BBM Turun Tak Pengaruhi Inflasi di Jatim

4-inflasiPemprov Jatim, Bhirawa
Turunnya harga BBM beberapa waktu yang lalu belum berpengaruh terhadap harga barang dan jasa imbasnya inflasi Jatim pada Januari 2015 sebesar 0,20. Sementara nasional pada periode yang sama mengalami deflaasi 0,24 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik Jatim, M Sairi Hasbullah mengatakan, mengatakan, pada Januari alam kurun waktu 13 tahun mulai 2003-2015 telah terjadi dua belas kali inflasi satu kali deflasi dan pada Januari 2015 merupakan inflasi terendah
Menurut Sairi, dari delapan kota Indeks Hrga konsumen (IHK) di Jatim, pada Januari 2015 tiga kota mengalami inflasi dan lima kota deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Surabaya 0,41 persen, diikuti Banyuwangi 0,08 persen dan terendah di Malang 0,04 persen.
“Terjadinya inflasi di Jatim tidak semata-mata kegagalan pengendalian harga oleh pemerintah, namun ada fenomena yang menarik, yaitu angkutan udara terutama Garuda yang mendapatkan keuntungan dengan frekuensi yang tinggi. Perubahan relatif harga tiket pesawat Garuda 83 persen,” katanya, Senin (2/1).
Kelompok pengeluaran yang mengalami Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan 1,36 persen, diikuti sandang 1,16 persen, kesehatan 1,11 persen, perumahan, air, lustrik, gas dan bahan bakar 1,05 persen.
Kemudian makanan jadi minuman dan rokok inflasi 0,74 persen dan terendah pada kelompok pendidikan rekreasi dan olahraga 0,20 persen. Kelompok yang deflasi terjadi pada transportasi, komunikasi dan jasa keuangan 3,01 persen.
Komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya inflasi adalah angkutan udara, tariff keretaa api, daging dan telur ayam ras, tukang bukan mandor, beras, emas perhiasan, sewa rumah, wortel dan upah pembantu rumahtangga.
Tarif angkutan udara dan kereta api naik setelah diberlakukannya peraturan Menteri Perhubungan Nomor 91 tahun 2014 tentang tarif batas bawah angkutan udara sekurang-kurangnya 40 persen dari tarif batas atas. Serta pengalihan subsidi untuk Kereta api ekonomi jarak jauh dan jarak sedang ke kereta api (KA) lokal dan KA komunter
Sementara, lanjutnya, deflasi tertinggi di Jatim yaitu berada di Sumenep 0,27 persen diikuti Jember 0,24 persen, Probolinggo 0,20 persen, Kediri 0,19 persen dan deflasi terendah di Madiun 0,05 persen. Dari tujuh kelompok pengeluaran, enam mengalami inflasi.
Komoditas yang harganya terkendali dan memberikan andil terbesar terjadinya deflasi adalah turunnya harga bensin, cabe merah, cabe rawit, solar, angkutan dalam kota, sayuran bayam, ikan bandeng, semen, ikan lemuru, dan buncis. Pemurunan BBM pada 1 dan 19 Januari 2015 belum diikuti oleh penurunan yang signifikan oleh tarif angkutan umum antar kota maupun dalam kota.
Dari 6 ibu kota provinsi di Pulau Jawa dua kota mengalami inflasi dan empat kota deflasi. Inflasi tertinggi di Surabaya 0,41 persen diikuti Jogjakarta 0,13 persen. Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Kota Semarang 0,48 persen, diikuti kota DKI Jakarta 0,41 persen, Kota Serang 024 persen dan deflasi terendah di Kota Bandung 0,05 persen..
Dari 82 kota IHK nasional, 31 kota mengalami inflasi dan 51 kota yang mengalami deflasi. Lima kota yang mengalami Inflasi tertinggi di tertinggi Ambon 2,37 persen, Merauke 1,73 persen, Balikpapan 1,69 persen, Tanjung Pandan 1,30 persen dan Pontianak 1,19 persen, Sedangkan 5 kota yang mengalami deflasi tertinggi yaitu Padang 1,98 persen, Watampone dan Gorontalo masing masing 1,27 persen dan 1,22 persen dan Palembang 1,15 persen.
Laju inflasi tahun kalender Desember 2014 terhadap Januari 2015 Jatim mencapai 0,20 persen. Inflasi year-on-year Janurai 2015 terhadap Januari 2014 Jatim 6,86 persen, angka tersebut lebih rendah dri pada inflasi year-o-year Janurai 2014 sebesar 7,65 persen. [rac]

Tags: