Banjir Pantura Macetkan Arus Lalin Capai 5 Km

Banjir rendam puluhan rumah warga Kalisalam Probolinggo.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

Puluhan Rumah di Probolinggo Terendam
Probolinggo, Bhirawa
Hujan deras 5 jam membuat jalur Pantura Probolinggo terendam banjir. Air menggenangi jalan raya membuat arus lalu lintas dari Probolinggo-Situbondo dan Probolinggo-Surabaya macet 5 km. “Hujan deras dengan intensitas tinggi membuat beberapa sungai di Kecamatan Dringu dan Kecamatan Gending, tidak bisa menampung besarnya debit air, hingga meluap ke persawahan dan pemukiman warga. Air juga meluber ke jalan raya sehingga arus lalu lintas macet dari timur maupun dari barat” ujar Arman, Warga Desa Kalisalam, Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo, Kamis (28/1) petang.

Banjir merendam ke jalanan sepanjang 1 kilometer di Kecamatan Dringu, dan di Kecamatan Gending. Akibatnya kemacetan mengular hingga 5 km. Polisi turun ke jalan untuk mengatur arus lalu lintas. Para aparat ini membantu mendorong kendaraan yang mogok akibat banjir.
Kasat Lantas Polres Probolinggo AKP Sigit Raharjo mengatakan semua anggota Satlantas dan dibantu petugas dari polsek diterjunkan untuk mengantisipasi kemacetan panjang dan membantu kendaraan yang terjebak banjir.

“Semua anggota Satlantas kami terjunkan dan dibantu personel dari polsek dan Satuan Sabhara Polres Probolinggo, mengatur kemacetan arus lalu lintas dan membantu kendaraan para pengguna jalan yang mogok. Macetnya hingga 5 km,” kata Sigit.
Selain membanjiri jalan raya Pantura, hujan juga membuat rumah warga terendam banjir. Yang paling parah terdampak banjir adalah Desa Kalisalam, Kecamatan Dringu. Sebanyak 90 rumah warga di Dusun Grogol, Desa Kalisalam, Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo terendam banjir akibat hujan deras yang terjadi.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Probolinggo, Anggit Hermanuadi mengatakan, dari pendataan yang dilakukan di lapangan, ada 90 rumah Kepala Keluarga (KK) dari total 145 KK di dusun itu yang terendam banjir. “Ketinggian air antara 40 sampai 50 sentimeter,” kata Anggit.
Meski begitu, sejak sekitar pukul 19.00 Wib, hujan mulai reda dan genangan air yang masuk ke rumah warga berangsur surut. Banjir di Dusun Grogol, Desa Kalisalam, Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo.

“Warga sempat menyelematkan barang-barang berharga ke tempat yang lebih tinggi agar terhindar dari genangan air. Tidak ada korban jiwa dalam banjir ini,” tegasnya.

Anggit juga menyebut bahwa air juga meluap dan merendam Jalur Pantura karena saluran air yang kurang memadai atau tersumbat sampah. Akibatnya arus lalu lintas sempat tersendat. “Diharapkan masyarakat tetap mewaspadai kejadian serupa karena akhir Januari dan Februari merupakan puncak musim hujan menurut informasi dari BMKG yang kita terima,” tandasnya.

Hujan lebat yang turun mulai sore hingga Kamis (28/1) malm, membuat Jalan Raya Dringu di Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo terendam banjir. Ketinggian air mencapai sekitar 50 sentimeter di Jalan Raya Dringu.

Kendaraan yang melintas di Jalan Raya Dringu pun harus berjalan pelan. Kondisi itu membuat lalu lintas padat merayap sejauh 3 kilometer. Jalanan macet mulai perbatasan Kota Probolinggo – Kabupaten Probolinggo di Kecamatan Dringu sampai Pantai Bentar, Kecamatan Gending.

Banjir sendiri dipicu hujan lebat yang turun di sejumlah daerah di Kota dan Kabupaten Probolinggo. Hujan turun mulai sore sampai malam. Akibatnya, sungai Kresek di Dringu meluap. Luapan air sampai ke jalan raya dan membuat jalan raya banjir.
Yanti warga Dusun Grogol, Desa Kalisalam, Kecamatan Dringu menjelaskan, di tempatnya hujan turun mulai pukul 13.30. Hujan lebat membuat sejumlah aliran air atau drainase tak lagi bisa menampung air.Termasuk sungai Kresek di Desa Kalisalam, Dringu. Air sungai Kresek akhirnya melupas dan meluber ke Jalan Raya Dringu.

Banjir mencapai titik tertinggi sekitar pukul 17.00 hingga pukul 18.00. Air mencapai selutut orang dewasa atau sekitar 50 sentimeter. Setelah itu, banjir berangsur surut. “Karena tinggi air selutut membuat kendaraan yang melintas di Jalan Dringu macet. Masih jalan, tapi pelan sekali. Macetnya sampai 3 kilometer,” katanya.

Hal senada diungkapkan Totok, warga Dusun Grogol yang lain. Menurutnya, luapan sungai paling besar terjadi di Desa Kalisalam dan Tamansari. Bahkan, di Tamansari sejumlah rumah penduduk yang ada di tepi jalan terendam setinggi pinggang orang dewasa.

“Kalau di sekitar jalan paling parah di Desa Tamansari. Tingginya sampai pinggang orang dewasa,” katanya.
Ia berharap pemerintah melakukan evaluasi. Sebab, dua desa itu langganan banjir saat hujan lebat. “Di dua desa ini banjir terjadi setiap tahun. Harapannya ada evaluasi, penyebabnya apa. Mungkin mengeruk drainase agar air tidak meluber ke permukiman warga,” tandasnya.

“Masyarakat sudah mengantisipasi kejadian ini dengan mengamankan barang-barang berharga di tempat yang lebih tinggi dan menutup celah tempat air berpotensi masuk ke rumah. Saat ini genangan berangsur-angsur surut dan arus lalin masih tersendat,” katanya.

Ia berharap masyarakat tetap mewaspadai kejadian serupa. Sebab, saat ini merupakan puncak musim hujan menurut informasi dari BMKG, tambahnya.(Wap)

Tags: