Bank Indonesia : Media Itu Harus Berperan Mencerdaskan Masyarakat

Dyah Nastiti Asisten gubernur BI saat membuka pelatihan wartawan BI 2017. [ m ali/bhirawa]

Jakarta, Bhirawa
Sudah bukan rahasia lagi kecerdasan anak anak kita semakin meningkat seiring dengan adanya perbaikan gizi dan kualitas asopan makanan semakin baik kualiatsnya selain kuantitas.Hanya saja kecerdasan ini belum sepenuhnya diikuti
nilai yang baik dan berkualias, dengan kata lain ada penurunan nilai.
DMST, Dyah Nastiti Asisten Gubernur BI yang ditemui usai membuka secara resmi acara pelatihan wartawan daerah bank Indonesia 2017 di hotel Sahid Jakarta Senin (20/11) kemarin menyebutnya, sebagai generasi Digital Native, yakni orang orang muda yang lahir di era digital, “Mereka ini cerdas cepat nangkap dan tanggap, hanya saja mereka tidak senang membaca tulisan yang panjang panjang, mereka lebih suka tulisan pendek dan bergambar “jelasnya.
Dikatakan Dyah Nastiti, ini sangat disayangkan. Mestinya kecerdasan mereka ini harus diimbangi pula dengan gemar membaca dan menulis, mengingat ke duanya adalah Sebagai pembuka cakrawala dunia ilmu pengetahuan.
Berangkat dari kenyataan inilah, maka adalah tugas media massa untuk menyadarkan pemuda era digital native tersebut. Agar mereka bisa memanfaatkan kecerdasannya itu dengan diimbangi membaca dan menulis sehingga lengkaplah apa yang dimiliki oleh pemuda digital native ini.
Contoh kongkrit disebutkan, seperti saat kejadian pabrik kembang api terbakar, pemuda digital native saat ditanya apa yang terjadi mereka menjawab tidak tahu, kwnapa tidak tahu karena tidak membaca apa apa, keseharian mereka hanya main gadget, hanya membaca line to day.
Pelaku media massa adalah termasuk sangat penting dalam hal ini, komunikasi memegang peranan yang penting, untuk itu komunikasi yang lancar dan efisien tidak lepas dari peran serta media,” tambah Ketua Pelaksana Pelatihan Wartawan Daerah 2017, Agusman, saat memberikan sambutan.
Acara rsebut dihadir berbagai media massa se Indonesia yang terdiri dari 56 media televisi, 120 media radio, 181 media cetak, dan 283 media online.
Pelatihan membahas 5 topik seputar ekonomi di Indonesia.
Antara lain pengendalian inflasi daerah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat, perkembangan dan kebijakan gerakan nasional nontunai, program BI Jangkau, serta kebijakan makroprudensial dan pengembangan UMKM.
Selama 4 hari BI Edukasi Wartawan Ekonomi dari 34 Provinsi. Selama 4 hari Bank Indonesia (BI) mengadakan edukasi tentang kebanksentralan kepada sejumlah wartawan ekonomi di seluruh daerah yang ada di Indonesia.
“Kegiatan ini dilakukan sehingga semakin banyak pemahaman wartawan akan tugas dan fungsi bank sentral,” kata Kepala Departemen Komunikasl .
“Sebagai salah satu pilar demokrasi media massa juga memiliki peran untuk mengawal kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh otoritas,” katanya.
Atas peran media massa yang besar tersebut, katanya, BI memandang penting untuk meningkatkan pemahaman wartawan media massa secara rutin, terutama terhadap fungsi bank sentral dalam kebijakan moneter, sistem pembayaran, dan stabilitas sistem keuangan.
Salah satu bentuk nyata dari niat tersebut adalah penyelenggaran pelatihan wartawan daerah 2017 dengan tema “Pengendalian Inflasi Daerah untuk Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat,” jelasnya.
Ini merupakan kali kedua, BI menyelenggarakan pelatihan wartawan daerah secara bersama-sama di Jakarta, setelah sebelumnya dilakukan oleh masing-masing Kantor Perwakilan BI.
Peserta pelatihan ini merupakan wartawan media massa yang berasal dan 34 provinsi dan menjadi stakeholder dari 46 Kantor Perwakilan BI “Mewakili keluarga besar BI, kami mengucapkan selamat datang kepada seluruh Wartawan dari seluruh daerah di Indonesia yang hadir dalam acara pelatihan ini,” jelasnya.
Selama 4 hari Bank Indonesia (BI) mengadakan edukasi tentang kebanksentralan kepada sejumlah wartawan ekonomi di seluruh daerah yang ada di Indonesia.
“Kegiatan ini dilakukan sehingga semakin banyak pemahaman wartawan akan tugas dan fungsi bank sentral,” kata Kepala Departemen Komunikasl Bank Indonesia Agusman di Jakarta, Minggu sebagaimana di kutip dari stus berita warta ekonomi.
Agusman mengatakan BI mengumpulkan wartawan di 34 provinsi di Indonesia sejak tanggal 19-22 November 2017 dalam “Pelatihan Wartawan Daerah 2017”.
Dia mengatakan dalam rangka menjalankan fungsi sebagai otoritas moneter, sistem pembayaran serta menjaga stabilitas sistem keuangan, BI memandang komunikasi merupakan hal yang penting.
Komunikasi yang lancar, efektif, dan efisien akan membuat transmisi kebijakan BI dapat diterima industri, pelaku usaha dan masyarakat secara cepat dan tepat sasaran, termasuk dalam mengendalikan ekspektasi inflasi.
Dia menjelaskan komunikasi yang lancar, efektif, dan efisien membutuhkan peran serta dari media massa sebagai institusi yang memiliki tugas untuk menyebarkan berita dan informasi yang obyektif bermanfaat bagi masyarakat.
“Sebagai salah satu pilar demokrasi media massa juga memiliki peran untuk mengawal kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh otoritas,” katanya.
Atas peran media massa yang besar tersebut, katanya, BI memandang penting untuk meningkatkan pemahaman wartawan media massa secara rutin, terutama terhadap fungsi bank sentral dalam kebijakan moneter, sistem pembayaran, dan stabilitas sistem keuangan.
Salah satu bentuk nyata dari niat tersebut adalah penyelenggaran pelatihan wartawan daerah 2017 dengan tema “Pengendalian Inflasi Daerah untuk Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat,” jelasnya.
Ini merupakan kali kedua, BI menyelenggarakan pelatihan wartawan daerah secara bersama-sama di Jakarta, setelah sebelumnya dilakukan oleh masing-masing Kantor Perwakilan BI.
Peserta pelatihan ini merupakan wartawan media massa yang berasal dan 34 provinsi dan menjadi stakeholder dari 46 Kantor Perwakilan BI “Mewakili keluarga besar BI, kami mengucapkan selamat datang kepada seluruh Wartawan dari seluruh daerah di Indonesia yang hadir dalam acara pelatihan ini,” jelasnya.
Ganjar Pranowo gubernur Jateng saat tampil di acara tersebut menyatakan, banyak cara yang dilakukan pemerintah daerah untuk mengendalikan inflasi. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah misalnya yang memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk bisa melakukan diskusi dan mengambil keputusan secara cepat. Namanya adalah system informasi dan produksi komoditas yang disingkat Sihati.
Sihati dibeber secara lengkap oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo kepada 580 wartawan dari seluruh Indonesia yang mengikuti Pelatihan Wartawan Daerah Bank Indonesia 2017.
“Sihati ini bermula dari kita ingin melakukan penghematan setidaknya hemat konsumsi. Karena kita tidak harus melakukan rapat yang terkadang ada yang terlambat datang dan sebagainya. Dengan memanfaatkan chatting room, kita bisa bergerak cepat untuk melakukan sesuatu terutama untuk pengendalian harga-harga di pasar,” ujarnya.
Ganjar mengakui untuk mengendalikan kondisi ekonomi daerah di Jateng tidaklah mudah. Walau pertumbuhan ekonomi mengalami pertumbuhan namun Jateng masih dihantui oleh angka kemiskinan yang sangat tinggi. “Akhirnya kami kerjasama dengan Bank Indonesia bagaimana kita bisa melakukan helicopter view, bisa ngecek satu per satu dari satu pintu, itulah mengapa ada Sihati,” tandasnya.
Karena itu, menekan angka inflasi adalah hal mutlak yang dilakukan untuk menekan angka kemiskinan. Dengan aplikasi Sihati, Ganjar mengakui bisa melakukan early morning indicator untuk bisa melihat kondisi harga-harga di setiap saat. “Kita analisa masalah, lalu diskusi tindakan apa yang harus dilakukan. Dengan melakukan virtual meeting di ruang chatting yang beranggotakan orang-orang yang berkepentingan dalam hal pengendalian harga dan inflasi. Sehingga kita bisa bergerak sangat cepat,” tukasnya.
Untuk menekan harga-harga, Ganjar mengakui jika pemerintahannya memiliki banyak cara. Salah satunya dengan teknologi yang bisa mengawetkan hasil produksi panen sehingga ketika tidak sesuatu, hasil panen bisa dikeluarkan ke pasar tanpa menaikkan harga. Salah satunya contohnya adalah adanya alat bernama d’ozon yang bisa dipakai untuk mengawetkan hasil panen selama empat bulan ke depan.
“Kita juga berusaha untuk meningkatkan perdagangan antar daerah. Kita kan penghasil bawang merah yang besar. Karenanya kita berusaha untuk melakukan pedagangan antar daerah dengan yang bukan penghasil bawang merah. Melakukan kontrak perdagangan di awal,” tukasnya. [ma]

Tags: