Banyak Tokoh Sukses karena Hijrah dan Kawin Campur

7-foto KAKI sup-peserta pemantapan pembauran kebangsaanKota Batu, Bhirawa
Banyak tokoh yang sukses karena mau hijrah dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Selain itu juga sudah tidak jamannya melakukan perkawinan ‘Peknggo, Ngepek tonggo dewe’. Demikian pesan Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Batu, Widodo SH MH, saat mewakili Wali Kota Batu membuka acara Pemantapan Pembauran Kebangsaan di Daerah yang digelar Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) di Agrokusuma Hotel Kota Batu, Senin (20/10).
Lebih lanjut dikatakan, kalau SBY tetap di Pacitan tidak mungkin jadi Presiden. Demikian juga Jokowi, kalau tetap di Solo tidak mungkin jadi Gubernur DKI dan sekarang dilantik jadi presiden. Tak hanya itu, perekonomian Indonesia juga didominasi oleh keturunan Cina, karena mereka mau hijrah ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. “Pemilik Orchid, Jatim Park dan obyek wisata lainnya bukan orang Batu, tetapi banyak orang Batu yang sukses di daerah lain,” ungkap Widodo.
Bahkan Rasulullah Muhammad SAW, melakukan hijrah ke Madinah untuk kemajuan siar Islam.
Oleh karena itu, dalam konsep bernegara tidak ada penduduk asli Batu, asli Malang, asli Surabaya  dan sebagainya. Tetapi yang diakui undang-undang kewarganegaraan Indonesia adalah penduduk asli dan keturunan. Widodo kemudian menunjuk kota Batu yang dinilainya heterogen dan multikultural.
Wali Kota Batu ini keturunan Jawa Manado. Penduduknya juga heterogen dari berbagai suku di hampir seluruh Indonesia ada di kota Batu. Bahkan berbagai agama juga mendirikan Perguruan Tinggi di kota wisata ini.
Tampil dalam acara tersebut, antara lain Rektor Universitas Wisnuwardhana/Wakil Ketia Laboratorium Lapasila Prof Dr Sukowaluyo, Sekretaris Forum Pembauran Kebangsaan  Jatim Yafeti Woworuntu, Kepala Kantor Kesbangpol Kota Batu Arsan Abdullah Lumbu.
Sementara itu Kabid Integrasi Bangsa Bakesbangpol Jatim, Cahyo Widodo SH MHum mengatakan untuk meningkatkan pembauran kebangsaan, maka dibentuk Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) berdasarkan Surat Mendagri nomor 34 tahun 2006. Sampai saat ini, baru 17 kab/kota yang sudah membentuk FPK, Kota Batu termasuk yang belum membentuk FPK. “Kita harapkan setelah ini, Kota Batu membentuk FPK,” tegasnya.
Beberapa hal yang akan menjadi perhatian FPK, yaitu terkait perbedaan budaya, ras, etnik dan suku. Kota Batu memang menjadi contoh daerah yang heterogen dan multicultural yang aman, tentram dan warganya hidup berdampingan dengan rukun.
Tahun 2015 mendatang, akan diberikan penghargaan kepada tokoh yang berjasa dalam pembauran kebangsaan sesuai Permendagri no 1/2012. [sup]

Keterangan Foto; Peserta pemantapan pembauran kebangsaan di kota Batu (supriyanto/bhirawa)

Tags: