BBM Turun, Harga Bahan Pokok Tetap

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Surabaya, Bhirawa
Turunnya harga bahan bakar minyak (BBM) per 1 Januari 2015 rupanya masih belum diikuti dengan turunnya harga bahan pokok. Hal ini dibuktikan dengan masih tingginya harga bahan pokok di pasar tradisional di Surabaya. Bahkan, sejumlah bahan pokok harganya makin naik.
Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Kota Surabaya menilai bahwa bertahannya harga bahan pokok tidak ada kaitannya dengan naik dan turunnya harga BBM, namun lebih dikarenakan faktor cuaca.
“ Jadi sebelum adanya BBM mengalami kenaikan, harga sembako dipasaran sudah naik. Dan kenaikan harga bahan pokok bukan karena BBM, tapi karena faktor cuaca,” kata Dwi Puspita selaku analisis harga sembako Disperindag Kota Surabaya ketika ditemui Bhirawa, Kamis (8/1).
Ia mengacu pada tiga pasar yang dibuat untuk acuan harga bahan pokok di pasaran. Ketiga pasar tersebut antara lain, Pasar Wonokromo, Pasar Pucang, dan Pasar Genteng Kali. Dari tiga pasar ini, dua pasar yang memliki rating tinggi lantaran harga di Pasar Pucang serta Genteng kali kualitasnya lebih bagus dan lebih segar.
“Kalau di Pasar Wonokromo ini stabil dan masih dinilai wajar terkait harga-harga bahan pokok yang dijual disini. Sebelum Natal kemarin hanya harga daging ayam dan telur yang mengalami kenaikan cukup tinggi, harga daging ayam semula Rp24 ribu menjadi Rp28 ribu. Kalau telur Rp20 ribu,” paparnya.
Dengan harga bahan pokok saat ini dinilai masih stabil, dan yang mengalami lonjakan harga cabai. Serta elpiji 12 Kg, karena ini kebijakan pemerintah untuk elpijinya. “ Dan elpiji yang 3 Kg juga naik karena mengikuti tren pasar. Selama sembako masih stabil karena cabai juga bukan termasuk sembako. Dan harga cabai sekarang cukup tinggi yaitu Rp75 ribu/kilonya,” tambahnya.
Dari pengamatan Bhirawa di dua pasar tradisional terbesar di Surabaya, yakni, Pasar Wonokromo dan Keputran. Berdasarkan, pantauan, harga berbagai bahan pokok di dua pasar ini bertahan karena banyak pedagang yang masih enggan untuk menyesuaikan harga.
Komoditas yang masih tetap bertahan dan belum mengalami penyesuaian harga itu, antara lain, beras, telur, daging ayam, minyak goreng, cabai, bawang putih, dan beberapa bahan pokok lainnya. Misalnya, harga telur ayam saat ini masih bertahan pada harga Rp 20 ribu per kilogram (kg), daging ayam broiler Rp 32 ribu per kg, dan daging sapi masih bertahan pada Rp 103 ribu per kg.
Bahkan, komoditas cabai dan beras justru mengalami kenaikan dari Rp 40 ribu per kg menjadi Rp 45 ribu per kg. Sedangkan, harga beras kualitas rendah yang awalnya Rp 9.700 per kg malah naik menjadi Rp 11 ribu per kg.”Harga cabai tidak turun karena stoknya terbatas,”ungkap Nasrullah, pedagang sayur di Pasar Keputran.
Menurut dia, keterbatasan stok cabai tersebut diakibatkan banyak petani yang gagal panen akibat cuaca buruk yang melanda daerah penghasil cabai di Jatim. “Cabai mulai naik lagi sudah semingguan yang lalu. Tepatnya sehari sebelum Natal,” jelasnya.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Nadziroh, pedagang beras di Pasar Wonokromo. Menurut dia, harga beras belum turun pasca turunnya harga BBM. Sebab, para pedagang ingin menghabiskan stok. Dia menambahkan, stok yang lama masih dalam harga yang lama pula atau harga setelah kenaikan BBM. “Kalau stok ini habis kemungkinan akan turun. Itu bergantung dari harga dari distributor,” jelasnya.
Meski demikian, ia merasa bahwa dirinya senang dengan turunnya harga BBM tersebut. Sebab, selama ini banyak pelanggannya yang mengaku mengeluh atas harga beras yang makin mahal tersebut. Dia berharap, jika harga BBM turun, pemerintah hendaknya tidak menaikkan harganya kembali. Paling tidak dalam jangka waktu yang lama. “Kalau begini kan kami binggung. Kalau kami stoknya sedikit, kalau banyak kan kami harus habiskan dulu. Padahal, yang lain sudah turun. Kan kami yang rugi nanti,” ungkapnya. [geh]

Rate this article!
Tags: