Batu Bantal Desa Menganto Diyakini dari Era Majapahit

Batu Bantal di Desa Menganto, Kecamatan Mojowarno, Jombang yang diyakini merupakan lingga peninggalan era Majapahit, Kamis (25/04).

Sempat Dipindah dan Tergeletak di Lapangan Rumput
Jombang, Bhirawa
Jika menyebut nama bantu bantal, maka warga Menganto, Kecamatan Mojowarno, Jombang langsung tahu dan memberikan petunjuk di mana benda yang diduga peninggalan era Kerajaan Majapahit itu berada. Sebab cukup sulit untuk menemukan lokasi keberadaan batu itu karena berada di lapangan rumput dekat kebum tebu.
Jika melihat kondisi batu bantal, mungkin masyarakat mengira itu batu biasa yang tidak ada artinya. Namun jika dilihat dengan cermat batu ini berbentuk lingga yang biasanya berkaitan dengan simbol pemujaan era Hindu masa lalu.
Batu ini berwarna putih, bentuknya balok dengan panjang 1,5 meter. Bagian tengahnya terdapat ornamen sederhana berupa sayatan memanjang layaknya peninggalan masa lalu. Sementara ujung bawahnya berbentuk kotak dan tumpul, serta ujung lainnya berbentuk agak bulat.
Batu tersebut terletak di sebuah tanah lapang di dalam areal proyek pembangunan perumahan di Dusun Menganto, Desa Menganto, Mojowarno, Jombang. Saat wartawan mendatanginya, posisi batu ini tergolek membujur di tanah. Di sekililingnya tampak rumput tumbuh subur, nyaris tak terlihat jika batu ini adalah peninggalan masa lalu.
“Itu sudah dipindah, aslinya bukan di situ, dulu lokasinya agak ke barat. Cuma karena tergeser perumahan itu, akhirnya dipindah di tanah lapang itu,” kata Rukun, warga setempat.
Bagi warga sekitar, batu itu bukanlah benda asing, mereka telah mengenalnya sejak puluhan tahun lalu dengan sebutan batu bantal. “Batu bantal sebutannya kalau orang sini. Sejak saya belum lahir sudah ada batu itu. Dulunya di pematang sawah begitu, dan posisinya cuma kelihatan separo, separonya lagi terpendam tanah,” kata Rukun lagi.
Disebut batu bantal karena bentuknya yang menyerupai bantal era lama yang bentuknya kotak dan terbuat dari benda keras. Mitologi yang beredar di warga bahkan, batu itu adalah salah satu bukti peradaban lama yang berkaitan dengan berdirinya desa.
“Kalau menurut cerita, dulu batu itu memang untuk tidur beberapa orang yang sedang sembunyi di desa ini. Bahkan diyakini dulu ada dua, satu di barat itu yang laki-laki, satu di timur yang perempuan,” terangnya.
Sementara itu, hasil pendataan sementara yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Jombang, benda itu bukanlah sekadar batu biasa ataupun batu yang digunakan untuk alas tidur era dulu. Batu itu merupakan bagian penting dari kebudayaan Hindu Siwa yakni lingga.
“Dari keterangan tim Arkenas yang datang bareng kami kemarin memang diduga kuat batu itu adalah lingga yang tertinggal. Bentuknya memang menyerupai lingga pada umumnya,” terang Dody Eko prastyo, Staf Seksi Cagar Budaya dan Permuseuman, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jombang.
Lingga adalah simbol maskulin pada pemujaan Dewa Siwa pada agama Hindu. Biasanya, Lingga ini dibangun berbarengan dengan yoni sebagai perlambangan feminin. Persatuan keduanya pada agama Hindu Siwa diyakini sebagai lambang kesuburan dan lambang bertemunya Dewa Siwa – Dewi Parvati.
“Sayangnya, yang kami temukan di sana hanya lingga saja, yoninya belum ditemukan. Kalaupun ada, mungkin yoninya memang bentuknya akan sangat besar, mengingat Lingganya berdiameter besar,” terang Dody.
Meski belum bisa memastikan tahun berapa lingga itu dibuat dan untuk situs apa lingga itu berada, Dody menyebutkan, hasil kajian tim yang ada menyimpulkan sementara lingga itu berasal dari era kerajaan Majapahit. Hal ini didasarkan pada kedekatan lokasi lingga dengan beberapa situs serupa yang tak berjauhan seperti situs Yoni Gambar di Grobogan, Mojowarno, Jombang.
Karena lokasi situs ini yang berada di dalam areal perumahan, Dody menyebutkan, dalam waktu dekat batu itu akan diamankan di Museum Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan, Mojokerto. “Memang akan segera dipindah, agar terawat dan bisa mulai diteliti,” tutupnya. [Arif Yulianto]

Tags: