Banyak Tawaran Jabatan, Menolak Dipromosikan Lantaran Cinta dengan Buku

25-sulastriSulastri, 28 Tahun Mengabdi di Perpustakaan Dinkes Jatim
Kota Surabaya, Bhirawa
Di tengah kerasnya persaingan antar pegawai dalam mencari jabatan, tidak membuat semua orang terjebak dalam irama yang sama. Masih ada segelintir orang yang tak tertarik untuk berebut posisi dan jabatan. Alasannya sepele, jabatan tinggi tak selalu mendatangkan kebahagiaan. Malah sebaliknya, menambah beban dan masalah baru.
Sulastri, adalah segelintir orang yang tak haus jabatan. Sehari-hari, dia malah asyik berkutat dengan dunia perpustakaan, SKPD yang jarang dilirik oleh sebagian besar PNS. Sosok yang tidak asing bagi pegawai Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim ini dikenal sebagai pegawai senior dan berpengalaman di Perpustakaan Dinkes Jatim. Maklum dia telah bekerja 28 tahun di perpustakaan dan membuatnya enggan meninggalkan dunia perpustakaan.
Diakuinya banyak tawaran jabatan dan posisi yang menggiurkan dari pimpinan untuk pindah dari perpustakaan, tetapi semaunya ia tolak. Alhasil dengan kegigihannya bertahan sebagai staf pengelola di Perpustakaan Dinkes Jatim membuat pimpinan tidak bisa berbuat banyak. ”La wong saya ini kadung cinta sama perpustakaan sangat sulit untuk pindah jabatan, meski ditawari berkali-kali dengan pimpinan,” jelas Sulastri belum lama ini.
Menurutnya, perpustakaan sebagai gudang ilmu harus dikelola dan dirawat sebagai mestinya. Dulu (pada 1986, red) saat pertama ia bekerja sebagai pegawai perpustakaan, keadaan Perpustakaan Dinkes Jatim tidak serapi dan seindah sekarang. Dengan tata letak dan lokasi yang tidak strategis, keberadaan perpustakaan jarang dikunjungi oleh pengunjung. Lokasi yang terlalu jauh dari pintu masuk gedung utama menyebabkan perpustakaan sepi pengunjung. Keadaan itu diperparah dengan belum lengkapnya buku yang disajikan di perpustakaan yang berada di depan Jalan A Yani Surabaya ini. ”Sekarang beda, koleksi bukunya sangat banyak dan tempatnya cukup strategis di samping pintu masuk gedung utama Dinkes Jatim ,” ujar wanita kelahiran Surabaya ini.
Diceritakanya, dulu orang yang bekerja di Perpustakaan Dinkes Jatim jumlahnya 17 orang, akan tetapi saat ini hanya tinggal dirinya sendiri. Dari 17 orang ini lama-kelamaan jumlah pegawainya berkurang menjadi 15, 10, 7, 3 orang dan terakhir hanya dirinya yang masih aktif mengelola. ”Teman-teman yang dulunya bekerja dengan saya saat ini banyak yang berpulang atau almarhum, meski sudah tidak ada lagi teman-teman di sekitar saya, saya masih setia menjaga perpustakaan,” tambahnya.
Banyak suka duka yang dialami ketika mengelola perpustakaan yaitu mulai dari dipuji, dicibir orang hingga melihat sosok hantu (setan, red). “Hantu kadang tampak, jika suasana perpustakaan sepi. Tapi itu dulu saat suasana masih wingit, tidak seperti sekarang,” katanya.
Sulastri juga mengatakan sebagian orang hingga kini masih menilai pegawai yang bekerja di perpustakaan merupakan orang-orang yang tidak banyak difungsikan oleh lembaga alias orang buangan. Kesannya di mata para pegawai sebagai formalitas pelengkap struktur lembaga.  “Pegawai perpustakaan dianggap sebelah mata, itu imej yang masih melekat pada semua orang,” katanya.
Untuk kesan positifnya banyak orang menilai dengan kehadirannya di perpustakaan, penataan dan pelayanan di Perpustakaan Dinkes Jatim menjadi lebih baik.  Jika dilihat ke dalam perpustakaan yang luasnya 20×20 meter persegi ini, penataan buku memang rapi. Meja-meja berjajar teratur ditambah pencahayaan sudut baca yang terang sehingga pengunjung betah berlama-lama di perpustakaan. Selain itu dengan kecepatan dan keramahan pelayanan membuat Perpustakaan Dinkes Jatim lebih diminati oleh masyarakat khususnya para mahasiswa dan siswa. ”Jika dilihat pengunjung yang berkunjung di sini rata-rata 20 orang dalam sehari dan ini sudah menunjukkan kemajuan besar bagi Perpustakaan Dinkes Jatim dibandingkan dengan dulu. Setidaknya minat orang untuk membaca buku sekarang semakin besar,” jelasnya. [dna]

Tags: