BBM Langka, Nelayan Probolinggo Terancam Merugi

bbm langkaProbolinggo, Bhitawa.
Ratusan nelayan di tempat pelelangan ikan di Probolinggo mulai wilayah Timur Desa Sumberanyar, Kecamatan Paiton hingga Tongas dan Mayangan Kabupaten/kota Probolinggo, sebagian besar nelayan yang masih tetap melaut mengaku resah, meski  turunnya harga BBM tidak berdampak apapun. Namun mereka menganggap harga BBM saat ini selisih harga dibawah 10.000 rupiah per liter dan merupakan sebuah kebijakan tanggung dan setengah hati. Harga Premium di eceran masih berkisar Rp.7500,- hingga Rp.9000,- per liter.
Diketahui, harga BBM jenis premium turun seribu dari harga awal 7.600 menjadi 6.600 rupiah per liter. Sementara harga solar turun 850 dari sebelumnya 7.200 menjadi 6.400 rupiah per liter, sejak 19 januari 2005. Selisih penuruna harga ini dianggap terlalu kecil, padahal harga minyak terus anjlok hingga USD 45 per barel.
Para nelayan mengaku, bahwa sekali melaut, kapal tradisional yang digu nakan membutuhkan bahan bakar solar sebanyak 20 liter, sedangkan  untuk kapal sleret membutuhkan 50 liter  dalam sekali  melaut.
“Saat ini  kami sangat membutuhkan bahan bakar yang lebih banyak, sedangkan di SPBU stok bahan bakar masih langka. Selain itu jangkauan untuk menangkap ikan lebih jauh dari sebelumnya dan ikan susah untuk didapat,”kata Samiyono kordinator nelayan di Paiton.
Nelayan meminta pemerintah melakukan evaluasi terkait penuruna harga BBM, mereka berharap selisih penurunan harga BBM sampai 2.000 rupiah per liter, sehingga dapat meringankan biaya bahan bakar nelayan untuk menangkap ikan
Dampak harga BBM yang mulai turun, membuat sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Kabupaten Probolinggo, diserbu warga. Bahkan sejak Selasa hingga berita ini diturunkan Kamis 21/1 sejumlah SPBU mulai terlihat kosong, dan warga kesulitan mencari BBM premium dan pertamax.
Salah satunya di SPBU di Desa Kebonagung Kecamatan Kraksaan Kabupaten Probolinggo, stoknya kosong, selain itu SPBU Semampir juga kosong, bahkan di SPBU Desa Randu Merak Kecamatan Paiton juga masih tidak ada stok BBM. Dampak yang terjadi tak ada stok BBM membuat warga, yang menggunakan kendaraan bermotor kesulitan mencari bensin eceran.
“Meski eceran mahal tetap saya beli, mau bagaimana lagi, eceran sekarang harganya tidak sama, ada yang menjual Rp 7.500 per liter, ada juga yang Rp 9.000 per liter,” katanya.
Menurut Samiyono, cari bensin kemana mana tidak ada, sampai motor yang dikendarainya mogok. Dirinya terpaksa mencari kios yang menjual bensin eceran meski harganya cukup mahal, demikian pula dengan solar, kami harus menunggu dan menunggu agar mendapatkan solar tersebut, sedangkan perahu kami tidak bisa menunggu lama, tambahnya.(wap)

Tags: