Bawang Merah Penyumbang Inflasi di Jatim

Inflasi di Jatim saat ini masih dipengaruhi dari bahan makanan, terutama harga bawang merah dan putih merangkak naik. Untuk itu, diperlukan pasokan yang cukup besar di pasar.

Inflasi di Jatim saat ini masih dipengaruhi dari bahan makanan, terutama harga bawang merah dan putih merangkak naik. Untuk itu, diperlukan pasokan yang cukup besar di pasar.

Pemprov Jatim, Bhirawa
Bawang merah masih menjadi penyumbang inflasi tertinggi di Jatim, yaitu 0,0723 persen. Disusul telur ayam sebesar 0,0624 persen, daging ayam ras (0,0502 persen), bawang putih (0,0352 persen), dan tomat sayur (0,0131 persen).
Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim merilis angka inflasi Juni 2014 sebesar 0,36 persen, lebih rendah dibandingkan inflasi nasional 0,43 persen. Bahan makanan memiliki andil paling besar terhadap angka inflasi tersebut, yakni 0,19 persen.
“Kondisi tersebut mengindikasikan kalau masih ada tantangan bagi Tim Pengawasan dan Pengendali Inflasi Daerah (TPID) agar lebih baik lagi ke depan,” kata Kepala BPS Jatim M. Sairi Hasbullah, Selasa (2/7).
Menurutnya, menjelang Ramadan, harga bahan makanan merangkak naik, terutama bawang merah dan bawang putih. Hal ini terjadi karena turunnya produksi bawang, padahal permintaan sedang meningkat. “Permintaan tinggi, tapi produksi menurun, sehingga tidak mampu memberikan pasokan yang cukup di pasar,” tuturnya.
Dari data BPS, Dari 8 kota IHK (Indeks Harga Konsumen)  di Jatim, semua kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Sumenep sebesar 0,70 persen, diikuti Kediri sebesar 0,52 persen, Probolinggo sebesar 0,47 persen, Madiun sebesar 0,43 persen, Banyuwangi dan Surabaya masing-masing sebesar 0,37 persen, Malang sebesar 0,31 persen dan inflasi terendah terjadi di Jember sebesar 0,12 persen.
Dari tujuh kelompok pengeluaran, enam kelompok pengeluaran mengalami kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 0,92 persen, kelompok sandang sebesar 0,52 persen, kelompok makanan jadi, minuman dan rokok sebesar 0,46 persen, kelompok perumahan sebesar 0,26 persen, dan kelompok kesehatan sebesar 0,24 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 0,06 persen.
Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan harga/deflasi adalah kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,05 persen.
Komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya inflasi adalah bawang merah, telur ayam ras, daging ayam ras, tarip listrik, bawang putih, tomat sayur, semen, rujak, emas perhiasan dan makanan ringan/snack.
Komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya deflasi adalah cabai rawit, tarip kereta api, nangka muda, bandeng/bolu, mujair, batu bata/batu tela, jeruk, salak, semangka dan sawi hijau.
Dari 6 ibukota provinsi di Pulau Jawa, semua kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Semarang sebesar 0,85 persen, diikuti Kota Serang sebesar 0,66 persen, Yogyakarta sebesar 0,43 persen, DKI Jakarta sebesar 0,41 persen, Kota Surabaya sebesar 0,37 persen dan terendah terjadi di Kota Bandung sebesar 0,20 persen.
Untuk laju inflasi tahun kalender (Desember 2013-Juni 2014) Jatim mencapai 2,16 persen. Inflasi year on year (Juni 2014 terhadap Juni 2013) Jatim sebesar 6,66 persen, angka ini lebih rendah dari pada inflasi year on year bulan Mei 2014 sebesar 7,04 persen, April sebesar 6,75 persen, Pebruari sebesar 7,03 persen dan Januari sebesar 7,65 persen.  [rac]

Enam Kelompok Pengeluaran Alami Kenaikan
Kelompok        Kenaikan
Bahan makanan sebesar     0,92 persen
Sandang         0,52 persen
Makanan jadi, minuman dan rokok   0,46 persen
Perumahan         0,26 persen
Kesehatan         0,24 persen
Pendidikan, rekreasi dan olah raga   0,06 persen.

Tags: