Bambang DH Minta Perbedaan jadi Pemersatu

Sosialisasi Empat Pilar MPR RI
Surabaya, Bhirawa
Sinyal mulai terdegradasinya pemahaman terhadap nilai-nilai kebangsaan disikapi secara aktif oleh Anggota DPR/ MPR RI, Bambang DH dengan terus menggeber ‘Sosialisasi Empat Pilar’. Bersama Guru Besar Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Prof. Dr. Warsono, M.S, lebih dari 150 peserta dari kalangan milenial Surabaya dan Sidoarjo diajak berdiskusi terkait isu penting tersebut.
“Kita ini terdiri dari berbagai suku bangsa, bukan untuk terpecah belah. Tetapi untuk bersatu membangun negeri. Ingat Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika menjadi pilar bangsa ini,” ujar Anggota Komis III DPR RI, Bambang DH saat membuka acara yang berlangsung di Universitas 17 Agustus 1945 (Untag), Minggu (9/2) kemarin.
Bambang DH menilai, sejak reformasi bergulir nilai-nilai kebangsaan yang termaktub dalam 4 pilar yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika tidak banyak disentuhkan oleh generasi muda di bangku sekolah.
“Banyaknya suku yang ada di Indonesia mengharuskan kita untuk menghargai perbedaan yang ada. Sebab hal itu menjadikan Indonesia negara yang utuh,” tegasnya.
Senada,Prof. Dr. Warsono, M.S, salah satu Guru Besar Unesa mengatakan jika kondisi Indonesia saat ini harus dimanfaatkan untuk kemajuan. Menempatkan perbedaan dengan kesetaraan. “Negara yang kuat adalah negara yag berbasis intelektual, sebagai modal untuk hidup,” ujarnya
Ia juga mengatakan bahwa ketika pendiri negara memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 ada tiga point penting yang disampaikan.
“Tiga point tersebut adalah membangun negara, membangun bangsa dan membangun karakter,” katanya.
Jadi sebagai anak muda, lanjut Prof Warsono meminta para audience untuk berani berpendapat dan jangan takut salah. Sebab dengan berani mengemukakan uneg-unegnya setiap orang bisa belajar banyak hal. Tak lupa ia juga mengingatkan bahwa pendidikan moral harus tetap ditumbuhkann.
“Karena yang menentukan majunya bangsa adalah moral masyarakatnya terutama generasi muda. Negara dan bangsa ada di tangan kalian. Tak hanya itu saja, soal kebebasan berpendapat juga harus dimanfaatkan sebaik dan sebijak mungkin. Harus diingat harus saling menghormati dengan menerima gagasan orang lain,” ungkapnya.
Peserta yang merupakan siswa SMA/SMK sederajat serta mahasiswa dari Surabaya dan Sidorjo ini sangat antusia mengikuti diskusi. Ini tampak dari antusiame mereka saat forum tanya jawab dibuka. Pertanyaan mengenai apa itu 4 pilar hingga terkait isu kekinian yaitu pro-kotra pemulangan anggota ISIS dan diskriminasi sejak dini menjadi topik yang menggugah peserta berpendapat.
Bambang DH pun mengapresiasi semangat anak-anak muda tersebut dengan mendorong mereka untuk bersikap dan berpikir kritis mengenai sesuatu di sekitarnya.
“Kalian harus kritis, tapi tetap rasa kebangsaan dan kemanusiaan menjadi landasan dalam berfikir,” tegasnya.
Sebelum acara ditutup, Prof. Warsono menegaskan agar semua pihak sadar bahwa masyarakatIndonesia adalah majemuk.
“Negara yang majemuk jangan di gegerkan lagi, kita ini manusia, didasari Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, UUD 1945 dan NKRI kita harus majukan Indonesia. Berfikir kreatif, kritis. Pesan saya beranilah berfikir. Nasionalisme tidak berati apa-apa jika tidak punya prestasi,” pungkasnya. [geh]

Tags: