Beban Mesin SWRO Besar, Warga Pulau Mandangin Krisis Air Bersih

Pj Bupati Sampang, Jonathan Judianto.

Sampang, Bhirawa
Masyarakat Pulau Mandangin, Kecamatan Kota, Sampang dipastikan mengalami krisis air bersih. Pemanfaatan Sea Water Reserve Osmosis (SWRO) untuk pengadaan air bersih terkendala biaya yang cukup besar.
Kondisi belasan ribu warga Pulau Mandangin, sebenarnya sudah mendpat respon dari Pj Bupati Sampang, Jonathan Judianto dengan mendatangi langsung pulau tersebut. Jonathan menyebut perlu kerja dan kebijakan khusus untuk menangani nya..
Menurut Jonathan Judianto, salah satu caranya bisa memanfaatkan pembangunan Sistem Penyedia Air Minum (SPAM) dengan terknologi Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) yang dibangun sejak 2012. Program ini bantuan Pemerintah Pusat yang dialokasikan melalui APBD TA 2011 senilai Rp 11 miliar.
Namun karena mesin tersebut membutuhkan dana operasional besar, maka saat ini tidak dioperasikan. “SWRO di sana masih belum bisa dioperasionalkan, karena kalau dioperasikan itu beban biayanya Rp 19 ribu per meter kubik. Jadi itu tidak mungkin. Kita tidak mempunyai kekuatan untuk membeli itu,” tutur Jonathan.
Mesin SWRO sempat dikelola PDAM Trunojoyo sejak 2013-2016. Karena alasan rugi, akhirnya dihentikan. Pada 2017 diwacanakan akan diserahkan pengelolaannya pada Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (PRKP) setempat. Akan tetapi, kondisinya sudah rusak akibat tak terpakai.
Beban biaya itu untuk berbagai komponen mesin SWRO, di antaranya membran, energi pembangkit, penggunaan bahan kimia dalam proses osmosis yang menjadikan air laut menjadi air tawar, dan keperluan pompa airnya.
“Nah, itu komponen-komponen terbesarnya. Semisal kebutuhan energinya pakai solar sell (energi matahari) itu akan membantu. Kemudian untuk membran dan bahan kimianya, rencananya minta bantu ke pusat, sehingga pemkab hanya menyediakan pompa saja. APBD tidak mampu menyediakan (komponen) itu semua,” terangnya.
Apabila komponen-komponen tersebut mendapat bantuan dari pusat, lanjut Jonathan, maka beban biaya Rp 19 ribu per meter kubik akan bisa turun menjadi Rp 5 ribu per meter kubik. Sedangkan kapasitas mesin SWRO bisa 50 meter kubik per detik.
“Awalnya, percobaan. Kapasitasnya diturunkan menjadi 5 liter per detik. Harganya Rp 12 ribu, dan itu hanya konsep awal. Secara teknis dan kultural harus tetap dilakukan. Masyarakat untuk mendapatkan air bersih harus membeli. Peran pemerintah itu harus menekan harganya seminimal mungkin. Jadi, hitungan saya, angka Rp 5 ribu per meter itu masih bisa dijangkau,” ucapnya.
Selain itu, Jonathan menyatakan dirinya pernah berkunjung ke Pulau Mandangin beberapa hari lalu. Temuannya, dari 74 tempat titik resapan sumur di Mandangin, hanya ada satu titik sumur yang memiliki air tawar. Kekurangan air bersih menyebabkan munculnya beberapa penyakit menyerang warga Mandangin saat ini. (lis)

Tags: