Belajar Budaya dan Pendidikan, Surabaya Rutin Kirim Guru dan Pelajar

Spanduk sambutan kepada delegasi pendidikan dari Surabaya terpasang di Dong Eui University.  Kampus swasta elit di Busan Korea Selatan tersebut selama ini menjalin kerjasama di bidang pendidikan dengan Pemkot Surabaya.

Spanduk sambutan kepada delegasi pendidikan dari Surabaya terpasang di Dong Eui University. Kampus swasta elit di Busan Korea Selatan tersebut selama ini menjalin kerjasama di bidang pendidikan dengan Pemkot Surabaya.

Melihat dari Dekat Busan, Sister City Surabaya di Korea Selatan (3-Bersambung)
Surabaya, Bhirawa
Jika Surabaya belum menggarap maksimal pasar Busan di Korea Selatan, namun kerjasama antara Pemkot Surabaya dengan Pemkot Busan  sudah terjalin optimal di bidang pendidikan. Salah satu agenda rutinnya mengirim delegasi guru untuk belajar di kota metropolis kedua setelah Seoul. Tak hanya pendidikan, para guru ini juga belajar budaya, karakter warga Busan dan Korea Selatan yang dikenal disiplin, pekerja keras dan memiliki nasionalisme yang tinggi.
Ada sejumlah universitas di Busan yang menjalin kerjasama dengan Pemkot Surabaya dalam bidang pendidikan. Namun kerjasama yang sudah dirintis lama yakni dengan  Dong Eui University.  Tercatat ratusan pelajar serta guru di Surabaya telah dikirim ke Dong Eui University untuk mengikuti program pertukaran pelajar dan pelatihan guru. Golnya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Kota Surabaya.
Kepala Sub Bagian Kerjasama Luar Negeri Pemkot Surabaya Yanuar Hermawan menjelaskan kerjasama di bidang pendidikan  dengan Busan dilakukan karena etos kerja serta karakter yang kuat dari orang Korea Selatan menjadi salah satu alasan menjadikan sistem pendidikan di Busan sebagai acuan untuk pendidikan di Surabaya.
“Untuk guru akan belajar tentang sistem pengajaran secara komprehensif. Mereka akan belajar sistem  dan metode belajar mengajar di Korea Selatan, penyediaan infrastruktur,  materi yang diberikan, hingga budaya mereka secara umum . Selama ini kita melihat orang Korea Selatan itu karakternya kuat dan itu dasarnya ya dari pendidikan,” kata Yanuar Hermawan.
Sejak lima tahun terakhir Pemkot Surabaya rutin mengirimkan delegasi pendidikan ke Busan, yaitu kelompok guru SD, SMP, SMA, kepala sekolah, para pelajar  untuk belajar di sana. Sepanjang 2015 ini, 31 orang belajar di Dong Eui University. Mereka terdiri dari 20 guru SMP,  11 kepala sekolah SMP dan SMA.
Dan sebaliknya Agustus  tahun ini juga, sebanyak 32 mahasiswa Dong Eui University telah berkunjung ke Surabaya.  Berbagai kegiatan cultur exchange, cultur class sampai city tour menjadi sebuah kegiatan yang cukup menarik bagi 32 mahasiswa asal Dong Eui University. Rombongan itu juga mengunjungi SMAN 14, SMAN 17, SMKN 10, serta beberapa perguruan tinggi di Surabaya di antaranya ITS.
Kong Sun Jin selaku Rektor Dong Eui University menjelaskan kampus yang dibuka sejak 1977 ini terbuka untuk menjalin kerjasama bidang pendidikan dengan luar negeri. Dan sejak beberapa tahun terakhir, kerjasama dengan Indonesia, termasuk Surabaya sudah terjalin. Saat ini universitas  swasta tersebut tercatat memiliki hubungan pertukaran internasional dengan 25 lembaga di seluruh dunia, di antaranya Thailand, Taiwan, Tiongkok.  “Semoga delegasi pendidikan dari Surabaya bisa belajar banyak di Dong Eui University dan ilmu yang diperoleh bisa diterapkan saat kembali ke Tanah Air,” katanya saat menyambut rombongan Pemkot Surabaya yang berkunjung ke Dong Eui University belum lama ini.
Yunsook Jun  selaku Wakil Kepala Education Training Institut Dong Eui University mengatakan pengajaran dan pelatihan yang diberikan kepada guru-guru dari Surabaya telah diberikan seperti sistem pengajaran di Korea Selatan, di mana para guru diajarkan untuk dapat menjadikan para murid lebih aktif, kreatif dan mampu mengungkapkan pendapat secara bebas tapi santun.
“Kami di sini mengajarkan sistem pengajaran Korea Selatan kepada para guru, jadi bagaimana guru-guru di Indonesia bisa berinovasi agar para siswa lebih aktif di kelas. Jadi bukan hanya guru yang menerangkan, tapi siswa juga diajak berdialog , melakukan presentasi,  bertanya  hingga menggunakan alat-alat IT, film, games untuk membantu menjelaskan materi pada mereka,” kata Yunsook Jun.
Yunsook juga menjelaskan delegasi pendidikan dari Surabaya juga dikenalkan karakter warga Korea yang memiliki sikap disiplin, pekerja keras, dan memiliki nasionalisme tinggi. Nilai-nilai itu diajarkan dan dipraktikkan dalam keseharian seluruh warga di sana, terlebih di institusi pendidikan. “Nilai itu yang harus dijaga oleh semua warga Korea Selatan agar negara bisa kuat, maju, sejahtera,” katanya.
Sedangkan di Silla University dalam beberapa tahun terakhir juga menjadi tujuan kerjasama bidang pendidikan dengan sejumlah negara,  termasuk Indonesia. Kang Kyung Tae selaku Kepala Departemen Hubungan Internasional Silla University mengatakan lima bulan lalu beberapa kelompok petani dari Indonesia belajar cara bertanam yang efisien ke universitas swasta yang memiliki 20 ribu mahasiswa asing dari 17 negara ini. Di sana mereka ikut melihat teknik bertanam secara langsung dari para petani di Busan. “Di Busan kami juga punya lahan padi karena kami juga makan nasi. Tapi cara bertanam padi kami lebih efisien. Bagaimana dengan lahan yang tak begitu luas tapi hasil panen maksimal. Itu yang kami ajarkan,” katanya.
Keunggulan sistem pendidikan di Busan juga diakui Caroline, salah seorang mahasiswi asal Indonesia di Busan. Menurutnya sistem pendidikan di Korea mengharuskan para murid untuk bekerja keras agar memperoleh hasil yang baik. Semangat tinggi, kerja keras, disiplin yang dimiliki orang Korea, merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan di Busan. “Kalau siswa  SMA (di Indonesia) belajar dari jam 7 pagi sampai jam 2 (siang), di sini juga sama jam 7 pagi sampai jam 2 (siang), tapi setelah selesai jam 2 mereka ada program belajar lagi di sekolah sampai jam 9 malam. Mereka sejak dini dilatih belajar keras, mandiri dan disiplin. Nasionalisme mereka juga sangat tinggi, mereka cinta dan bangga dengan produk negara mereka sendiri,” kata Caroline, mahasiswai Kyungsung University di Busan.
Wali Kota Surabaya Tri Rismahari dalam satu kesempatan mengatakan untuk kerjasama di sektor pendidikan, tercatat sudah ada dua universitas di Surabaya yang menjalin kesepakatan dengan perguruan tinggi di Busan, yakni Universitas Kristen Petra dengan Dong Seo University serta Untag dengan Dong Eui University. Selain itu, pertukaran guru dan pelajar rutin dilakukan guna meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar.
Untuk bidang budaya, lanjut dia, delegasi Busan tak pernah absen berpartisipasi dalam Cross Culture Festival (CCF) yang diselenggarakan Pemkot Surabaya. Mereka secara rutin menampilkan duta seni dalam acara seni tahunan itu. Sebaliknya, penari-penari asal Surabaya juga dikirim untuk menyemarakkan acara serupa di Busan, yakni Global Gathering.  [Titis Tri Wahyanti]

Tags: