Bebas Bahan Kimia, Diekstrak dari Kulit Durian, Buah Pinang dan Bunga Kenanga

Lima mahasiswa Prodi Analis Kesehatan UM Surabaya menunjukkan cara ekstraksi kulit durian, buah pinang dan bunga kenanga sebelum menjadi obat anti nyamuk, Rabu (20/4). [adit hananta utama]

Lima mahasiswa Prodi Analis Kesehatan UM Surabaya menunjukkan cara ekstraksi kulit durian, buah pinang dan bunga kenanga sebelum menjadi obat anti nyamuk, Rabu (20/4). [adit hananta utama]

Anti Nyamuk Alami Inovasi di Tangan Mahasiswa UM Surabaya
Kota Surabaya, Bhirawa
Ada berbagai macam obat anti nyamuk beredar di pasaran. Mulai dari jenis obat nyamuk bakar, lotion, semprot, hingga yang berjenis elektrik. Dari berbagai jenis yang ada, tak satu pun di antaranya yang beredar tanpa bahan kimia. Kecuali inovasi obat anti nyamuk karya lima mahasiswa Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya berikut.
Saat musim durian tiba, limbah yang paling mudah ditemui adalah kulitnya. Sekilas tak ada yang menarik dari kulit penuh duri itu. Tapi berbeda dengan lima mahasiswa ini. Lihabi, Kholisatun Nisa, Cintia Pratyaka Rocha Normawati, Rofiqhi Bey Fiqo Suseno dan M Islamulyadin adalah mahasiswa-mahasiswa kreatif yang berhasil mengubah kulit durian menjadi bahan anti nyamuk.
Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa prodi analisis kesehatan UM Surabaya ini dilakukan sejak setahun lalu. Awalnya, mereka merasa prihatin dengan banyaknya kasus demam berdarah yang terjadi setiap musim hujan tiba. Upaya pemerintah dengan melakukan fogging serta penyebaran abate dirasa belum mampu menyelesaikan masalah tersebut.
Di satu sisi, obat anti nyamuk yang banyak beredar di masyarakat, kebanyakan adalah obat yang mengandung bahan kimia. Sehingga tidak jarang obat-obat tersebut punya efek samping pada kesehatan. Mereka lalu mecari bahan yang bisa digunakan dan akhirnya berhasil menemukan kulit durian, buah pinang dan bunga kenanga. Dari penelitian yang dilakukan, ketiganya memiliki kandungan minyak atsiri. “Minyak atsiri ini berfungsi sebagai insektisida yang mampu mengusir bahkan membunuh nyamuk,” kata Siti Madia, dosen pembimbing kelima mahasiswa tersebut, Rabu (20/4).
Kholisatun Nisa menjelaskan untuk membuat anti nyamuk dari kulit durian mulanya dilakukan dengan memisahkan kulit bagian dalam (daging kulit) dan kulit bagian luarnya. Daging kulit durian itu kemudian dipotong ukuran kecil dan diblender. “Jumlah yang dibutuhkan sekitar 200 gram, saat diblender ditambah dengan air sebanyak 100 sampai 250 mililiter,” terang mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Prodi Analis Kesehatan itu.
Setelah diblender, proses ekstraksi mulai dilakukan. Tahapannya, daging durian halus itu dimasukkan ke labu destilasi dan ditambahkan alkohol 70% sebanyak 100 mililiter. Setelah itu dilakukan proses destilasi sekitar dua jam hingga mendapatkan minyak atsiri. “200 gram daging kulit durian tadi bisa menghasilkan sekitar 50 mililiter minyak atsiri,” terang Nisa didampingi Cintia.
Proses yang sama juga dilakukan untuk dua bahan lainnya yaitu buah pinang dan bunga kenanga. Minyak atsiri yang berhasil diambil tersebut bisa langsung digunakan sebagai obat nyamuk elektrik dengan memanfaatkan alat penguap. Agar lebih manis dan enak dipandang mata, obat nyamuk uap ini juga bisa diletakkan di dalam lampion sehingga bisa berfungsi sebagai lampu tidur. “Dengan seperti ini akan lebih menarik, selain sebagai obat nyamuk juga bisa menjadi hiasan ruangan,” kata Cintia.
Sementara untuk lotion anti nyamuk, minyak atsiri tinggal ditambahkan ke bahan-bahan lotion lainnya sehingga menjadi bahan cream. Lihabi memastikan, bahan ini juga aman bagi kulit, karena terbuat dari bahan yang alami. Selain itu, minyak atsiri yang dihasilkan dari ekstrak kulit durian, buah pinang dan bunga kenanga ini tidak hanya mampu mengusir nyamuk, melainkan juga mampu membunuh nyamuk.
Selain itu, dari minyak atsiri juga bisa dijadikan sebagai abate yang berfungsi untuk membunuh jentik nyamuk di bak mandi. Selain dari segi bahan, yang membedakan antara abate yang sudah ada saat ini dengan abate ciptaan mahasiswa UMS adalah dari bentuknya. Abate yang selama ini banyak beredar berhentuk serbuk dan terbuat dari bahan kimia, sedangkan abate buatan mahasiswa UMS ini berbentuk cair. Karena bahannya alami maka tidak punya efek samping untuk kesehatan kulit.
Konsentrasi abate cair ini relatif lebih sedikit. Untuk cairan abate alami sebanyak 10 mililiter bisa digunakan untuk air satu bak mandi. “Dalam waktu 10-25 menit, jentik-jentik nyamuk yang ada di dalam air itu langsung mati. Kami sudah melakukan pengujian beberapa kali dan hasilnya memang sangat bagus,” sambung Lihabi. [Adit Hananta Utama]

Tags: