Belajar Bahasa Inggris Tak Harus Gunakan Guru Asing

 Rektor Unipa Surabaya Djoko Adi Walujo bersama Koordinator Kopertis VII Jatim Prof Suprapto saat menghadiri Konferensi Internasional Asosiasi guru, dosen dan praktisi pembelajaran bahasa Inggris di Indonesia di Universitas PGRI Adibuana (Unipa) Surabaya. [ adit hananta utama/bhirawa]

Rektor Unipa Surabaya Djoko Adi Walujo bersama Koordinator Kopertis VII Jatim Prof Suprapto saat menghadiri Konferensi Internasional Asosiasi guru, dosen dan praktisi pembelajaran bahasa Inggris di Indonesia di Universitas PGRI Adibuana (Unipa) Surabaya. [ adit hananta utama/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa
Penguasaan bahasa internasional menjadi salah satu kunci untuk menghadapi pasar bebas. Karena itu, para guru atau dosen sudah sepatutnya menguasai metode yang efektif untuk mengajar. Dan itu tidak selalu harus mendatangkan guru asing.
Koordinator Kopertis Wilayah VII Jatim Prof Suprapto mengatakan, Perguruan Tinggi Swasta (PTS) tidak harus menggunakan tenaga asing sebagai pengajar bahasa Inggris. Sebab, dosen-dosen dari Indonesia sendiri sudah memiliki kualitas yang baik.
“Kalau tidak terpaksa, jangan ambil tenaga asing. Pengajar kita ini sudah bagus-bagus,” terangnya di sela Konferensi Internasional Asosiasi guru, dosen dan praktisi pembelajaran bahasa Inggris di Indonesia di Universitas PGRI Adibuana (Unipa) Surabaya, Kamis (8/9).
Kendati demikian, Suprapto tidak menampik adanya tren PTS yang menggunakan tenaga asing sebagai native speaker untuk mengajar Bahasa Inggris. Namun, hal itu seharusnya hanya digunakan sebagai pendorong  bagi pengajar dalam negeri agar lebih meningkat kompetensi dan cara mengajarnya.
“Memang masih ada pengajar kita yang kurang mumpuni. Mudah-mudahan melalui konferensi ini mereka bisa saling belajar,” tuturnya.
Dalam konfrensi tersebut, sebanyak 14 negara ikut bergabung menjadi peserta. Mereka berkumpul untuk saling bertukar pengalaman dan wawasan pembelajaran bahasa Inggris. Presiden The Association for Teaching of English as a Foreign Language in Indonesia (Teflin) Prof Joko Nurkamto menjelaskan, konfrensi internasional yang telah digelar sebanyak 63 kali ini akan membahas terkait kreativitas dan inovasi dalam pengembangan materi dan metodologi pengajaran bahasa Inggris.
“Metodologi pembelajaran Bahasa Inggris berbeda-beda satu sama lain. Peserta dari berbagai negara akan berbagi berdasar perspektif mereka,” kata Joko.
Pria yang juga Dosen di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta ini melanjutkan, dalam proses pembelajaran, peserta didik atau mahasiswa memiliki karakter yang berbeda dalam menerima memahami Bahasa Inggris. Untuk itu, para pengajar harus menemukan metodologi yang tepat dengan tetap memperhatikan sosio kultural. “Kuncinya hanya membantu siswa belajar. Tidak boleh ada pemaksaan dan penyeragaman,” tuturnya.
Joko menjelaskan, para peserta konferensi dipersilakan mengadaptasi metodologi asing yang cocok diterapkan. “Silakan ambil metode dari mana saja. Tapi tetap harus melihat kondisi lokal dan menyesuaikan perkembangan anak,” ungkapnya.
Sebagai tuan rumah, Rektor Unipa Djoko Adi Walujo merinci, 14 negara yang hadir dalam konferensi antara lain dari Malaysia, Singapura, Kamboja, India, Uzbekistan, Hongkong, Australia, Jepang, dan lain-lain. “Ada sebagian yang menjadi pembicara dan peserta. Mereka semua saling tukar pengalaman di konferensi ini,” pungkasnya. [tam]

Tags: