Batu Hias Sambikerep Nganjuk Diburu Kolektor

Pengrajin batu asal Desa Sambikerep Kecamatan Rejoso menghias batu Chalcedony untuk dijadikan hiasan rumah atau taman.(ristika/bhirawa)

Pengrajin batu asal Desa Sambikerep Kecamatan Rejoso menghias batu Chalcedony untuk dijadikan hiasan rumah atau taman.(ristika/bhirawa)

Nganjuk, Bhirawa
Demam batu akik yang melanda sejumlah daerah di Indonesia ternyata mampu mendongkrak popularitas batu hias asal Kabupaten Nganjuk. Bahkan disela-sela profesinya sebagai petani, warga Desa Sambikerep Kecamatan Rejoso juga mengolah batu menjadi hiasan interior rumah maupun taman.
Batu jenis chalcedony atau mirip dengan batu fosil telah menjadi daya pikat tersendiri bagi masyarakat untuk diubah menjadi hiasan yang memiliki nilai jual tinggi. “Yang tadinya beraktifitas sebagai petani kini ada beralih menjadi pengrajin batu hias,” ungkap Nyaman (42) salah satu pengerajin batu hias Desa Sambikerep.
Nyaman mengaku sejak batu akik menjadi trend hampir seluruh wilayah Indonesia,  moment ini tak disia-siakan warga Desa Sambikerep. Bahkan menurut Nyaman, sejak tiga bulan terakhir diirinya merasa kewalahan menerima pesanan batu hias dari luar kota.
Terutama pesanan paling banyak datang dari Surabaya dan Bali kemudian dari Kediri, Madiun serta dari local Nganjuk. Batu asal Desa Sambikerep ini ditambang dari pegunungan kapur perbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro.
Harga batu hias jika dari tangan penambang harga batu tersebut Rp 20 ribu/Kg namun setelah diolah menjadi batu hias harganya bisa mencapai Rp 10 juta tergantung model dan besar kecilnya batu. “Menjadi penambang bahan batu hias mentah penghasilannya tidak seberapa, tetapi jika batu telah diolah menjadi batu hias harganya mahal,” ujar Nyaman.
Sebagai warga asli Desa Sambikerep, Nyaman berniat memberikan pelatihan kepada warga lain untuk mengolah batu khas Desa Sambikerep menjadi batu hias.  Selain melestarikan batu-batu tersebut, Nyaman ingin Desa Sambikerep yang tergolong daerah minus dapat meningkatkan ekonomi warga. “Bahan baku batu hias Chalcedony jenis teratai tawon dan batu berkelas lainnya mulai sulit diperoleh,” keluh Nyaman.
Chalcedony sendiri merupakan jenis batuan yang terjadi akibat kriptokristalin dari silika, mineral kuarsa dan moganit yang saling bertumpuk. Kuarsa dan moganit merupakan mineral silika, namun kuarsa memiliki struktur trigonal sedangkan moganit bersifat monoklinik. Struktur kimia dari chalcedony adalah SiO2.
Salah satu pelanggan batu hias, Muhamad Yasin warga Kelurahan Pojok  Kecamatan Mojoroto Kota Kediri  yang sempat ditemui Bhirawa mengaku membeli batu hias untuk dibelah kecil-kecil dan diolah untuk dijadikan batu akik.
Ketika mendapat batu yang berkualitas bagus  dia bisa menjualnya kepada kolektor. Yasin sendiri mengakui, jika batu asal Desa Sambikerep tidak saja bisa dibuat menjadi batu akik, tetapi batu hias juga dipajang sebagai hiasan di taman  maupun di dalam rumah. [ris]

Tags: