Batu Pondasi Pendopo Zaman Mojopahit Dievakuasi

Batu dengan motif kerajaan Mojopahit ditemukan Kelurahan Jatirejo untuk dipindahkan ke Museum Nganjuk.(ristika/bhirawa)

Batu dengan motif kerajaan Mojopahit ditemukan Kelurahan Jatirejo untuk dipindahkan ke Museum Nganjuk.(ristika/bhirawa)

Nganjuk, Bhirawa
Umpak atau pondasi dari sebuah bangunan yang diyakini bernilai sejarah tinggi ditemukan di pekarangan rumah salah seorang warga Lingkungan Templek Kelurahan Jatirejo Kecamatan Nganjuk. Benda purbakala yamng berusia ribuan tahun tersebut kini disimpan di Museum Nganjuk untuk dilakukan penelitian.
“Umpak biasanya dipakai sebagai alas atau pondasi tiang soko guru sebuah rumah atau pendopo. Untuk memastikan apakah tempat ini dulu pernah dibangun sebuah pendopo atau sejenisnya, masih kita lakukan penelusuran,” terang Amin Fuadi, Kasi Purbakala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Nganjuk.
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Nganjuk, kemarin melakukan penggalian di tanah kebun milik Nining Hargiani. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, Amin Fuadi mengakui keberadaan batu dengan bentuk yang unik.
Dari wujud maupun ornamennya sangat berbeda dari temuan-temuan terdahulu di Nganjuk. Pada bagian atas berbentuk persegi empat berlubang seperti bentuk bak mandi, dengan ukuran panjang dan lebar sekitar 60 sentimeter. Selain itu, pada salah satu sudutnya terdapat lubang.
Tim Disbudpar Nganjuk melanjutkan kembali penggalian dan observasi, kemudian diketahui jika batu berukir tersebut memiliki ukuran diameter luar bagian atas 59 sentimeter, diameter lubang 41 sentimeter, panjang dan lebar bujur sangkar bawah 79 sentimeter, serta tinggi 70 sentimeter. “Bentuknya sangat besar, kami menduga ini adalah bekas bangunan pendopo atau sejenisnya,” terang Amin.
Menurut Amin, sebelum munculnya kerajaan Mataram, umpak batu selalu digunakan penyangga tiang soko guru sebuah rumah. Dugaan sementara, benda itu merupakan umpak atau penyangga bangunan kuno dari batu yang diperkirakan berasal dari zaman Mpu Sindok. Namun untuk memastikannya, masih akan dikoordinasikan dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) JawaTimur di Trowulan Mojokerto. “Bentuknya memang unik, karena lazimnya umpak bentuknya kotak meruncing ke atas, tapi ini perpaduan kotak dan bulat,” imbuh Amin.
Sementara itu menurut Nining Hargiani, si pemilik tanah, mengaku sudah membeli pekarangan tempat penemuan benda purbakala tersebut sejak sekitar 10 tahun lalu. Dia yang juga seorang PNS UPTD Disdikpora KecamatanNganjuk itu mengaku sudah lama mengetahui keberadaan benda tersebut. Namun, awalnya hanya dikira batu biasa, karena curiga lantas Niningmelapor ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Nganjuk. [ris]

Tags: