Bawa Misi Dagang, Delapan Diplomat Temui Gubernur

Gubernur Khofifah dan Sekjen Kemenlu Mayerfas menemui rombongan diplomat dari delapan konjen luar negeri membincang terkait potensi pasar di luar negeri.

Pemprov Jatim, Bhirawa
Rombongan diplomat dari delapan konsulat jendral (Konjen) Indonesia di luar negeri berkunjung ke Gedung Negara Grahadi bertemu Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Kamis (7/11). Dalam pertemuan itu, para diplomat membawa misi dagang untuk mengurai berbagai potensi yang dapat ditawarkan ke pasar internasional.
Sekjen Kementerian Luar Negeri Mayerfas menuturkan, kedatangannya secara khusus ingin mendapatkan informasi penting terkait potensi Jatim yang dapat dijual ke luar negeri. Sebab, Jatim merupakan eksportir manufaktur terbesar di Indonesia. Termasuk produk perhiasan, yang beredar di Indonesia 99 persen berasal dari Jatim.
“Harapan yang perlu menjadi perhatian para konjen untuk membantu memasarkan baik produk dagang, wisata dan investasi. Kita punya potensi, bawa turis ke Jatim dan cari investor. Itu yang diharapkan ibu gubernur,” ungkap Mayerfas. Delapan diplomat yang hadir tersebut antara lain dari Konjen RI di Jeddah, Chicago, Mumbay, Noumea, Captown, Penang, Paris dan Berlin.
Selain potensi Jatim, dalam pertemuan itu para diplomat juga menyampaikan kebutuhan pasar yang bisa menarik peluang bagi Jatim. Salah satunya kebutuhan krupuk di Jeddah, Arab Saudi yang cukup tinggi. Namun, pengiriman dari Jatim masih sedikit. “Kita punya barang, sekarang tolong dijual,” tutur dia.
Sementara itu, Gubernur Jatim Khofifah menuturkan, para diplomat ini mendapat penugasan dari Presiden maupun Menlu untuk bisa melakukan penguatan pasar. Sehingga neraca perdagangan ekspor dapat surplus. “Karena saat ini, misalnya perdagangan Indonesia dengan Australia masih defisit. Presiden dan Menlu menugaskan para diplomat ini agar perdagangan kita harus surplus,” tutur dia.
Salah satu potensi yang disampaikan Khofifah adalah pabrik krupuk yang terbesar di Asia ada di Jatim. Namun, untuk membuka pasar ke Jeddah masih membutuhkan ikhtiar lebih. Selain itu, Eropa dan Amerika yang cukup besar pangsa pasarnya pada produk furnitur. “Kita butuh pembuka pintu baru. Karena efek perang dagang, mendorong kita untuk mengambil peluang memperluas pasar terutama pada daerah-daerah di mana para diplomat itu bertugas,” tutur gubernur perempuan pertama di Jatim tersebut.
Disampaikan Khofifah, para diplomat ini juga akan menjadi juru bicara untuk menyampaikan potensi Jatim di luar negeri. Apakah potensi wisata, tekstil perhiasan, sea food, atau produk makanan lainnya. “Misalnya tentang wisata yang di dunia hanya ada dua, yaitu blue fire di Kawah Ijen dan oksigen di Madura,” tutur dia.
Khofifah juga menyampaikan harapannya secara khusus kepada konjen Jeddah terkait biaya masuk yang dikenakan terhadap produk dari Indonesia ke Uni Emirat. Biaya masuknya mencapai 5 persen. Tapi jika lewat singapura biaya masuk hanya 2,5 persen. Itu karena Singapura ke Uni Emirat biaya masuknya 0 persen. “Maka kami menyampaikan bolehkah kami dibantu dari Jatim ke Jeddah bisa 0 persen. Ini sudah sering saya sampaikan di forum-forum kementerian. Karena yang saya tahu antara Pak Presiden dengan Putra Mahkota Uni Emirat itu dekat sekali,” pungkas Khofifah. [tam]

Tags: