Banyuwangi Akan Dijadikan Sentra Sapi Perah

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Banyuwangi, Bhirawa
Sentra-sentra Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Kabupaten Banyuwangi yang bergerak di sektor peternakan sapi perah diminta lebih produktif menghasilkan susu. Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, mengatakan sejak dua tahun lalu mendorong kelompok peternak sapi perah untuk bangkit. Upaya ini melalui beragam stimulus bantuan yang diberikan kepada kelompok peternak sapi perah di Kecamatan Purwoharjo, Bangorejo, dan Genteng.
Bupati Anas mencontohkan, tahun ini APBD menganggarkan senilai Rp 2 miliar dalam bentuk pakan ternak supaya mendorong Banyuwangi menjadi sentra produsen susu sapi. Populasi sapi perah di Banyuwangi, kata Anas, bisa dibilang belum optimal. Kecilnya populasi sapi perah berdampak pada minimnya produktivitas susu yang dihasilkan oleh peternak.
“Tidak bisa diserahkan pada Pemda semua. Perlu ada inovasi dari kelompok peternak untuk meningkatkan populasi,” kata Bupati Anas di sela-sela kunjungan kerja ke sentra peternakan sapi perah di Desa Kaligondo, Kecamatan Genteng, Kamis (5/2).
Selain kucuran APBD, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian turut memberikan bantuan alat pendingin susu berikut perangkatnya senilai Rp 480 juta per unitnya. Bantuan satu unit dari Kementerian Perdagangan diberikan kepada kelompok peternak di Kecamatan Genteng. Adapun Kementerian Pertanian membantu alat yang sama di Kecamatan Bangorejo
Persoalannya, para kelompok peternak mayoritas masih mengandalkan modal mandiri yang rentan menghadapi fluktuasi harga susu sapi. Bupati Anas berharap bantuan pemerintah bisa dimanfaatkan peternak untuk meningkatkan populasi sapi perah sekaligus kualitas produksinya. “Kalau kualitas produksi susu bagus, harganya pasti mahal. Peternak harus menjaga kualitasnya,” kata Bupati Anas.
Kepala Dinas Peternakan Banyuwangi Heru Santoso, mengatakan unit pendingin susu bantuan pemerintah pusat itu berkapasitas produksi 2.000 liter. Menurut Heru, kapasitas ini belum didukung populasi sapi perah yang memadai. Gabungan tiga kelompok peternak yang menyetor susu di Desa Kaligondo misalnya, hanya memiliki 100 ekor sapi perah. Dari jumlah ini, hanya 40-50 ekor sapi yang produktif menghasilkan susu segar.
Idealnya satu unit alat pendingin disokong oleh populasi sapi perah sebanyak 2.000 ekor untuk memaksimalkan produksi. Dengan asumsi 40 ekor sapi perah itu, menghasilkan 500-600 liter setiap dua hari. “Kami akan membantu 30 ekor sapi dan pemerintah pusat siap bantu 20 ekor sapi,” kata Heru.
Ketua Kelompok Tani Sumber Lumintu Muhamad Nurfatoni, menuturkan kualitas produksi susu segar yang dihasilkan umumnya masuk kategori KW 1 dan KW 2. Ia menyetorkan susu segar ke PT Nestle di Pasuruan dengan harga bervariasi, mulai Rp 4.300 per liter untuk KW1, Rp 4.100 per liter untuk KW2, dan Rp 3.800 per liter untuk KW3. “Kami kirim dua hari sekali ke Nestle. Jadi sebulan 15 kali kirim,” ujarnya. [nan]

Tags: