Banyuwangi Diklaim Miliki Banyak Penyanyi Keroncong

kroncongBanyuwangi, Bhirawa
Kabupaten Banyuwangi menjadi tuan rumah festival dan parade musik keroncong se-Jawa Timur. Bertempat di Gedung Wanita Paramitha Kencana, festival berlangsung dua hari (25 – 26/10). Para musisi keroncong meramaikan agenda dengan menyuguhkan kemahiran memainkan beragam alat musik seperti biola, flute, gitar, ukulele, banjo, dan cello. Mereka tak hanya menyanyikan irama keroncong.
Festival yang digeber di Banyuwangi untuk yang  ke-18 kalinya. Mereka berebut eksistensi antar seniman keroncong. Syakirah, Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Paguyuban Artis Musik Keroncong Indonesia (PAMORI) Banyuwangi, mengatakan pagelaran ini suatu kebanggaan bagi Banyuwangi setelah pada 2003 lalu pernah jadi tuan rumah penyelenggaraan kompetisi yang sama. “Kali ini tepat pada penyelenggaraan kompetisi untuk yang ke-18 kalinya, kita kembali ketiban sampur,” ujar Syakirah.
Di Jawa Timur terdapat 60 grup yang menjadi anggota PAMORI. Mereka berasal dari Jember, Situbondo, Bondowoso, Banyuwangi, Lumajang, Probolinggo, Malang, Lamongan, Madiun, Trenggalek, Surabaya, Jombang dan Madura.
Banyuwangi menyertakan 10 grup keroncong yang berdiri di Bumi Blambangan. Mereka terdiri atas Gita Remaja (Siliragung), Gita Sri Tanjung (Banyuwangi), Gema Paramitha (Yosomulyo)), dan Laraswangi (Cluring). “Dari 10 grup itu yang mengikuti festival ada empat grup. Sedangkan yang mengikuti parade ada enam grup,” kata Syakirah.
Festival keroncong digelar Sabtu (25/10) dan diteruskan parade pada Minggu (26/10). Pada saat festival, penilaian setiap grup berdasarkan tampilan kolaborasi yang harmonis antara vokalis dengan permainan alat musiknya. Adapun untuk parade yang ditonjolkan sisi penampilan beruntun dari tiap-tiap grup. “Nanti akan dipilih grup terbaik yang penampilannya paling bagus,” ia menambahkan.
Meski keroncong mulai ditinggalkan penggemarnya, Syakirah optimistis generasi muda Banyuwangi masih ada yang menyukai genre musik ini. Di bawah binaan Syakirah misalnya, dua anak di bangku kelas 5 SD getol berlatih musik keroncong. “Banyuwangi punya banyak stok penyanyi keroncong. Minimal 1 grup punya 4 penyanyi. Bahkan Gita Sri Tanjung punya 40-50 penyanyi,” kata Syakirah yang kerap menularkan kebisaan bernyanyi keroncong ke pada generasi muda.
Bagi dia, keroncong salah satu budaya bangsa yang mengajarkan seseorang berperilaku sopan, halus dan lembut budi pekerti. “Saya berharap Pemda Banyuwangi memberikan ruang musik keroncong dalam kegiatan-kegiatan seni pemkab. Misalnya ikut Banyuwangi Ethno Carnival ujarnya.
Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, menyatakan apresiasinya atas penyelenggaraan acara ini. Bupati Anas berjanji, budaya asli dan musik tradisional akan terus dijaga kelestariannya di Banyuwangi. Agar identitas bangsa tidak hilang. “Semoga keroncong terus bertahan di tengah gempuran genre musik yang beragam,” katanya.
“Bentuk kepedulian pada budaya asli dengan memberi tempat bagi para seniman dan budayawan Banyuwangi untuk berpentas di RuangTerbuka Hijau yang ada di seluruh Banyuwangi. Kami tidak mengizinkan pertunjukan lain selain kesenian tradisional manggung disana,” ujar bupati. [nan]

Tags: