Basarnas Minta Sekolah Miliki Jalur Evakuasi Bencana

Suasana latihan 25 rescuer khusus untuk mengantisipasi evakuasi korban Gunung Agung jika meletus. [achmad suprayogi/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa
Jalur evakuasi merupakan salah satu bagian terpenting dalam penerapan Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan (K3) dalam bekerja. Sayangnya, pengertian konteks ini diartikan sebagian orang berlaku bagi dunia industri. Padahal, jalur evakuasi mempunyai peran yang sangat penting dalam memberikan pengetahuan kepada masyarakat untuk melakukan penyelamatan diri ketika terjadi bencana atau kecelakaan kerja.
Seperti yang diungkapkan Koordinator Rescuers Badan Search And Rescue Nasional (Basarnas) Kota Surabaya, Farid Kurniadi, selama pihaknya melakukan kegiatan ‘SAR goes to School’ untuk mengadakan simulasi dini penyelamatan korban, sebagaian besar sekolah di Surabaya tidak memiliki jalur evakuasi khusus dalam pencegahan bencana, seperti Kebakaran maupun kecelakaan lainnya.
“Selama kami pelisiran ke sekolah-sekolah untuk mengadakan sosialisasi penyelamatan korban bencana atau kecelakaan, kami belum temukan sekolah yang menyediakan jalur evakuasi khusus. Tapi di SDIT At Taqwa ini menyediakan jalur evakuasi,” ungkap dia.
Akan tetapi, lanjut dia, jalur evakuasi ini belum dilengkapi dengan Alat Pemadam Api Ringan (APAR). Mengingat sekolah tersebut memiliki tumpukan buku yang tidak sedikit. “Kita harus siap apabila terjadi kecelakaan kerja. Baik kebakaran atau yang lainnya. Apalagi sekolah ini punya banyak buku,” tutur di sela-sela pemberian materi simulasi dini penyelamatan bencana dan kecelakaan, Jumat (7/9).
Dalam simulasi yang diikuti 835 siswa dan 90 guru ini, Basarnas kota Surabaya mengajarkan cara bertahan dan penyelamatan diri baik terjadi gempa maupun kecelakaan serta cara mengevakuasi para korban. “Kami ingin menanamkan jiwa sosial dan kemanusiaan sejak dini kepada diri para siswa ini. Selain itu, kami juga berharap di sekolah-sekolah juga sudah menerapkan jalur evakuasi ini” harap dia.
Waka Kesiswaan dan Humas SDIT At Taqwa, Akhmad Mukhlis Kumaini menuturkan penerapan jalur evakuasi di lingkungan sekolahnya dilakukan dua hari sebelum adanya simulasi dari Basarnas. “Dalam penentuan titik evakuasi kemarin, kami bekerjasama dengan Basarnas. Jalur evakuasi ini nanti sifatmya permanen dan jadi kebutuhan kami,” jelas dia.
Dimana standar bangunan sekolah harus memenuhi jalur evakuasi. Di samping itu, pihaknya ingin memberikan edukasi kepada para siswa terkait jalur evakuasi. Sekaligus menjadi standart kebutuhan akreditasi. “Dimanapun tempatnya, kita arahkan anak-anak mengikuti jalur evakuasi. Ini yang kita edukasi kepada mereka. Faktir-faktor inilah yang membuat kami menerapkan jalur evakuasi,” pungkas Muchlis. [ina]

Tags: