Bawang Goreng Hunay Kabupaten Probolinggo Sukses Ekspor Perdana ke Singapura

Bawang Goreng Hunay sukses ekspor perdana ke Singapura. .[wiwit agus pribadi/bhirawa]

Probolinggo, Bhirawa.
Dunia bisnis memang penuh misteri, namun di saat yang sama, juga menjanjikan banyak hal. Kadang, dari menjual sesuatu yang tampak biasa-biasa saja, orang bisa meraup banyak uang. Adapun hal semacam itu terjadi pada warga Kelurahan Kanigaran,Kecamatan Kanigaran,Agus Sumardiyanto,pengusaha bawang goreng yang baru menggeluti usaha itu.

Karena kejelian dan ketelatenan menjaga kualitas produknya, pasar bawang goreng Agus kini bahkan meluas ke beberapa daerah. Dalam seminggu, usaha bawang goreng yang diberi nama Azril itu bisa meraup omzet cukup lumayan.

Sebelum melakoni usaha itu, Agus menjalani pekerjaan sebagai pedagang pakaian juga eralatan rumah tangga dan lainnya. Namun, lantaran dinilai kurang berjalan, lama-kelamaan, ia tak betah dan memutuskan untuk mencari peluang bisnis baru. Maka dari situ, pada tahun 2023, Agus Sumardiyanto beralih profesi menjadi pengusaha bawang goreng.

Dari hari ke hari, semangatnya tak pernah padam untuk menggeluti bisnis yang dari luar tampak sepele itu. Maka, dilatarbelakangi oleh ketekunannya menggeluti usaha bawang goreng kian meraksasa.

Hal yang sama juga diungkapkan bawang goreng “Hunay” yang diproduksi oleh CV Dua Putri Sholehah Desa Tegalrejo Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo sukses melakukan ekspor perdana ke negara Singapura.

Pelepasan ekspor perdana bawang goreng “Hunay” ke Singapura ini ditandai dengan pemecahan kendi oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur Iwan, Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Pratama Probolinggo Andi Hermawan, Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perdagangan dan Perindustrian (DKUPP) Kabupaten Probolinggo Anung Widiarto serta Owner Bawang Goreng Hunay Nurul Khotimah.

Owner Bawang Goreng Hunay Nurul Khotimah, Kamis (23/3) menyampaikan keberhasilannya produk bawang goreng “Hunay” ekspor ke Singapura ini terjadi secara kebetulan. Dimana pihaknya ketemu buyer di luar negeri yang sedang mencari bawang goreng.

“Kami komunikasi sudah lama melalui media sosial (medsos). Setelah kami ceritakan bawang goreng “Hunay” akhirnya nyambung. Alhamdulillah, kami bisa ekspor dengan memakai nama sendiri CV Dua Putri Sholehah. Tetapi ini masih 300 kg. Ini masih trial karena masih perdana. Mudah-mudahan ke depannya ada kelanjutannya,” ujarnya.

Agar bisa ekspor ke luar negeri jelas Nurul Khotimah, sebuah produk harus sertifikasi. Sebab setiap negara mempunyai regulasi yang berbeda. Harus bisa mengikui regulasi setiap negara yang menjadi negara tujuan ekspor. “Harapan ke depan akan kontinue dan pengembangan pasarnya berkembang. Tidak hanya Singapura saja, tetapi juga Negara lain sehingga bawang goreng mempunyai peluang untuk ekspor,” harapnya.

Sementara Kepala DKUPP Kabupaten Probolinggo Anung Widiarto mengungkapkan bawang goreng “Hunay” telah melakukan support ekspor sejak tahun 2019 berkolaborasi dengan berbagai perusahaan dan perseorangan.

“Yakni Mekarsari sejumlah 4.948,3 kg atau senilai 4 ton yang berjalan sejak tahun 2019-2021, Ibu Diana sejumlah 105 kg pada tahun 2020-2021, Amazone.com (perusahaan multinasional teknologi Amerika yang berfokus pada e-niaga) 147,3 kg pada tahun 2020 dan Sari Raya sejumlah 1.000 kg pada tahun 2021.

“Pada tanggal 19 Januari 2023 Hunay berhasil melakukan ekspor mandiri dengan memakai nama sendiri ke Mojo Traders PTE.LTD Singapura sejumlah 120 karton atau senilai 300 kg. Artinya ekspor mandiri saat ini sebesar 15% dari kapasitas produksi Hunay,” katanya, Rabu (15/3).

Menurut Anung, salah satu kunci untuk memperbaiki perekonomian nasional adalah peningkatan ekspor. Karena dapat menjadi cara para pelaku usaha untuk tumbuh dan membuka lapangan kerja. “Alhamdulillah, ekspor bawang goreng ke Singapura ini merupakan salah satu tahapan dimana UMKM kita naik kelas karena mampu ekspor. Semoga nantinya bisa berlanjut ke Hunay lain di Kabupaten Probolinggo sehingga mampu menggeser dunia ekspor dari yang sedikit menjadi lebih banyak lagi,” tegasnya.

Sedangkan Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Pratama Probolinggo Andi Hermawan menerangkan Bea Cukai merupakan salah satu bagian dari Kementerian Keuangan yang mempunyai program PEN atau Pemulihan Ekonomi Nasional yang sudah dilakukan semenjak tahun 2020 dengan adanya pandemi Covid-19. Dimana saat itu perekonomian anjlok.

“Salah satu pilar-pilar penopang perekonomian adalah UMKM. Oleh karena itu semua satuan kerja di Kementerian Keuangan termasuk Bea Cukai Probolinggo ikut membantu UMKM. Sebab peran Bea Cukai adalah bagaimana UMKM ini bisa ekspor. Kalau ekspornya lebih luas bagi Indonesia bisa menambah devisa. Jadi Bea Cukai Probolinggo perannya mendorong UMKM supaya bisa ekspor,” ungkapnya.

Andi mengaku senang bawang goreng Hunay bisa ekspor. Harapannya bisa terus berkelanjutan. Tentunya bukan hanya Hunay saja, tetapi UMKM yang lain akan didorong supaya juga bisa ekspor. “Harapannya tentunya ini menjadi salah satu titik awal saja dan harus tetap berlanjut. Namun saya optimis karena nantinya produk bawang merah ini akan dipromosikan ke beberapa Negara. Sehingga kemungkinan besar akan berkembang dengan re-order selanjutnya. Tinggal DKUPP melakukan pembinaan kepada petani jika ada order yang lebih besar lagi mampu. Sebab kalau dari segi pemasarannya masih bisa,” terangnya.

Dalam kesempatan tersebut Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur Iwan menyampaikan ucapan terima kasih kepada Kepala DKUPP Kabupaten Probolinggo yang telah memberikan pembinaan binaan ke CV Dua Putri Sholehah dengan produk bawang goreng “Hunay” sehingga bisa ekspor ke Singapura.

“Kami dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur tentunya sekarang lagi fokus dalam upaya meningkatkan neraca perdagangan ekspor Jawa Tmur. Tahun 2022 dibandingkan tahun 2021, nilai ekspor kita itu meningkat 5,50 persen. Tetapi neraca perdagangan kita dibandingkan dengan neraca perdagangan antar daerah ekspor jauh dibawah,” ujarnya.

Sesuai arahan Gubernur Jawa Timur jelas Iwan, pihaknya terus menggenjot neraca perdagangan ekspor, salah satunya dengan mensupport IKM-IKM di Jawa Timur. Selain itu Pemprov Jawa Timur juga mendorong terbentuknya desa-desa devisa yang ada di seluruh Jawa Timur untuk mendorong neraca perdagangan eskpor, tambahnya.(Wiwit Agus Pribadi)

Tags: