Batu Jadikan Sungai Brantas Wisata Unggulan di Asia Tenggara

Suasana pembukaan dan diskusi Festival Brantas yang digelar di Balaikota Batu, Kamis (21/4). [anas]

Suasana pembukaan dan diskusi Festival Brantas yang digelar di Balaikota Batu, Kamis (21/4). [anas]

Batu, Bhirawa
Pemkot Batu akan memperbaiki keberadaan Sungai Brantas sekaligus menjadikannya ikon wisata. Hal ini yang menjadi salah satu target dalam Festival Brantas yang pembukaannya dilaksanakan di gedung Balaikota Among Tani Kota Batu, Kamis (21/4).
Salah satu pakar pariwisata dari Universitas Brawijaya (UB), Yusri Abdilah SSOS,MSi,PhD dalam Pembukaan Festival Brantas 2016 mengajak Pemkot Batu dan para peserta untuk meniru Kerajaan Majapahit dan Singasari. Kedua kerajaan ini bisa menjadi negara besar karena memanfaatkan keberadaan Sungai Brantas. Bahkan kebesaran Majapahit sudah dikenal ke beberapa negara di kawasan Asia Tenggara.
“Kita harus menjadikan Kali Brantas sebagai objek wisata yang fenomenal. Dan seperti Majapahit, wisata di Batu dan kota-kota lain yang dilalui Kali Brantas akan menjadi besar dan dikenal hingga Asia Tenggara karena keberadaan Kali Brantas,”ujar Yusri.
Untuk memulai, katanya, ia mengajak Pemkot dan warga Kota Batu untuk meniru keberadaan sungai-sungai di Jepang. Sungai di sana dijadikan oleh masyarakatnya sebagai sarana rekreasi. Akibatnya, tidak ada sungai di Jepang yang kotor. Dan menjaga kebersihan sungai dilakukan sendiri oleh masyarakat. Namun hal yang sama belum bisa diterapkan di masyarakat Sungai Brantas.
Masyarakat di sekitar Sungai Brantas masih apriori dengan turis. Masyarakat masih menganggap dijadikannya sungai sebagai objek wisata hanya akan membuat sungai menjadi rusak. “Hal inilah yang harus diubah di masyarakat,”tambah Yusri.
Ditambahkan Pejabat Kantor Lingkungan Hidup Provinsi Jatim Dyah Laras Ayu dari hasil penelitian yang telah dilakukan, debit Sumber Brantas saat ini sudah berkurang 50 persen. Padahal, aliran Sungai Brantas sepanjang 320 km memiliki tangkapan air seluas 12.000 m2. “Luas ini mencakup 25 persen dari luas Provinsi Jawa Timur,”ujar Dyah.
Namun saat ini nilai indeks kualitas air Sungai Brantas berada dalam angka 49,17 atau masuk dalam kategori waspada. Dan pencemaran yang terjadi di Sungai Brantas didominasi limbah domestik seperti limbah peternakan, dapur, cucian, sampah dari masyarakat. Diketahui, Festival Brantas ini diselenggarakan Pemkot Batu untuk  mengajak masyarakat agar tidak melakukan pencemaran dan pengrusakan terhadap sungai dan lingkungan hidup. Dalam festival ini, ratusan bahkan ribuan aktivis lingkungan se-Jawa Timur akan diajak untuk berkampanye menyelamatkan Sungai Brantas dan lingkungan hidup.
“Lewat kegiatan tersebut kita membangun kebersamaan seluruh daerah yang dilewati Sungai Brantas dan memberikan edukasi kepada anak-anak,” terang Lurah Sisir  Dian A Fachroni.
Kegiatan ini, katanya, diikuti oleh aktivis lingkungan dan perwakilan Pemerintah Daerah dari 16 kota dan kabupaten di Jatim yang dilewati oleh Sungai Brantas. Selama festival ribuan peserta ini akan menginap di rumah-rumah warga.
“Para peserta nanti akan menginap di setiap RW yang ada di Kelurahan Sisir, biar bisa membaur dengan masyarakat,” jelas Ketua Panitia Festival Sungai Brantas Iwan Sucipto. [nas]

Tags: