Banyak Kendala, Perbaikan Infrastruktur di Sidoarjo Tak Bisa Dipercepat

Box Culvert yang dipersiapkan untuk pengerjaan saluran jalan program Frontage Road. [achmad suprayogi/bhirawa]

Sidoarjo, Bhirawa
Terkait permintaan Pj Bupati Sidoarjo Hudiyono saat Sidak ke gudang aspal milik Dinas PU Bina Marga dan Sumber Daya Air (PUBM SDA) Kabupaten Sidoarjo, agar OPD segera memperbaikan jalan-jalan yang rusak karena aspalnya masih banyak, belum bisa direalisasikan dengan cepat, bahkan masih banyak proyek-proyek pembangunan 2020 belum tuntas.

Kondisi terebut ditegaskan Plt Kepala Bidang Jalan dan Jembatan dari Dinas PUBM SDA Sidoarjo, Mujiono. Menurutnya, kalau untuk perbaikan jalan yang rusak wilayah Desa Kwangsan, pihaknya harus melakukan koordinasi terlebih dahulu dengan petugas lapangan, material apa saja yang harus diperlukan.

“Kalau untuk aspal/HRS (Hot Rollet Sheet) kami sudah siap, dan aspal ini harus diolah terlebih dahulu,” kata Mujiono, pada (6/1) kemarin.

Ia juga katakan kalau proyek pembangunan jalan dan jembatan tahun 2020 ini masih ada yang belum tuntas, diantarnaya Frontage Road, Jembatan Sambungrejo, Jembatan Cangkringsari termasuk juga program peningkatan jalan di Candi Pari Porong.

“Semua itu target selesainya tanggal 31 Desember 2020. Tapi mereka masih ada program penambahan waktu yang berbeda-beda, sekitar 50 hari. Gimana lagi memang kondisi cuacanya memang seperti ini,” katanya.

Sementara itu program Frontage Road sepanjang sekitar 9 km antara Waru-Buduran masih fokus dalam pembangunan jalan beton, ada saluran. Untuk jalan beton hingga depan monument pesawat sekitar 200 meter.

“Mengenai kendala kabel dan utilitas gas masih diperlukan adanya parit, karena akan berfungsi untuk menghidari getaran-getaran pipa gas. Sehingga kita harus memberi ruang sekitar 50 cm hingga 80 cm,” jelas Mujiono.

Agar pembanannya lebih cepat, perlu ada penambahan alat berat, memang sekarang ini yang berjalan hanya satu alat berat. Makanya kita upayakan lagi penambahan alat berat biar pembangunannya lebih cepat.

“Kondisinya juga masih banjir, sehingga belum memungkinkan untuk menambah urukan, tujuannya biar agak lebih tinggi lagi. Kalau tinggi bisa aman dari banjir,” terangnya.

“Jadi, sampai hari ini masih terus diupayakan perbaikan dasar dengan menggunakan bambu, kemudian di atas bambu ada lagi giotekstil, terus ada timbunan pilihan dan terakhirnya adalah beton,” pungkas Mujiono. [ach]

Tags: