Banjir Sampang Telan Korban Jiwa

Usai ditemukan korban banjir dibawa ke Balai Desa Palenggiyan  Kecamatan Kedundung dan dibawa ke mobil ambulans menuju Puskesmas setempat untuk diautopsi, Senin (26/9). [nur cholis]

Usai ditemukan korban banjir dibawa ke Balai Desa Palenggiyan Kecamatan Kedundung dan dibawa ke mobil ambulans menuju Puskesmas setempat untuk diautopsi, Senin (26/9). [nur cholis]

Sampang, Bhirawa
Bencana banjir yang melumpuhkan Kota Sampang sejak Minggu (25/9) pagi hingg, Senin (26/9) kemarin memakan korban jiwa. Korban diketahui bernama Hosiyeh (46),  ditemukan tewas dengan posisi tertelungkup di perairan sungai Dusun Tebbes Desa Palenggiyan Kecamatan Kedungdung, Senin (26/9) sekitar pukul 08.30.
Warga Dusun Penatat Desa Gunung Kesan Kecamatan Karang Penang itu diduga tewas terpeleset saat mandi di sungai tak jauh dari rumahnya. Karena tak kuat menahan derasnya air sungai, ia pun hanyut dan terseret air hingga 7 km.
“Jasad korban pertama kali ditemukan oleh warga bernama Rusdi saat hendak mencari rumput. Posisi korban kala itu tertelungkup dan tersangkut di akar-akar pohon sungai,” terang Kepala Desa Palenggiyan Hoiri, Senin (26/9).
Dia menjelaskan, warga yang awal mula mengetahui adanya mayat tergeletak di tepi sungai itu segera melaporkannya kepada polisi. Menerima informasi tersebut polisi, BPBD, dan PMI Sampang menuju ke lokasi penemuan untuk melakukan pengecekan dan evakuasi. “Setelah berhasil dievakuasi, korban sementara di tempatkan di balai desa setempat dan akhirnya dibawa ke puskesmas untuk diautopsi,” katanya.
Dia menuturkan, korban memang terseret air sungai sekitar 7 km dari tempat awal korban mandi. Berdasarkan pengakuan keluarga korban, Hosiyeh dilaporkan hilang saat mandi di sungai, Minggu (25/9) sore.
Sementara itu, Kanit SPKT Polsek Kedungdung Ipda Afrizal Haris mengatakan hasil dari autopsi tidak ditemukan tanda-tanda yang mengarah kepada penganiayaan. Itu artinya, korban murni mengalami musibah tenggelam. “Setelah diautopsi di puskesmas setempat, diketahui korban murni karena tenggelam, tidak ada tanda-tanda yang mencurigakan,” singkatnya.
Usai dilakukan autopsi, jenazah korban langsung dibawa ke rumah duka untuk dilakukan pemakaman.
Terpisah, Kepala BPBD Sampang Wisnu Hartono membenarkan banjir tahun ini memakan korban jiwa. Namun, hingga kini belum diketahui secara pasti kronologis tenggelamnya korban.
“Rincian laporannya belum diterima, nanti saja karena petugas kami masih di lokasi dan mengantarkan korban ke rumah duka,” jelasnya.
Wisnu menambahkan, banjir di Sampang terus meluas. Hingga Senin kemarin dilaporkan telah merendam sebanyak 5 desa dan 4 kelurahan. Di antaranya, Desa Kemuning, Tanggumong, Pasean, Panggung, dan Gunung Maddah. Sedangkan, untuk Kelurahan yakni Dalpenang, Rongtengah, Gunung Sekar dan Karang Dalam.
Seperti diberitakan banjir yang melanda Kabupaten Sampang terus meluas, Minggu (25/9) siang. Akibatnya, petugas terkait setempat terpaksa menutup akses jalan yang menuju Kota Sampang karena ketinggian air bervariasi, hingga ada yang mencapai satu meter lebih.
Banjir terjadi karena Sungai Kemuning meluap setelah diguyur hujan deras sejak dua hari terakhir. Selain itu ditambah terjadinya  kiriman air dari kawasan utara Sampang terus meningkat. Kondisi tersebut diperparah dengan air laut yang pasang. Jadi, air yang ada di Sungai Kemuning tidak bisa masuk ke laut. Air sungai itu malah meluber ke jalan hingga menyebabkan ratusan rumah penduduk yang ada di sekitar sungai terendam.

Rp 50 M untuk Pompa Air
Gubernur Jatim Dr H Soekarwo menilai di Kabupaten Sampang sangat membutuhkan pompa besar dan harus segera dibangun sebagai upaya antisipasi banjir di daerah setempat. Untuk itu ia akan mengalokasikan dana sebesar Rp 50 miliar untuk pengadaan pompanya.
“Pompa yang tersedia sekarang tidak mampu untuk mengantisipasinya sehingga sangat dibutuhkan pompa lebih besar, dan ini sangat mendesak karena terus berkejaran dengan hujan,” kata pria yang akrab dipanggil Pakde Karwo ini, Senin (26/9).
Kata Pakde Karwo, problem-problem di Sampang ini sudah dibicarakan dengan pimpinan DPRD Jatim. “Saya ingin prioritas tentang pompa Rp 50 miliar. Kalau bisa awal 2017. Kalau ada dana ya bisa dialokasikan Rp100 miliar. Dana itu untuk pompa air di Sampang saja,” papar dia.
Pakde Karwo, berharap juga ada dukungan dari pemerintah pusat terkait realisasi pompa karena harganya yang sangat mahal. Ia mengakui sebenarnya sudah ada pompa di Sampang, namun tidak cukup mampu untuk mengatasi tingginya volume air karena ukurannya yang kurang besar.
“Nantinya pompa-pompa ini diletakkan di wilayah Kota Sampang maupun dataran yang secara geografis lebih rendah dua meter dari permukaan air laut untuk membuang air ke laut,” jelasnya.
Selain menyediakan pompa besar, sebenarnya di Sampang sudah dibangun tiga penahan air di kawasan Omben, Sampang, namun juga belum mampu membantu.
Sedangkan untuk daerah rawan banjir lainnya, menurut Pakde Karwo tidak memerlukan pompa karena kondisi geografisnya berbeda. “Kalau daerah lain itu murni karena hujan, tapi daerah serapan berkurang. Kalau di Sampang, itu karena letak geografis daerahnya dua meter di bawah permukaan air laut,” pungkas Pakde Karwo.
Sementara itu, Ketua Komisi E DPRD Jatim dr Agung Mulyono mengaku sepakat dengan gubernur untuk pengadaan pompa air di Sampang. “Kami akan berusaha mengalokasikan dana untuk pengadaan pompa di Sampang,” kata politisi Partai Demokrat ini.
Ditambahkannya berkaca dari dari kasus Sampang, ia mengimbau daerah lain untuk tetap waspada. “Di Sampang saat ini sudah surut. Segala bentuk bantuan dan keperluan telah dipenuhi. Tapi daerah lain, harus juga waspada agar hal serupa tidak terjadi,” tutur Agung. [lis,cty,iib]

Rate this article!
Tags: