Begal dan Kegagalan Pendidikan

Muzayyinatul HamidiaOleh:
Muzayyinatul Hamidia
Mahasiswi Pascasarjana Universitas Islam Malang Magister Pendidikan Bahasa Inggris

Masyarakat luas saat ini sedang didera ketakutan oleh maraknya begal. Pisau di tangan yang mengancam nyawa untuk mengambil sepeda motor pengendara secara paksa adalah gaya para begal dalam melakukan aksinya. Sebuah aksi yang meresahkan orang banyak. Kasus begal semakin ‘booming’ di masyarakat setelah peristiwa dibakarnya seorang begal di Tanggerang beberapa waktu yang lalu. Hal ini dilakukan masyarakat untuk memberikan ‘efek jera’ kepada para begal.
Menarik untuk dikaji lebih dalam tentang faktor-faktor maraknya para begal di Indonesia. Aksi begal yang meresahkan masyarakat adalah salah satu bentuk perbuatan amoral yang menjadi indikator kegagalan pendidikan karena tujuan pendidikan sendiri adalah untuk membentuk manusia yang beradab dan humanis.
Tumbuh kembang begal di masyarakat bisa dipicu oleh beberapa hal. Pertama, kurangnya kasih sayang dan gagalnya pendidikan dari orang tua. Keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama bagi seorang anak. Tumbuh kembang karakter seseorang sangat dipengaruhi oleh didikan dan prilaku keluarganya. Seorang anak yang kurang kasih sayang dan pendidikan dari orang tua akan mencari dunia luar yang bisa memenuhi kebutuhannya.
Begal selalu identik dengan komunitas geng motor. Sebuah geng yang dibentuk untuk memperoleh sebuah identitas. Siapapun yang memutuskan untuk menjadi anggota geng ini harus siap dibentuk sesuai dengan kehendak seniornya. Hal ini membuktikan bahwa anggota begal adalah anak-anak muda yang tidak terdidik dan kurang kasih sayang dari keluarga.
Kedua, mengecilnya kontrol sosial dalam masyarakat. Dalam teori Sosiologi masyarakat berfungsi sebagai kontrol sosial. Yaitu suatu sistem yang mendidik , mengajak dan bahkan memaksa masyarakat agar berprilaku sesuai dengan norma-norma sosial.
Ironinya, masyarakat masa kini bukan lagi menjadi pengontrol tetapi malah menjadi teladan yang sangat tidak pantas dicontoh oleh anak-anak. Seperti maraknya video mesum, kekerasan dalam keluarga, dan  penyalahgunaan narkoba yang tengah menimpa negeri ini. Sehingga, anak-anak mudapun menganggap ‘profesi’ begal sebagai pilihan yang tidak salah. Meskipun pada dasarnya begal bukanlah sebuah pilihan, tak lebih dari sekedar prilaku amoral yang menyesatkan.
Ketiga, pendidikan yang berorientasi pada keberhasilan kognitif. Memang benar adanya, bahwa pendidikan di Indonesia sudah beralih pada sistem pendidikan yang berorentasi kepada pendidikan berkarakter. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pendidikan berkarakter sebatas hitam di atas putih yang digembar-gemborkan kesana kemari. Seperti halnya pada Kurikulum 2013 yang memberikan model rubrik penilaian karakter yang nampak begitu sempurna, namun selama guru belum bisa mendarah-dagingkan nilai-nilai karakter yang sebenarnya maka semua konsep tersebut berjalan di tempat.
Keempat, penyalahgunaan dunia cyber. Media sosial adalah media yang paling dekat dengan manusia modern seperti sekarang ini, khususnya para anak muda. Semua orang dari semua tingkatan usia bisa menggunakan media sosial ‘sesukanya’. Sudah sangat banyak kejahatan melalui media sosial yang telah terjadi, mulai dari penipuan, pemerkosaan bahkan pembunuhan. Tentunya kasus ini memberikan dampak negatif khususnya kepada para pemuda. Mereka akan memiliki anggapan bahwa tindak “kejahatan” adalah sesuatu yang biasa.
Kelima, tontonan media televisi yang tidak edukatif. Banyak sekali tontonan televisi Indonesia yang jauh dari nilai-nilai edukasi hal ini bisa dilihat dari adegan-adegan kriminal dalam sinetron atau film. Secara langsung atau tidak, secara sadar atau tidak adegan tersebut memberikan ‘pengetahuan’ baru bagi penontonnya. Dengan kata lain sebuah adegan film bisa mempengaruhi penontonnya, terlebih yang menonton adalah para pemuda atau remaja yang masih labil.
Keberadaan begal di tengah-tengah kita telah memberikan ‘pesan’ bahwa pendidikan secara komprehensif belum bisa dikatakan berhasil. Dari itu, kita selaku orang tua, guru dan masyarakat agar lebih perhatian pada pendidikan anak-anak sebagai generasi penerus bangsa. Sehingga kasus begal yang tengah terjadi saat ini tidak lagi terjadi pada masa yang akan datang. Semoga!

                                                                                                ——————— *** ——————–

Rate this article!
Tags: