Bantuan Susu Terhenti, Balita Gizi Buruk Minum Air Tajin

Kharisma, balita penderita gizi buruk diberikan air tajin oleh ibunya, untuk mengganti susu formula yang kini tidak lagi diterimanya, Senin (30/11).

Kharisma, balita penderita gizi buruk diberikan air tajin oleh ibunya, untuk mengganti susu formula yang kini tidak lagi diterimanya, Senin (30/11).

Nganjuk, Bhirawa
Kharisma, balita pasangan Taufiqurahman (42) dan Aminatun (37) warga Dusun Kahuripan RT 05 RW 02 Desa Kampungbaru Kecamatan Tanjunganom menderita gizi buruk. Kondisi ini diperparah manakala bantuan susu formula dari pemerintah dihentikan, sehingga balita berusia tiga tahun itu kini mengonsumsi air tajin.
Air tajin merupakan cairan putih ketika kita memasak nasi. Karena mengandung partikel beras, air tajin mengandung karbohidrat. Dahulu, biasa diberikan kepada bayi sebagai pengganti susu pada keluarga miskin, meskipun kandungan gizinya jauh di bawah susu hewan ataupun susu kedelai.
Aminatun mengakui karena mengalami gizi buruk berat badan Kharisma di usianya sekarang sudah 3 tahun 8 bulan ini tidak ada 8 kg. Hal itu diketahui dari grafik yang tertulis dalam Kartu Menuju Sehat ( KMS). Selain itu, Kharismna saat ini belum bisa berjalan atau melakukan aktivitas seperti layaknya anak seusianya. “Ya setiap hari saya harus menggunakan kereta bayi ini untuk mengasuh Kharisma,” tutur Aminatun, Senin (30/11).
Aminatun mengaku sebelumnya dia yang tergolong dari keluarga miskin biasa mendapat bantuan paket makanan pendamping dari Posyandu. Namun sejak tiga bulan terakhir ini, dia sudah tidak bisa lagi menikmati bantuan pemberian makanan  pendamping berupa paket susu formula. Karena itu untuk mengganti susu, Kharisma terpaksa diberi air tajin.
Namun demikian, Aminatun masih berharap kepada pemerintah agar bisa memberikan bantuan makanan pendamping lagi. “Penghasilan suami pas-pasan dan habis untuk makan, untuk membeli susu ya tidak mampu,” ungkap Aminatun.
Aminatun juga mengisahkan pekerjaan suaminya yang hanya penjual pentol cireng keliling.  Penghasilan setiap hari suami Aminatun,  hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan isi perut saja.
Aminatun dan Taufiqurahman yang kini tinggal di rumah kontrakan itu sebelumnya juga pernah hidup sebagai transmigran di Provinsi Sulawesi Selatan. Tetapi, upaya memperbaiki nasib sebagai transmigran gagal, mereka memutuskan untuk pulang kampung.
Terkait terhentinya bantuan makanan pendamping terhadap keluarga Kharisma, Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk melalui Kepala Bidang Kesehatan Keluarga Guruh Hari Wibowo membantah keras. Menurutnya, bantuan makanan pendamping selama ini lancar – lancar saja alias tidak ada kendala. ” Rutinitasnya bantuan itu diterima para keluarga penderita gizi buruk setiap satu bulan sekali sebanyak dua paket susu formula . Pendistribusiannya sesuai jumlah penderita yaitu 42 anak gizi buruk yang tersebar di 20 kecamatan ,” terangnya.
Karena itu jika ada keluarga miskin yang memiliki balita dan mengalami gizi buruk tidak menerima paket susu formula , maka pihaknya akan melakukan klarifikasi terhadap petugas di lapangan. [ris]

Tags: