Bank Indonesia Bidik Empat Sektor Prioritas Sosialisasi QRIS

KPw BI Jember Hestu Wibowo.

Jember, Bhirawa
Sejak diberlakukannya awal Januari 2020, Bank Indonesia (BI) terus meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan transaksi non tunai melalui Quick Response Indonesia Stndard (QRIS). Bahkan, otoritas keungan negara ini akan membidik empat sasaran yang menjadi bidikannya agar metode pembayaran dengan metode pembayaran melalui scan code QR lebih familier kepada masyarakat.
Ke empat sasaran tersebut yakni sektor pendidikan, toko modern, pusat perbelanjaan oleh-oleh dan UMKM serta tempat-tempat peribadatan.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Jember, Hestu Wibowo mengatakan, keempat sasaran ini menjadi prioritas dalam mensosialisasikan metode QRIS kepada masyarakat luas. Sektor pendidikan kata Hestu tempat strategis untuk bersosialisasi. Karena disektor ini, audiensinya milenial (mahasiswa dan sekolah), sehingga lebih memudahkan dalam bersosialisasi.
” Sektor pendidikan ini tempat berkumpulnya kaum milenial. Mereka biasanya, sekali diajari besok langsung digunakan. Mereka (milenial) lebih tanggap dan mudah menyesuaikan dalam setiap perkembangan teknologi,” ujar Hestu Wibowo saat Ghatering dengan media, Jum’at (13/3/2020) malam.
Pusat oleh-oleh dan pasar modern juga menjadi prioritas utama dalan mengenalkan sistem pembayaran non tunai dengan QRIS kepada masyarakat. Karena tempat ini kata Hestu, banyak dikunjungi oleh masyarakat umum dan wisatawan. Sehingga pusat perbelanjaan oleh-oleh dan pasar modern harus menyediakan aplikasi QRIS untuk mempernudah mereka dalam pembayaran.
“Misalnya, ada orang Jakarta berkunjung ke Jember, dan mengunjungi pusat oleh-oleh khas Jember. Kalau mereka (pusat perbelanjaan) tidak menyediakan aplikasi QRIS ini akan menyulitkan sistem pembayaran,” urainya.
Begitu pula di tempat peribadatan, juga menjadi bidikan sosialisasi QRIS, sehingga masyarakat yang mempunyai aplikasi sistem pembayaran non tunai, dapat mendonasikan uangnya tidak lagi menggunakan cara konvensional. ” Cukup dengan cara scan kode yang tersedia ditempat peribadatan, mereka mendonasikan uangnya dengan aman,” jelasnya pula.
Merubah mindset masyarakat untuk melek teknologi kata Hestu, tidak semudah membalik telapak tangan. Sehingga dibutuhkan waktu untuk bersosialisasi.’Kami bersama Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Mereka (PJSP) diharapkan ikut ekspansi dilapangan dan menawarkan dan memperkenalkan kepada masyarakat sistem pembayaran dengan menggunakan QRIS.
“Kami berharap PJSP ini mempermudah dan mempercepat proses administrasi dan verifikasi kepada merchant yang mengajukan. Kalau dipermudah dan dipercepat prosesnya, makin banyak pedagang mikro dan outlet-outlet menggunakan QRIS. Ini sebuah proses, agar masyarakat bisa melek dan ngeh teknologi,” harapnya. Hestu mengaku tidak ada target, tapi pihaknya akan semaksimal mungkin agar QRIS ini tersosialisasi kepada merchant dan masyarakat luas.
Menurutnya Hestu, QRIS memiliki lebih banyak keunggulan dibandingkan metode transaksi non tunai lainnya, seperti uang elektronik atau alat pembayaran memakai kartu (APMK).” Saat ini masyarakat masih dominan menggunakan transaksi tunai. Berdasarkan survey (2017), 95% masyarakat masih melakukan transaksi tunai. Padahal, bertransaksi non tunai dengan QRIS memiliki banyak keuntungan,” ungkap Hestu kemarin.
Pembayaran dengan QRIS lebih praktis, mudah dan cepat. Cukup berbekal HP berkamera dan memiliki aplikasi pembayaran, transaksi sudah bisa dilakukan.
“Merchant tidak repot dengan uang kembalian jika kita bayar tunai dengan uang pecahan besar, sementara transaksinya kecil.
Bertransaksi non tunai juga lebih aman, karena masyarakat tidak perlu membawa uang tunai ke mana-mana,” pungkasnya.(efi)

Tags: