Bangunan Baru Pasar Margalela Kabupaten Sampang Masih Sepi Aktifitas

Pasar Margalela di Jalan Samsul Arifin, Kelurahan Polagan, Kecamatan Sampang.

Sampang, Bhirawa
Berjalan setahun dibukanya pasar Magalela 1, Kelurahan Polagan, Kecamatan Sampang, , hingga saat ini masih sepi dari pedagang
Dari 55 kios dan 333 lapak di Pasar Margalela 1 sebenarnya sudah ada ada pedangang yang menempati dengan akad sewa membayar retribusi. Namun hingga saat ini kios dan lapak tersebut masih belum sepenuhnya ditempati oleh para pedagang.
Perlu diketahui, pembangunan kios Pasar Margalela I menelan anggaran Rp 14 miliar dari APBN Ta 2016, dan sejak 2017 hingga saat ini, hanya sedikit pedangang dan sepi pengunjung.
Kepala Bidang Pengelolaan Pasar Disperdagprin Sampang Sapta N Ramlan, Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagprin) Sampang telah mengeluarkan ancaman agar para pedagang mau membuka kios di Pasar Margalela yang seharusnya dilakukan sejak 10 Juli 2019.
” Tapi, tidak seluruhnya. Hanya sebagian yang membuka kios, bahkan dalam waktu dekat kami akan mengeluarkan perjanjian baru bagi pedagang yang aktif,” terangnya. Senin (10/2/20).
Menurut Sapta, pihaknya tetap akan memberlakukan mtode pembayaran retribusi yang disepakati semula. “Para pedangang yang menempati kios dan lapak tersebut hanya dikenai retribusi, bagi yang menempati kios retribusi setiap bulan perkios Rp.36.000 sedangkan yang untuk lapak retribusi Rp.2000 per hari, dan itu jadwalnya buka mulai pagi hingga jam 9 malam”jelasnya.
Lanjut Sapta, masih belum maksimalkan para pedagang yang berada di Pasar Margalela 1 tersebut, Balitbangda Kabupaten Sampang akan membuat grand design terkait penataan ulang pasar tersebut.
“Namun kami masih menunggu hasil kajian tersebut untuk dilaksanakan. Sambil menunggu kajian tersebut kami berharap pada semua pedangang segera menempati fasilitas yang sudah ada baik berupa lapak dan kios dengan membuka setiap hari,” terangnya.
Salah seorang pedagang di Pasar Margalela Fauzan, mengaku saat ini pedagang kurang mendapat keuntungan. Sebab, pembeli yang datang ke sana hanya sedikit. Dalam sehari orang yang membeli dagangannya bisa dihitung jari.
“Sepi, tapi mau bagaimana lagi, tetap harus saya buka. Karena kalau tidak buka katanya mau diambil alih oleh pemkab,” curhatnya.(lis)

Tags: