Bantaran Sungai Dijadikan Ecotorism Lingkungan

Jember, Bhirawa
Kalau dicermati, Kabupaten Jember selain dikenal sebagai kota tembakau juga memiliki topografi yang unik. Selain perkebunan, pertanian dan pegunungan, kota Jember dibelah oleh tiga sungai besar yakni sungai bedadung, sungai jompo dan sungai antirogo.
Keberadaan sungai ini melintas didaerah kota dan lingkungan kampus tegal boto ( Universitas Jember ) yang setiap hari bisa dilihat karena membentang di ruas jalan utama. Namun keberadaan ketiga sungai ini kondisinya masih terlihat kotor karena rendahnya kesadaran masyarakat yang tinggal disekiat bantaran sungai. Mereka membuang sampah seenaknya ke aliran sungai tersebut, tanpa memperhatikan keselamatan dan ekosistem yang hidup di sungai tersebut.
Kondisi seperti ini membuat Pemkab Jember melalui kantor Lingkungan Hidup ini sedikit berfikir keras, untuk menyulap di sepanjang sungai tersebut menjadi sarana rekreasi dan olahraga yang asri dan sejuk. Bagaimana disepanjkang tersebut menjadi asri dan nyaman dipandang.
“Kami masih membahas masalah ini ditingkat konsep, belum action. Bagaimana disepanjang sungai tersebut menjadi asri dan menjadi sarana olah raga alami bagi masyarakat Jember. Bagaimana caranya, sungai tersebut bukan lagi menjadi tempat pembuangan sampah terpanjang didunia, tapi menjadi sarana rekreasi gratis bagi keluarga,” ujar Kepala Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Jember Trilaksono Titot, kemarin.
Menurut Titot, ia memiliki banyak konsep untuk merubah kesan kumuh dan kotor menjadi tempat asri. Salah satunya menyulap sepajang sungai tersebut menjadi hutan kota. Ia mengaku sudah pernah membicarakan masalah ini dengan beberapa pencinta lingkungan yang ada di Jember.
Dari pembicaraan itu, muncul ide di sepanjang sungai tersebut dijadikan hutan bambu. Karena bambu memiliki akar yang sangat kuat untuk mengatasi erosi. Selain itu, bambu menghasilkan oksigen yang setiap hari dihirup oleh manusia dan menjadikan tanah di sepanjang sungai menjadi subur, sejuk dan teduh.
“Ini merupakan ide yang sangat bagus untuk menjaga kelestarian alam, apalagi di wilayah perkotaan  kondisi sangat panas akibat banyaknya Co2 dari berbagai kendaraan yang melintas di Jember. Dengan begitu, disepanjang sungai ini nanti akan menjadi hutan bambu,” terangnya
Selain itu kata Titot, disepanjang sungai nanti juga akan dibuatkan jalan setapak yang bisa dijadikan sarana olah raga (jogging track), serta sarana lain yang bisa dimanfaatkan sebagai sarana rekreasi keluarga. “Selama ini kita perhatikan dialon-alon kota, orang berolahraga hingga jam 8 pagi saja, karena panas. Tapi dengan adanya jogging track, mereka bisa berolahraga hingga sore hari, karena sejuk dan teduh,” kata Titot memberikan contoh.
Selian itu, yang paling utama yang harus diperhatikan soal kesadaran masyarakat Jember sendiri utamanya masyarakat yang ada disepanjang sungai. Bagiamana masyarakat tidak lagi membuang sampah sembarang disungai. Bagaimana masyarakat sekitar sungai juga peduli dengan lingkungan dengan tidak membuang limbah keluarga sembarangan. “Ini dibutuhkan sosialisasi kepada masyarakat. Ini dibutuhkan persan serta masyarakat sekitar, untuk bersama-sama menjaga lingkungan sungai,” tandasnya pula.
Dengan cara seperti itu, Titot optimis apa yang menjadi konsep dan pemikirannya akan terwujud. Ecotorism yang berbasis lingkungan akan tercipta di sepanjang sungai tersebut. Konsep Ecotorism lingkungan, akan menjadi sarana rekreasi dan olahraga murah. Siapa pun bisa menikmatinya.
“Kami akan berupaya ecotorism berbasis lingkungan bisa terwujud. Aliran sungai bedadung, sungai jompo dan sungai antirogo bukan lagi menjadi kumuh, bukan lagi menjadi tempat pembuangan sampah terpanjang, tapi menjadi sarana olahraga, dan rekreasi keluarga  yang alami,” terangnya singkat. [efi.hms Pemkab Jember*]