Anggota DPRD Sidoarjo Mimik Idayana Kerahkan Warga Bersihkan Sampah Sungai

Anggota Dewan Mimik Idayana sedang menggerakan warga bersihkan sungai dan ibu-ibu menguruk jalan. [achmad suprayogi/bhirawa]

(Banjir Tak Kunjung Surut)
Sidoarjo, Bhirawa
Akibat banjir yang telah melanda Desa Banjarasri dan Kedungbanteng Tanggulangin Sidoarjo yang hampir sebulan ini belum juga surut. Membuat anggota Dewan Komisi D DPRD Mimik Idayana merasa prehatin. Politisi Partai Gerindra langsung mendatangi lokasi dan menggerakan warga untuk bersih-bersih sampai sampah di sungai yang menyumbat jalannya air.
Mimik mengaku sangat prihatin dengan kondisi warga yang sudah hampir sebulan lebih lingkungannya tergenang banjir setinggi sekitar 40 Cm. “Saya sangat prihatin sekali dan tidak menyangka kondisinya seperti ini terus berlarut-larut. Bahkan di desa Kedung Banteng sudah sebulan lebih terendam banjir,” ungkapnya, kemarin (27/1/20).
Ia meminta agar pemerintah segera melakukan langkah cepat dan tepat agar banjir seperti ini tidak terulang lagi, karena menurut warga banjir seperti ini kerap terjadi setiap tahun. “Pemerintah Kabupaten Sidoarjo harus bertindak cepat dan tepat, agar air yang menggenangi pemukiman warga segera bisa diatasi, diantaranya dengan membangun saluran air atau gorong-gorong agar air yang menggenang bisa segera surut,” katanya.
Di sisi lain, Ia juga mengapresiasi apa yang dilakukan warga dengan melakukan tindakan swadaya untuk mengatasi banjir. Dengan meninggikan jalan agar tidak banjir, namun hal ini justru bukan menyelesaikan masalah karena air akan tetap mengalir ke rumah warga lantaran ketinggiannya lebih rendah. “Yang tepat di sini agar segera dibangun saluran air, kalau jalannya yang ditinggikan airnya justru masuk kedalam rumah,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua RT 5 RW 2 Rijalul Masudi mengatakan kalau banjirnya sudah mulai sekitar satu bulan ini, khususnya untuk wilayah Kedung Banteng RT 5 RW 2 yang dihuni sebanyak 120 KK ini dampaknya yang paling tinggi hingga mencapai sekitar 50 Cm. “Banjirnya pasang surut, kalau hujan bisa mencapai sekitar 50 cm, kalau tidak hujan bisa sekitar 30 hingga 40 cm. Sekarang ini belum ada solusi dari Pemerintah, sehingga warga melakukan swasdaya sendiri-sendiri,” katanya.
Mereka melakukan kerja bhakti sendiri untuk membersihkan gorong-gorong ataupun juga meninggikan jalannya. “Sangat kompak semua kerja bhakti, termasuk para ibu-ibu juga ikut serta beramai-ramai meratakan tanah uruknya. Jadi airnya tidak bisa mengalir ke sungai, karena kondisi sungainya juga tinggi/dangkal ditambah lagi sampah-sampah plastik juga masih memenuhi sungai,” katanya.
Sedang bantuan dari pemerintah juga belum ada, untuk air bersih pernah hanya sekali, itupun hanya satu tanki air hingga sekarang ini belum ada lagi. “Karena tidak ada bantuan yang memadai untuk air bersih, warga sekarang ini masih membeli air dalam jerigen yang harganya Rp 2 ribu. Warga yang mayoritas petani juga tidak bisa bekerja, karena lahannya tergenang air,” jelas Rijalul Mashudi. [ach.hds]

Tags: