyak goreng dari PT Batera Elok ke China.
Dalam kesempatan itu juga diberikan penghargaan kepada sekitar 20 perusahaan, yang selama ini telah melakukan eksport atas produknya. Sehingga mampu memberikan devisa pada negara.
Kepala Balai Besar Karantina Pertanian Pusat, Ali Jamil, memberikan arahannya dalam kesempatan itu, agar para pengusaha
Terus melakukan eksport produknya. Sebab selain bagus untuk pertumbuhan ekonomi lokal, juga akan bagus untuk pemasukan devisa negara.
“Menurut Menteri Keuangan, eksport produk pertanian kita postif. Eksport produk pertanian telah bisa membantu nilai eksport kita, karena eksport Migas kita lagi defisit,” kata Ali Jamil, dihadapan, para undangan yang berasal dari kalangan Birokrasi dan para pengusaha itu.
Maka menurut Ali, produk yang dieksport itu nantinya harus tambah banyak lagi. Misalnya tahun 2019 ini sebanyak 2000 produk, maka tahun 2020 harus meningkat 100%.
“Kalau eksportnya tetap, bahkan turun tidak bagus itu,” katanya.
Ali sempat memberikan strategi kepada para pengusaha dalam urusan eksport ini. Diantaranya, jumlah yang dieksport harus besar, harus melakukan diversifikasi produk, frekwensi pengiriman dan sudah punya rencana negara tujuan.
Menurut Ali, semua komoditi di Indonesia bisa dieksport. Ia mengatakan saat ini saja daun ketapang saja bisa dieksport. Padahal daun ini dulu sering diabaikan orang. Namun saat ini bila dieksport, 1 kg daun ketapang kering harganya Rp1 juta.
Agar harganya semakin tinggi, Ali minta para pengusaha supaya melakukan diversifikasi produk yang akan dieksport. Misalnya nanti tidak eksport daun ketapang nya, tapi harus diolah dalam bentuk lain.
Juga komoditi umbi, bukan lagi eksport umbi, harus jadi keripik. Bahkan nantinya harus dibuat jadi tepung. Juga dari komoditi Porang, bisa dibuat jadi tepung harganya akan lebih mahal. Bahkan jadi kosmetik akan hebat lagi harganya.
“Makanya kini juga jangan kirim komoditi kopra lagi, perlu diolah jadi produk lain,” kata Ali.
Dirinya juga menambahkan, bila sudah mampu diversifikasi produk dan meningkatkan jumlah eksportnya, para pengusaha tentunya harus kontinyu dalam melakukan eksport produknya. Jangan sampai mandek dan cuma sekali saja. Maka akan bisa mengurangi kepercayaan pasar dunia.
Dengan banyaknya berbagai produk komoditi yang dieksport dari Indonesia, menurut Ali, bangsa Indonesia dimungkinkan akan bisa jadi lumbung pangan dunia pada tahun 2045 mendatang.
Kepada Pemerintah Daerah setempat, Ali berharap bila ada investor yang membuat bermacam-macam produk komoditi yang diveraifikasi, supaya difasilitasi.
“Bila ada investor seperti itu ditangkap saja, agar nilai eksport kita dari komoditi pertanian bisa meningkat,” kata Ali.
Menurut Ali, para pengusaha di sejumlah daerah di Indonesia bila akan eksport, selama ini lewat pintu di Jawa Timur. Yakni Bandara Juanda dan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
“Jawa Timur ini salah satu pintu ekspor besar di Indonesia,” ujarnya.(kus)

Tags: