BBM Turun Lagi

Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) turun lagi, walau tipis. Bahkan ikon BBM, Pertalite, tidak turut turun lagi. Dex juga turun tipis menjadi Rp 11.700 per-liter. Tetapi armada angkutan umum (penumpang dan barang) setidaknya bisa menghemat. Terutama bus angkutan penumpang antar kota antar propinsi (AKAP), serta pelayaran distribusi antar pulau. Penurunan harga BBM juga disebabkan membaiknya nilai tukar rupiah terhadap dolar.
Kini nilai kurs rupiah semakin menguat di bawah Rp 14 ribu. Serta harga minyak dunia stabil pada kisaran US$ 52,- per-barel. Sehingga nilai impor BBM dalam rupiah makin murah. Wajar Pemerintah menurunkan harga BBM sesuai ke-ekonomi-an (dan asas kejujuran). Namun penurunan harga BBM dalam negeri masih tergolong sangat tipis. Sehingga diharapkan akan terjadi penurunan lagi, setelah penurunan harga minyak dunia lebih stabil.
Penurunan terbesar (sekitar 6,66%) terjadi pada Pertamax Turbo, menjadi Rp 11.200,- per-liter (semula Rp 12.000,-). Pertamax RON 92 juga turun 3,43% menjadi Rp 9.850,- per-liter (semula Rp 10.200,-). Penurunan paling tipis (0,42%) terjadi pada BBM jenis Dex, menjadi Rp 11.700,- per-liter. Jenis kendaraan yang mengkonsumsi Dex, biasanya dimiliki perkantoran, dan jenis kendaraan pribadi bersilinder besar. Sehingga penurunan harga bagai tak terasa.
Tetapi penurunan harga cukup besar berlaku pada jenis solar Dexlite, sebesar Rp 100,- menjadi Rp 10.200,- per-liter. BBM ini biasa dikonsumsi bus angkutan umum AKAP, busa pariwisata, sampai truk angkutan barang. Kendaraan distribusi hasil bumi dan hasil laut, biasa pula mengkonsumsi Dexlite. Serta moda transportasi perairan, perahu nelayan, kapal dagang, dan kapal penumpang. Moda transportasi darat, dan laut jarak jarak jauh akan sangat merasa lebih hemat biaya.
Penurunan harga BBM menjadi keniscayaan. Karena asumsi harga BBM pada APBN 2019, diancar-ancar sebesar US$ 70,- per-barel. Terdapat selisih cukup besar (28,47%) dengan perbedaan harga sampai US$ 20,- per-barel. Sehingga pengeluaran pemerintahan pada subsidi BBM bisa berkurang. Antara lain, solar untuk nelayan (bahan bakar perahu motor), dan usaha kepertanian (bahan bakar hand-tracktor). Juga solar untuk armada angkutan khusus.
Penurunan harga BBM, bagai penglipur lara, karena gegap gempita politik. Masyarakat khawatir pemerintah lupa menurunkan harga BBM. Terutama pertalite, yang telah menjadi ikon. Terutama jelang pilpres serentak dengan pemilu legislatif. Penurunan harga BBM akan menggiatkan mobilitas (lalulintas) orang dan barang. Dus, sekaligus akan membangkit perekonomian nasional yang tumbuh “ragu-ragu,” dampak politik makin panas.
Seluruh dunia menyambut suka-cita penurunan harga minyak. Penyebabnya, bukan berkurangnya konsumsi BBM, maupun mengendurnya perekonomian global. Melainkan pasokan minyak yang berlebihan. Para analis memperkirakan harga minyak dunia juga diperkirakan turun lagi. Tiga besar produsen minyak dunia (Arab Saudi, Rusia, dan AS) bagai berpacu menikmati harga minyak mahal. Hingga pertengahan Oktober (2018), harga minyak melampaui US$ 70 per-barel.
Perekonomian “keletihan,” didera harga minyak sangat tinggi. Terutama negara-negara bukan negara produsen minyak, mengalami tekanan. Negara industri maju (di Eropa, Australia, dan Asia) menanggung dampak harga BBM mahal selama tahun 2018. Di Asia, negara industri maju (China, Jepang, dan Korea) bisa bernafas lega. Begitu pula di Indonesia. Pemerintah hampir menaikkan harga BBM, pada pertengahan bulan Oktober (tahun 2018) lalu. Penurunan harga BBM saat ini, bersamaan dengan puncak musim hujan. Jalan tergenang banjir, dan longsor. Menyebabkan kemacetan, dan antrean di pelabuhan. Masih diharapkan harga BBM bisa turun lagi. Manakala nilai kurs rupiah makin membaik.
——— 000 ———

Rate this article!
BBM Turun Lagi,5 / 5 ( 1votes )
Tags: