Banyak Proyek Mangkrak, Kinerja Pengawas Dinas PU Bina Marga Buruk

DPRD Surabaya,Bhirawa
Kinerja tim pengawas Dinas PU Bina Marga dan Pematusan (DPUBMP) dikiritk oleh legislatif. Tidak sedikit proyek box culvert yang mangkrak sampai berbulan-bulan menunjukkan kinerja tim pengawas PU Bina Marga tak optimal.
Anggota Komisi C DPRD Surabaya Vinsensius memandang banyak proyek box culvert karena banykl faktor. Salah satunya karena kerja tim pengawas DPUBMP sangat buruk. Dengan pengawasan di lapangan yang baik dan tegas maka aktivitas pekerjaan proyek tidak perlu sampai mangkrak sekian lama.
“Bagian pengawasan tidak menjalankan fungsi sebagaimana mestinya. Kalau bagian pengawasan sudah “bersahabat” dengan bagian yang menggarap pekerjaan pemkot, maka fungsi pengawasan menjadi lemah,” ujarnya, Kamis (15/9).
Memang beberap proyek box culvert yang mangkrak diantaranya, pengerjaan box culvert di bundaran Dolog dekat Jembatan Penyebrangam Orang (JPO) yang mangkrak sekitar empat-lima bulan. Jalan Kyai Abdul Karim, Rungkut Manunggal wilayah Gunung Anyar.
Proyek ini sejak april 2016 digarap sampai sekarang tidak kunjung selesai. Selain itu juga proyek  Bulak Cumpat kelurahan Bulak, saluran menuju sungai kedung cowek.  Jalan Kutai yang sudah dua minggu lebih tidak ada pengerjaan sama sekali.
Material proyek dibiarkan tergeletak begitu saja memakan ruas jalan yang ada. Akibatnya arus lalu lintas kendaraan menjadi terganggu.  Warga sekitar juga sangat terganggu karena pengerjaan proyek tak kunjung selesai.
Ada juga proyek Sukolilo Baru RW 02 Kelurahan Sukolilo Baru yang juga mangkrak. Pengerjaan box culvert di Tembok Sayuran diduga bermasalah dari sisi kualitas. Sudah ada dua-tiga unit kendaraan truk yg terperosok kedalam saluran. Dan proyek Jalan Kyai tambak Deres sampai Bogorami, Kelurahan Bulak, Kecamatan Bulak yang mangkrak. Padagal anggaran box culvert untuk proyek ini senilai Rp 8,6 miliar.
Vincensius Awey, juga menyebut  proyek mangkrak juga dikarenakan kontraktor yang kurang komitmen. Penyebab lainnya karena jaringan utilitas milik PDAM Surya Sembada, PLN, PGN, Fiber Optik, dan Telkom yang belum dipindahkan.
“Contohnya di bundaran Dulog, itu terhalang PLN. Alasan PLN tidak punya anggaran untuk memindahkan, ini kan konyol,” jelas Awey.
Politisi Partai Nasdem ini menegaskan, tidak dipindahkan jaringan utilitas oleh PLN dengan alasan klasik tidak memiliki anggaran untuk memindahkan sudah sangat sering terjadi. Itu menunjukan koordinasi dan komunikasi yg buruk antara DPUBMP dan PLN.
“Padahal kedua institusi ini adalah yang berplat merah,” aku Awey heran.
Selain mangkrak, kualitas proyek yang buruk. Hal ini Akibat press harga yg terlalu minim. Akibatnya para peserta lelang saling mengecilkan perolehan margin keuntungan. Tak heran banyak pekerjaan infrastruktur yang tidak memadai dari sisi kualitas.
Seperti, banyak keramik pedestrian yang hancur berkeping-berkeping. Padahal usianya tidak lebih dari enam bulan lamanya. Penyusunan u-gatter yang tinggi rendah tidak beraturan alias tidak rapi. Penutup U-gatter yang tidak memadai hancur ketika kendaraan truk melewatinya.
“Masih banyak lagi contohnya proyek yang berkualitas rendah. Pemkot sudah waktunya bersikap tegas, supaya proyek di Surabaya sesuai harapan,” tandasnya. [gat]

Tags: