Banjir Bandang Binakal Bondowoso Hancurkan 9 DAM

Banjir Bandang yang mengakibatkan sembilan Dam Hancur, dikunjungi langsung ke lokasi oleh Kadis PUPR Karna Suswandi (Samsul Tahar/Bhirawa)

(296 Hektar Lahan Pertanian Terancam Kekeringan)
Bondowoso, Bhirawa.
Banjir Bandang yang terjadi di Desa Gading Sari Kecamatan Binakal Bondowoso, Rabu (25/1) sore mengakibatkan 9 DAM yang ada di sepanjang aliran banjir bandang rusak parah bahkan ada yang hancur hingga terhanyut, akibatnya 296 Hektar lahan terdampak terancam mengalami kekeringan bahkan gagal panen.
Hal ini disampaikan Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Bondowoso Drs H Karna Suswandi MM kepada sejumlah wartawan usai melakukan kunjungan langsung ke lokasi banjir Bandang, Kamis (26/1) kemarin.
Menurutnya Banjir Bandang yang berasal dari hutan diatas desa Gading Sari tersebut telah merusak infrastruktur irigasi yang ada disepanjang aliran banjir bandang yang juga membawa bebatuan, kayu dan bambu sehingga merusak 9 DAM.
“Saya bersama kepala UPT Pengairan Kota dan bersama tim perencana langsung turun ke lokasi, saya tidak ingin petani menjadi korban, sehingga kerugian yang ditimbulkkan langsung kita hitung serta berapa yang dibutuhkan juga untuk dihitung,” katanya.
Karna mengaku juga langsung melaporkan kejadian tersebut kepada Bupati Amin Said Husni, serta langsung mendapat petunjuk untuk langsung bisa diselesaikan dengan baik, sehingga petani yang terdampak tidak menjadi korban. “Untungnya saat ini masih musim penghujan, sehingga kalaupun irigasi terganggu, saya sangat yakin pertanian tidak akan terganggu namun akan segera diselesaikan,” ungkapnya.
Dari 296 hektar lahan yang menjadi korban tersebut menurut Karna berdasar pendataan yang dilakukan petugasnya dilapangan ternyata ada 6 desa yang mendapat dampak langsung diantaranya Desa Gading sari, Sumber Waru, Kembangan, Baratan, Binakal, bahkan juga berdampak ke areal sawah di Curahdami. Untuk mengantisipasi kejadian serupa bahkan yang lebih besar akibat kondisi hujan yang masih ekstrim menurut Karna, pihaknya menugaskan bawahannya untuk siaga dilapangan untuk setiap terjadi hujan selalu siaga.
Jika terjadi banjir pertama kali yang harus dilakukan adalah dengan menutup saluran ke sawah-sawah agar lahan pertanian tidak menjadi korban, selanjutnya memantau debit air untuk mengantisipasi dampak yang lebih besar. “Kalau seperti kemarin, ada batu, kayu, bahkan bambu yang terbawa, maka masyarakat disarankan untuk mengungsi ke daerah yang lebih aman,” kata dia.
Dalam pantauan Bhirawa di lapangan kejadain banjir bandang ini cukup menyeramkan, karena berdasar informasi warga setempat saat hujan terjadi mulai pagi sekitar jam 8 pagi hingga sore hari, terdengar suara gemuruh yang membuat warga keluar rumah untuk menyelamatkan diri. “Kayak ada suara hujan batu, kami takut dan semua warga berusaha menyelamatkan diri,” kata Ike UPT Pengairan yang memantau dan berjaga di lokasi. [har]

Tags: