Bechmarking Widyaiswara Utama Badan Diklat Jatim Dr Hary Wahyudi

Widyaiswara Utama Badan Diklat Jatim Dr Hary Wahyudi membelakangi moda transportasi udara yang menjadi penghubung antar gedung di Singpura.

Mobil Kabel Udara, Moda Penghubung antar Gedung Singapura
Kota Surabaya, Bhirawa
Mengunjungi negara-negara yang telah melakukan best practices di bidangnya menjadi concern Widyaiswara Utama Badan Diklat Jatim Dr Hary Wahyudi. Setelah mengunjungi Bangkok untuk studi tetang Tata Kelola Sungai, ke Manila belajar tentang Manajemen Pengurangan Resiko Bencana dan kali ini ke Singapura untuk belajar Sistem Transportasinya.
“Ini merupakan kali ketiga perjalanan studi observasi international benchmarking ke beberapa negara yang telah melakukan best practices di bidangnya,” ujar Widyasiswara Utama Badan Diklat Jatim Dr Hary Wahyudi, ketika berbagi cerita dengan Bhirawa akhir pekan kemarin.
Menurut Hary, kesempatan untuk belajar transportasi di Singapuran itu didapatkan ketika mengikuti program pendampingan pelatihan yang diselenggarakan oleh Badan Diklat Jatim bagi para Camat dalam rangka meningkatkan kompetensi manajerial dan teknis pengelolaan pembangunan dan pelayanan publik pada Mal Pelayanan Publik dan Badan Pengusahaan Pembangunan Batam.
Disela-sela waktu yang tersedia, Hary Wahyudi menyempatkan diri untuk “menyeberang” ke Singapura melakukan observasi inovasi transportasi di negara maju tersebut.
Menurut Hary Wahyudi, tata kelola sistem transportasi di Singapura memang luar biasa. Sebagai kota besar dunia, namun hampir tidak ditemui titik-titik parah kemacetan lalu lintasnya. Salah satu kuncinya adalah inovasi dalam perencanaan pembangunan transportasinya.
Di banyak titik ditemukan moda transportasi umum yang saling terhubung dengan wilayah yang lain.
“Sistem transportasi bagi warga tersedia, dalam ragam pilihan transportasi bawah permukaan bumi dengan menggunakan jalur kereta listrik, transportasi mobil darat , dan transportasi mobil udara alias mobil gantungan yang mengubungkan blok-blok apartemen warga local,” jelas Hary Wahyudi.
Lebih lanjut menurut widyaiswara yang produktif menulis buku ini, Singapura memiliki sistem transportasi terintegrasi, berbasis darat, rel, hingga udara, yang telah dimulai perencanaannya sejak 1967, atau dua tahun setelah Singapura baru merdeka. Singapore Cable Car atau Mobil Gantung Singapura adalah penghubung antara Mount Faber, Harbour Front, dan Pulau Sentosa. Masing-masing mobil kabel gantung bisa diisi sampai 4-8 orang, tergantung jenis kabinnya.
Hampir seluruh dinding kereta gantung ini adalah kaca, Singapore Cable Car ini beroperasi pada jam pagi hari 06.30 sampai jam 22:00 malam, jika malam hari, di setiap cable car nya dihiasi lampu-lampu cantik dan menikmati warna warni kota dibawahnya, alat transportasi dan rekreasi.
“Mobil kabel gantung juga memanjakan penumpangnya yang leluasa melihat pulau, gedung-gedung pencakar langit, singapore river, tepi laut, perjalanan udara antar gedung sekitar 20-30 menit, lebih cepat nyampai, karena tidak ada tikungan dan stopan lampu merah, biaya juga terjangkau” kata Hary yang tahun lalu dinobatkan Widyaiswara berprestasi nasional oleh LAN-RI.
Ketika dibandingkan dengan Indonesia, Hary menilai sistem transportasi Indonesia juga sudah mulai membaik, dengan dibangunnya ratusan kilometer jalan tol, adanya tol laut, kereta LRT-MRT dibeberapa bandara, jalur dual track kereta api juga sudah mau rampung, tinggal menyelesaikannya, plus mobil yang akan bergantungan diudara kota-kota besar yang menghubungan titik-titik blok gedung yang ada.
Dikonfirmasi terkait dengan studi observasi internasional yang dilakukan para widyaiswara Badiklat untuk memberikan pengayaan materi kepada setiap peserta pelatihan dan pendidikan yang ikut, ketua Ikatan Widyaiswara Jawa Timur Dr Mujib Affan menyambut baik dan mengapresiasi kegiatan tersebut. Menurut Mujib Affan Badan Diklat memiliki manajemen penjaminan mutu pengajar dan rumah kajian widyaiswara.
“Widyaiswara didorong untuk senantiasa melakukan kajian dan inovasi materi klasikal,” kata Mujib Afan lagi.
Pejabat yang baru saja serah terima jabatan Kepala Badan Diklat Provinsi Jatim ini penggantinya. percaya dengan semakin banyak widyaiswara melakukan studi observasi, akan menjadikan materi-materi kelas nanti akan terasa lebih nyata dan menginspirasi para peserta pelatihan di Badiklat Jatim. [Wahyu Kuncoro SN]

Tags: