Baru 10 % Lulusan SMK Bersertifikasi di Jatim

Karikatur Sertifikasi guruDindik Jatim,  Bhirawa
Meski Dindik Jatim menuntaskan target sertifikasi kompetensi bagi lulusan SMK di tahun 2015 sebesar 20 ribu lulusan. Dindik menarget tahun 2016 akan meningkatkan jumlah peserta didik lulus uji kompetensi , mengingat saat ini baru sekitar 10 persen total lulusan SMK yang bersertifikat.
Kepala Dindik Jatim Dr Saiful Rachman , mengakui jumlah lulusan SMMK yang bersertifikasi kompetensi masih sedikit dibandingkan total lulusan. Hal ini menurutnya diakibatkan jumlah kuota yang dipercayakan BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi) memang berjumlah  20 ribu siswa saja. Sementaral, lanjut Syaiful, dana APBD untuk  uji kompetensi lulusan SMK sebanyak tiga ribu. Padahal, jumlah calon lulusan SMK setiap tahunnya hampir mencapai 200 ribu.
“Semua sudah tuntas dilaksanakan. Target kita tahun ini bisa menyediakan kuota lebih besar. Baik melalui dana APBN maupun APBD,” tutur Saiful, Kamis (7/1).
Saiful berharap, kuota dari BNSP bertambah tahun ini. Namun, pihaknya juga tidak bisa sebatas mengandalkan APBN. Karena itu, dukungan dari APBD juga penting. Apalagi saat ini, perguruan tinggi sedang beramai-ramai mendirikan LSP serupa.
“Tahun lalu kita bisa melakukan tiga ribu sertifikasi dengan APBD. Tahun ini harusnya bisa enam ribu. Tapi itu akan kita ajukan melalui PAK APBD nanti,” kata dia.
Kabid Pendidikan Menengah Kejuruan Dindik Jatim Hudiyono menambahkan, sampai saat ini telah ada 34 LSP P-1 yang sudah diakui resmi oleh BNSP. Namun proses pengajuan untuk menambah pendirian LSP P-1 terus berjalan.
“Memang masih kecil. Karena itu, upaya untuk memperbanyak sertifikasi terus dilakukan,” kata dia.
Tahun lalu, Hudiyono mengaku lulusan SMK tercatat sebanyak 198.500 siswa. Dan setiap tahun, jumlah peserta yang lulus terus bertambah. “Kita akan segera melobi ke BNSP agar lebih cepat mendapat kuota sertifikasi,” tutur dia.
Sementara itu, Kepala SMK PGRI 3 Malang Lukman Hakim menuturkan, tahun lalu kuota sertifikasi yang diterima sebanyak 1.500 siswa dari BNSP. Hanya saja, kuota itu terbagi untuk tujuh SMK LSP P-1 yang berada di bawah koordinasinya.
“Semua sudah terlaksana. Ada sekitar 75 siswa yang dinyatakan tidak kompeten,” tutur dia ditemui di Kantor Dindik Jatim.
Di sekolahnya, terdapat dua program keahlian yang melaksanakan uji kompetensi. Diantaranya ialah teknik permesinan dan teknik kendaraan ringan. Di jenjang SMK, uji kompetensi baru dilakukan untuk level 1. Level tersebut menunjukkan bahwa lulusannya adalah tenaga kerja kompeten di bawah pengawasan.
“Ada empat level dalam sertifikasi itu. Mulai dari tenaga kerja dalam pengawasan sampai yang tertinggi adalah tenaga ahli,” tutur dia.
Lukman mengakui, kuota 1.500 sesungguhnya terlalu kecil untuk mencapai target lulusan SMK bersertifikasi. Sebab, jika digunakan untuk sekolahnya saja dengan jumlah siswa yang mencapai tiga ribu masih kurang.
“Kalau mau saya bisa gunakan untuk sekolah sendiri. Tapi kita juga harus berbagi dengan LSP lain,” tutur dia.
Karena minimnya kuota, Lukman berupaya seluruh siswa yang mengikuti uji kompetensi dapat lolos. Salah satu caranya dengan persiapan selama satu bulan menjelang ujian. “Uji kompetensi ini berbasis industri. Sebagian besar adalah praktik. Jadi, kita harus melatih siswa lebih dulu sebelum ujian karena kuota yang terbatas. Apalagi materi yang diujikan mulai dari kelas X-XII,” pungkas dia. [tam]

Tags: