Batasi Subsidi BBM, Kendaran Dinas Gunakan BBG

Surabaya, Bhirawa
Kebijakan pemerintah yang mengurangi subsidi BBM bagi kendaraan dinas, ternyata dimanfaatkan oleh Asosiasi Perusahaan CNG Indonesia (APCNGI) untuk mensosialisasikan penggunaan bahan bakar gas (BBG). Terbukti pada akhir 2013 ini tercatat sekitar 3.133 unit mobil dinas Pemda yang meliputi Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Mojokerto dan Tuban secara bertahap telah menggunakan BBG. Selain harganya lebih murah juga sangat aman.
Ketua APCNGI Jatim, Puspito N Buntoro menegaskan dengan harga BBG yang hanya Rp4.500/liter selain sangat menguntungkan dari sisi operasional kendaraan juga dalam pembakarannya jauh lebih sempurna bila dibandingkan dengan BBM. Demikian dengan emisi gas buang kendaraan yang menggunakan BBG hanya 1/3 dibandingkan dengan emisi gas buang kendaraan berbahan bakar minyak bumi.
”Demi efesiensi inilah, secara bertahap kendaraan dinas dibeberapa kabupaten telah beralih dari sebelumnya menggunakan BBM non subsidi kini dikonversi menjadi BBG,”tegasnya kepada wartawan, Selasa (15/4).
Selain, beberapa kendaraan dinas juga sejumlah perusahaan swasta juga mulai ikut menggunakan BBG, diantaranya PT Semen Gresik. Tercatat hingga akhir tahun ini sekitar 22 ribuan kendaraan operasional perusahaan swasta yang menggunakan BBG dari total kendaraan yang ada sebanyak 1.393.471 unit kendaraan roda empat yang beroperasi di Jatim. ”Kita targetkan dalam enam bulan kedepan semua kendaraan baik dinas maupun perusahaan swasta beralih menggunakan converter kit CNG,”tambah Puspito.
Bahkan pihaknya yakin program konversi bahan bakar minyak (BBM) ke gas (BBG) dapat mengurangi subsidi BBM sebesar Rp795 miliar dari total subsidi komoditas tersebut di Jatim senilai Rp9,07 triliun. “Penghematan subsidi BBM itu kami prediksi terealisasi pada 10 bulan mendatang,”tandasnya.
Akan tetapi, ungkap dia, harus memenuhi sejumlah faktor. Khususnya, bila semua program konversi yang diusung pemerintah dan didukung pengusaha swasta bisa terlaksana dengan baik.
“Untuk merealisasi program konversi BBM ke BBG di Jatim, kami telah mengoperasikan 16 ‘Mother Station’ (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas/SPBG),” ujarnya.
Selain itu, jelas dia, anggota APCNGI Wilayah Jawa Timur juga telah menyiapkan sekitar 32 “Daughter Station” (Mobile Refuelling Unit/MRU) untuk melayani kebutuhan masyarakat di seluruh Jawa Timur. “Jangan khawatir kehabisan BBG dan tidak mengetahui letak SPBG dan ‘MRU’,” ucapnya.
Penyebabnya, tambah dia, pada saat ini salah satu penyedia konverter kit di Surabaya telah mempunyai “Digital” Konverter Kit yang bisa menampilkan jumlah BBG yang tersedia di dalam tangki.
“Dengan menggunakan ‘Digital’ Konverter Kit maka pengguna kendaraan bermotor ber-BBG bisa memprediksi jarak tempuh yang harus dicapai dengan sisa BBG di tangki,” tuturnya.
Salah satu anggota APCNGI Wilayah Jatim, Martono membenarkan penerapan perangkat yang diklaim satu-satunya di Indonesia karena mampu menampilkan jumlah BBG yang ada di tangki juga dapat mengukur jarak SPBG terdekat dengan kendaraan pengguna. “Tentunya bisa diketahui dari ‘dashboard GPS Map’ yang terintegrasi di kendaraan bermotor,” ungkapnya.
Di sisi lain, untuk menjamin layanan purna jual, lanjut dia, konsorsium yang terdiri dari pihak Pertamina, PGN, Hiswana Migas, dan APCNGI telah menyiapkan tenaga ahli untuk kendaraan ber-BBG.
“Kami juga menyediakan bengkel konversi, perawatan termasuk suku cadangnya serta terus menambah SPBG di seluruh Jatim,” ujarnya.
Ia berharap, pemerintah daerah dan seluruh lapisan masyarakat di provinsi ini mendukung program konversi BBG. Dengan begitu, mampu mengurangi polusi gas buang dan tidak ada dampak sosial yang besar di masyarakat. [cty]

Tags: