Balita Kurang Gizi Masuk Program Prioritas Pemprov

Gubernur Jatim Dr H Soekarwo didampingi Ketua TP PKK Jatim Dra Hj Nina Soekarwo bersama pengurus PIT HOGSI membuka Kongres PIT HOGSI di Hotel JW Marriot Surabaya.

Gubernur Jatim Dr H Soekarwo didampingi Ketua TP PKK Jatim Dra Hj Nina Soekarwo bersama pengurus PIT HOGSI membuka Kongres PIT HOGSI di Hotel JW Marriot Surabaya.

Pemprov, Bhirawa
Gubernur Jatim Dr H Soekarwo menyatakan jika Pemprov Jatim telah menentukan enam bidang kesehatan yang menjadi prioritas pembangunan di Jatim. Enam bidang tersebut yakni penanganan masalah angka kematian ibu dan bayi, HIV-AIDS, TBC, gangguan jiwa, dan balita kurang gizi.
“Khusus untuk masalah gizi buruk, bukan karena masalah kemiskinan. Tapi lebih disebabkan kesalahan pola asuh dan asupan. Sebab rata-rata anak yang masuk dalam kategori gizi buruk adalah anak orang mampu,” kata Gubernur Soekarwo, saat memberikan pengarahan pada acara Pertemuan Ilmiah Dua tahunan Himpunan Uroginekologi Indonesia ke-9 di Hotel JW Marriot Surabaya, senin (18/4).
Menurut Pakde Karwo, sapaan lekat Gubernur Soekarwo, untuk mengatasi masalah gizi buruk ini diperlukan gerakan yang massif dan terencana. Untuk itu, penanganan masalah gizi buruk harus dilakukan bersama-sama antara pemerintah dan organisasi sosial seperti PKK melalui sosialisasi promotif preventif secara intensif.
Sedangkan untuk penanganan masalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), pihaknya akan melakukan sejumpah upaya. Di antaranya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan berupa pendampingan pada ibu hamil.
Pemprov Jatim juga telah mendirikan 5.700 Polindes di setiap desa dengan satu tenaga kesehatan yakni bidan. Tugasnya membantu Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat desa yang jauh dari jangkauan Puskesmas.
“Oleh karena itu, agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik dan maksimal pada masyarakat, maka sejak 2015 lalu Polindes ditingkatkan menjadi Ponkesdes dengan menambah dua orang tenaga kesehatan yakni perawat,” ungkapnya.
Pakde Karwo mengatakan, keberadaan Ponkesdes adalah sebagai ujung tombak pembangunan kesehatan masyarakat di Jatim. Yakni dengan cara mendekatkan pelayanan kesehatan agar kualitas kesehatan masyarakat Jatim bisa lebih baik dari sekarang. Selain Ponkesdes, untuk menyambut Generasi Emas di 100 tahun Indonesia merdeka, Pemprov Jatim juga membuat program taman posyandu, dengan target 10 ribu taman posyandu.
Dari target 10 ribu posyandu, hingga saat ini sudah mencapai 12 ribu posyandu yang artinya sudah melebihi target yakni 2000 Posyandu. Program ini sangat penting karena telah menerapkan program pendekatan holistik. Di dalamnya meliputi program pendidikan, PAUD, kesehatan dan Sosial.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jatim Dra Hj Nina Soekarwo menyampaikan program meningkatkan pengawasan dan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil. Caranya melalui pendampingan mulai dari kehamilan hingga paska melahirkan. Pendampingan ini dilakukan oleh para kader PKK di setiap desa selama 1000 hari pertama. Langkah ini diambil dengan tujuan untuk mempersiapkan dan menyambut datangnya Generasi Emas pada Perayaan 100 Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia.
Program menekan AKI dan AKB di Jatim bisa dikata sudah berhasil, terutama dalam hal penurunan AKI. Tapi untuk AKB masih belum karena memang program penanganan AKB belum maksimal. Pada 2015 delapan kabupaten dengan 800 orang kader mendampingi sebanyak 1.883 ibu hamil dan dua orang meninggal. Sedang 2016 ini ditargetkan 1000 orang kader dengan mempingi berapa jumlah ibu hamilnya sampai sekarang masih belum terdata dengan pasti.
“Pendampingan selama tiga tahun oleh 1.600 orang kader dengan jumlah bumil berisiko tinggi sebanyak 3.575 orang berhasil diselamatkan sebanyak 3.570 orang, karena yang meninggal lima orang karena serangan jantung atau jatim berhasil mencapai 99,9 persen,” tandasnya. [iib]

Tags: