Bank Sampah Induk, Solusi, Peluang dan Penopang

Keberadaan sampah di sekitar kita saat ini sudah tak dapat dihindari lagi. Minimnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya membuat lingkungan disekitar kita menjadi semakin kumuh. Terlebih lagi, pencemaran yang ditimbulkan dapat mengganggu kehidupan ekosistem di daratan. Selain itu, terbatasnya daya tampung TPA tidak sebanding dengan kuantitas sampah yang diterima setiap harinya. Hal ini menimbulkan penumpukan sampah di sejumlah TPS, khususnya di wilayah Kabupaten Sidoarjo. Salah satu contohnya saat terjadi penumpukan sampah di sepanjang Jl. Raya Dusun Kemlaten, Desa Entalsewu, Kecamatan Buduran, Sidoarjo. Terlihat hampir separuh jalan terdapat sampah plastik bercampur sampah rumah tangga di lokasi tersebut.

Salah satu solusi yang diusulkan Wakil Bupati Sidoarjo yaitu meminta para Kepala Desa (Kades) untuk segera melakukan Musyawarah Desa (Musdes) membahas terkait penanganan masalah sampah dengan membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) pemilah sampah di TPS. Tahun ini, Pemkab Sidoarjo melalui anggaran tambahan PAK 2021 sudah mengalokasikan dana untuk pembelian alat pengolahan sampah. Rencananya alat itu akan ditempatkan ke sejumlah TPS yang ada di desa. Selain itu, Operasional Sanitary Landfill yang direncanakan mulai beroperasi bulan Juni 2020 mundur akibat adanya pandemi Covid-19. Ini karena TPA Sanitary Landfiill dibangun dari dana Jerman, tenaga ahlinya dari Jerman dan peralatannya juga diimpor dari Jerman.

Namun terdapat satu solusi alternatif yang mampu merubah pola pikir dan pola perilaku masyarakat secara bertahap dan berkelanjutan terkait permasalahan tersebut yaitu dengan menciptakan Bank Sampah Induk (BSI). Melalui Bank Sampah Induk diharapkan dapat mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat mengenai pemanfaatan sampah untuk dipilah sesuai jenis tertentu untuk ditukar menjadi uang tunai. Sehingga Bank Sampah Induk dapat menjadi sebuah solusi guna membantu penanganan sampah di Kabupaten Sidoarjo, menjadi peluang usaha yang dapat menyerap tenaga kerja, dan menjadi penopang ekonomi masyarakat dengan memanfaatkan barang yang tidak bernilai menjadi sumber pendapatan sampingan.

Lisa Anggun Cahyani
Mahasiswa Prodi Administrasi Publik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Tags: