Bedah Buku ‘Tambak Beras’ Disaksikan Ratusan Siswa MTsN

Bedah Buku ‘Tambak Beras’ di MTsN Tambak Beras, Jombang, Rabu siang (30/8). [arif yulianto/bhirawa]

(Luruskan Sejarah)
Jombang, Bhirawa
Untuk meluruskan sejarah tentang Pondok Pesantren (Ponpes) Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang, beberapa penulis membedah buku karangan mereka tentang Pondok Pesantren (PP) Tambak Beras dihadapan ratusan siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Tambak Beras Jombang, Rabu siang (30/8).
Kepada wartawan, salah seorang dari delapan orang penyusun buku Tambak Beras menuturkan selama ini ada beberapa informasi yang kurang benar tentang beberapa hal seputar Tambak Beras. ”Inti dari buku ini kita ingin mengisahkan masyayiq-masyayiq dari Tambak Beras mulai awal pendahulunya. Kemudian di dalam buku ini juga ada data-data akademis serta historis kultur budaya juga,” ungkap Gus Abdul Jabar, salah seorang penulis dan penyusun buku ‘Tambak Beras’ kepada beberapa wartawan di MTsN Tambak Beras, Jombang.
Masih menurut Gus Jabbar, secara garis besar terdapat profil tokoh-tokoh Tambak Beras, mulai dari Mbah Syaiqah atau Mbah Abdussalam sampai tokoh generasi ke- enam. Namun untuk penulisan tokoh di fokuskan pada generasi awal hingga generasi kelima.
”Kita harapkan, semua elemen di Bahrul Ulum mulai dari guru, siswa dan yang lain lebih mengenal tentang sejarah yang benar tentang Bahrul Ulum, Tambakberas,” tandas Gus Jabbar.
Masih menurutnya, ada beberapa hal yang keliru tentang sejarah Tambakberas yang hari ini terlanjur beredar di publik.
”Banyak hal yang salah cerita tentang Bahrul Ulum, seperti tahun ketika Mbah Syaiqah datang ke sini, sejarah awal berdirinya sekolah, dan tentang Menara Tambak Beras. Cerita yang kadung beredar menara di bangun oleh Mbah Wahab, tapi yang benar menara tersebut di bangun oleh Mbah Hamid. Ini juga bagian dari pelurusan sejarah,” beber Gus Jabbar.
Demi untuk hal validitas data, penulis harus mencari dan mewawancarai narasumber yang menjadi saksi zaman beberapa tokoh Tambak Beras. Di antaranya seperti Mbah Suroso saksi sejarah Mbah Hamid, Kyai Satibi yang berusia 99 tahun di Banten. Penyusunan buku itu memakan waktu kurang lebih satu tahun.
Sementara itu, Moch Syueb, Kepala Sekolah MTsN Tambak Beras, Jombang menjelaskan, bedah buku tersebut terinspirasi dari visi sekolahnya. Salah satunya adalah program pengembangan akhlak termasuk di antaranya adalah pengembangan akhlak terhadap guru dan masyayiq.
”Dengan bedah buku ini kami berharap siswa siswi dan guru-guru MTsN ini bisa meneladani dan meneruskan perjuangan para masyayiq-masyayiq Ponpes Bahrul Ulum yang saat Ponpes Bahrul Ulum sendiri sudah berusia hampir dua abad,” pungkas Moch. Syueb. [rif]

Tags: