Banjir Surabaya Imbas Proyek Box Culvert Belum Tuntas

Pembangunan Box Culvert di Surabaya.

Pembangunan Box Culvert di Surabaya.

Surabaya, Bhirawa
Pakar Tata Kota ITS Surabaya Haryo Sulistyarso memaklumi masih adanya banjir di beberapa titik Kota Surabaya. Sebab, proyek pembangunan box culvert baru terealisasi 50 persen. “Kami sudah memprediksi Kota Surabaya masih akan mengalami banjir. Karena box culvert baru terealisasi 50 persen dan ini masih belum sempurna,” katanya saat dikonfirmasi Harian Bhirawa  melalui selulernya, Kamis (25/2).
Haryo menjelaskan, kalau sistem drainase sudah terkoneksi secara keseluruhan pasti akan optimal. Meski masih terealisasi 50 persen pembangunan box culvert tapi luas genangan air di Kota Surabaya berkurang, ketinggian air pun juga berkurang. “Intinya skala prioritas dari Pemkot Surabaya untuk menangani banjir  segera dilakukan karena sudah punya datanya. Tinggal operasional di lapangan saja,” imbuhnya.
Namun, Haryo memastikan meski proyek pembangunan box culvert nantinya  sudah tuntas secara keseluruhan, genangan air tetap masih ada. “Kalau Surabaya bebas banjir sih tidak bisa, tapi pasti masih ada genangan-genangan air saat musim hujan seperti ini,” tandasnya.
Perum Jasa Tirta memastikan banjir yang sempat menggenangi beberapa kawasan di Surabaya Barat disebabkan curah hujan tinggi yang tak mampu diimbangi dengan kapasitas drainase yang ada di sekitar Surabaya Barat. Selain itu, daya tampung Kali Kedurus ternyata juga tak mampu menampung sehingga airpun meluap.
“Pantauan stasiun hujan yang kami miliki di Kedurus menunjukkan intensitas hujan Rabu sore mencapai 119 milimeter per detik, atau masuk kategori cukup deras,” kata Kepala Sub Divisi Jasa Asa II Perum Jasa Tirta Jawa Timur Didik Ardianto.
Menurut Didik, saat banjir terjadi di Surabaya Barat, kondisi air di Kali Surabaya masih sangat aman karena debitnya hanya 100 meter kubik per detik (batas maksimal debit di Sungai Surabaya 280 meter kubik per detik) sehingga banjir cepat surut dan tak sampai meluas ke Surabaya Pusat maupun Surabaya Timur dan Surabaya Selatan.
Perum Jasa Tirta saat ini juga terus melakukan manajemen pengelolaan air khususnya menjaga pintu air di Gunungsari dan Jagir Wonokromo. “Kamis siang kondisi air di Gunungsari masih normal karena baru mencapai 100 meter kubik per detik, atau masih sama seperti debit di hari biasanya,” ujarnya.
Sementara itu, pantauan petugas dari Perum Jasa Tirta, banjir yang melanda Surabaya Barat sudah surut seluruhnya dan kemarin siang ini hanya menyisakan genangan di sekitar Waduk Unesa.
Staf Informasi dan Data BMKG Maritim Tanjung Perak Surabaya Eko Prasetyo, mengingatkan masyarakat agar berhati-hati dan waspada terhadap peluang terjadinya gelombang tinggi dan angin kencang di Laut Jawa maupun di Samudera Hindia hingga 28 Februari.
“Gelombang tinggi dan angin kencang berpeluang terjadi di Utara dan Selatan Jawa hingga 28 Februari mendatang. Karena itu, nelayan dan pelayaran dengan kapal kecil harus hati-hati dan waspada,” kata staf Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika  (BMKG) kemarin.
Tinggi gelombang di Laut Jawa, khususnya Utara Jawa Timur, Gresik-Bawean, Masalembo dan Laut Jawa bagian timur mencapai 2-3 meter dan kecepatan angin sekitar 45 kilometer per jam, sedangkan di Samudera Hindia atau selatan Jawa tinggi gelombang bisa mencapai 4 meter dan kecepatan angin 60 kilometer per jam.
Menyinggung banyak daerah yang mengalami bencana banjir, termasuk di antaranya di permukiman penduduk di Surabaya Barat, ia menjelaskan bahwa saat ini curah hujan cukup tinggi. “Jadi, pemerintah dan masyarakat harus memperhitungkan kemampuan saluran air yang ada agar tidak sampai menimbulkan genangan atau banjir,” katanya.
Hujan yang mengguyur wilayah Jatim belakangan ini, menurut dia, sebenarnya tidak begitu merata namun intensitasnya relatif tinggi sehingga bisa berpeluang menyebabkan banjir atau bencana alam lainnya, seperti tanah longsor.
Ia mencontohkan, dataran-dataran tinggi seperti daerah pegunungan, di antaranya Gunung Kelud dan Gunung Semeru, berpeluang diguyur hujan  lebih tinggi ketimbang dataran rendah  lainnya. “Karena itu, jika di puncak gunung tersebut diguyur hujan, maka sisa material vulkanis, akan mudah terbawa hujan menjadi banjir lahar dingin,” katanya menambahkan. [geh]

Tags: